Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Indra Sjafri dan Semangat Menolak Menyerah yang Mendarah Daging
6 Juli 2018 17:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Kemenangan, dalam sepak bola, tak cuma dipengaruhi oleh hal-hal teknis macam taktik permainan. Ada banyak hal non teknis yang dapat memengaruhi hasil dan jalannya sebuah pertandingan. Salah satunya adalah mental bertanding.
ADVERTISEMENT
Mental erat kaitannya dengan keyakinan dan kepercayaan diri pemain untuk memenangi satu laga. Mental amat memengaruhi bagaimana pemain bermain di atas lapangan sepanjang 90 menit pertandingan. Ketika keyakinan dan rasa percaya diri gontai, motivasi dan fokus pemain untuk mengakhiri laga sebagai pemenang bakal menguap.
Tak ada optimisme dan senyum sumringah. Pemain sudah beranggapan bahwa lawan akan memenangi pertandingan. Istilahnya, menyerah sebelum berperang.
Dan, itu bakal membuat keterampilan pemain dalam menggiring bola dan ketepatan dalam pengambilan keputusan berkurang. Kondisi ini ditambah lagi dengan stamina pemain yang semakin menyusut kilat seiring dengan berjalannya laga.
Pelatih Tim Nasional (Timnas) U-19, Indra Sjafri, sadar betul pentingnya mental pemain saat bertanding. Eks pelatih Bali United itu yakin bahwa sepak bola Indonesia akan lebih baik ketika mental bermain pesebakbolanya kuat. Hal tersebut dituturkan Indra dalam buku berjudul Indra Sjafri: Menolak Menyerah: Official Biography yang ditulis oleh F.X Rudy Gunawan.
ADVERTISEMENT
"Sepak bola bukan sekadar persoalan menendang bola ke sana kemari atau mengoper kiri-kanan tanpa didasari oleh pikiran bahwa mereka mampu melakukan semuanya dengan baik. Pikiranlah yang akan menggerakkan otot-otot mereka," ujar Indra (2014, hal.117).
"Jangan sampai otak atau pikirkan mengatakan tak bisa karena jika begitu niscaya otot-otot tubuh akan sepakan dan mematuhi otak. Kami percaya kekuatan pikiran sangat efektif dan hebat untuk meningkatkan kapasitas perjauangan para pemain," lanjutnya (2014, hal.117).
Namun, Indra tahu bahwa kenyataan tak seperti itu. Banyak pesepakbola Indonesia yang menyerah sebelum memulai pertandingan. Sebab, mereka beranggapan, lawan lebih tangguh dan mereka tak mungkin keluar sebagai pemenang.
Terkaan seperti itulah yang ingin dihancurkan oleh Indra. Pelatih kelahiran Padang itu punya satu kalimat yang sering didentumkannya: Semangat Menolak Menyerah. Kalimat tersebut tampak seperti senjata utama Indra untuk mendobrak hal-hal yang dianggap nyaris mustahil diraihnya bersama Timnas U-19.
ADVERTISEMENT

"Di dalam lapangan, sepak bolalah hidup, jiwa mereka, dan pikiran. Tak ada hal lain kecuali sepak bola. Tak ada hal lain yang bisa mengganggu pikiran mereka," kata Indra (2014, hal.114).
"Kami berusaha mendidik para pemain menjadi orang-orang besar, bukan manusia kerdil yang mau dipermainkan bangsa lain. Kami tanamkan kepada mereka makna menjadi orang merdeka sehingga mereka rela mati untuk membebaskan diri dari cengkeraman penjajahan di dunia sepak bola," ucapnya (2014, hal.116).
Untuk memperbaiki mental bertanding skuatnya, Indra sudah menempuh banyak cara. Salah satunya dengan menggelar latihan militer di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat sebelum mengarungi Piala AFF U-18 2017 di Myanmar.
Indra sendiri mengusung misi besar. Mantan pemain PSP Padang itu ingin membentuk skuat asuhannya menjadi pesepakbola profesional yang memiliki jati diri bangsa Indonesia dan bermental baja: tak gentar melawan tim sehebat dan sebesar apapun.
ADVERTISEMENT
Hal itupula yang terjadi saat Egy Maualan Vikri dan kolega berlaga dalam ajang Toulon Tournament 2017 di Prancis. Kala itu, 'Garuda Nusantara' berada di grup C bersama Brasil, Republik Ceko, dan Skotlandia. Nahas, Timnas U-19 menelan tiga kekalahan dan menyandang predikat sebagai juru kunci.
Namun, tunggu dulu, tak usah buru-buru melabeli Timnas U-19 sebagai tim yang lemah dan tak bisa memberikan perlawanan. Sebab, Timnas U-19 tampil mengesankan dan tak boleh dipandang sebelah mata. Saat melawan Brasil misalnya, secara permainan, Timnas U-19 dapat mengungguli Tim Samba.
Penguasaan bola dan umpan pendek yang jadi roh permainan Timnas U-19 diterapkan dengan sempurna. Timnas U-19 juga dapat menguasai jalannya laga. Sayang, penyelesaian akhir Timnas U-19 bermasalah. Alhasil, mereka harus kalah dengan skor 0-1 dari Brasil. Hal serupa juga terjadi kala bersua dengan Republik Ceko dan Skotlandia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, salah satu pemain Timnas U-19, Egy, mendapatkan Jouer Revelation Trophee atau penghargaan yang diberikan kepada pemain yang paling berpengaruh dalam tim di ajang Toulon Turnament 2017. Pemain dunia macam Zinadine Zidane dan Cristiano Ronaldo pernah merengkuh penghargaan itu.
Mental baja yang ditanamkan Indra mengakar pada skuat Timnas U-19. Lihat saja bagaimana Timnas U-19 saat melawan Filipina dalam partai ketiga grup A Piala AFF U-19 2018. Bermain di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Kamis (5/7/2018), Timnas U-19 kalah 0-1 sampai waktu normal menginjak menit ke-82.

Kendati pertandingan cuma menyisakan delapan menit, Timnas U-19 tetap melancarkan serangan dan tak ada raut wajah yang menampakkan, mereka putus asa. Lewat serangan intens dan kepercayaan diri, Timnas U-19 sukses membuat konsentrasi dan stamina pemain belakang Filipina menurun.
ADVERTISEMENT
Itulah yang menjadi titik balik kebangkitan Timnas U-19. Mereka dapat mencetak empat gol dalam waktu delapan menit melalui tembakan Saddil Ramdani, Toff Rivaldo Ferre, dan Firza Andika. Dan, Timnas U-19 pun dapat keluar sebagai pemenang.
Pada akhirnya, Indra kembali membuktikan bahwa ucapan 'Semangat Menolak Menyerah' bukan pepesan kosong. Baginya, pertandingan sepak bola itu 90 menit. Jadi, sebelum peluit panjang dari sang pengadil ditiupkan, pantang baginya untuk melempar handuk putih. Sekali lagi: pantang.