Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Profesi sebagai komentator sepak bola tengah ramai menjadi perbincangan belakangan ini. Ada nama Valentino Simanjuntak yang terseret ke dalam kisruh di media sosial (medsos) tersebut.
ADVERTISEMENT
Awal kekisruhan itu bermula dari cuitan Bali United lewat akun Twitter-nya pada Minggu (11/4) malam WIB. Di situ, Bali United me-mention Indosiar terkait dengan gaya komentator yang hiperbola.
Hal itu kemudian memantik netizen untuk ikut menuding gaya komentator Valentino yang berisik dan hiperbola. Kolom komentar Instagram dan Twitter pria yang dikenal dengan sebutan 'Bung Jebret' itu pun dipenuhi dengan kritikan sampai caci maki, hingga akhirnya ia memutuskan akan melaporkan sejumlah akun medsos terkait dengan Undang-undang Informasi dan Teknologi Informatika (ITE).
Direktur Programing SCM, Harsiwi Achmad, memahami adanya kekisruhan tersebut. Kendati demikian, pihaknya menilai hal itu tak lebih dari sekadar dinamika masyarakat dalam menanggapi sebuah fenomena.
Harsiwi pun mengungkapkan pihaknya selalu berupaya menjaga para komentator sepak bola tetap dalam koridor. Ia mengungkapkan setidaknya ada empat aturan yang ditekankan kepada komentator dalam memandu pertandingan di Piala Menpora.
ADVERTISEMENT
"Yang kami selalu tekankan ke semua live commentary adalah menciptakan hype positif terhadap pertandingan, fair dan tidak memihak salah satu klub. Kemudian, tidak SARA serta mendorong pemirsa menonton dari rumah untuk menghindari penyebaran COVID-19," ujar Harsiwi kepada kumparan, Rabu (14/4).
Terkait dengan Valentino, Harsiwi menyatakan pihaknya tak memiliki masalah dengan gaya komentatornya. Ia juga berharap, melalui Valentino, pihaknya bisa turut menggaet pemirsa di luar segmen sepak bola.
"Hal ini adalah strategi membuat tayangan Piala Menpora yang tanpa penonton agar lebih meriah dan seru dinikmati pemirsa di rumah dengan lebih luas, termasuk yang bukan penonton bola," ucap Harsiwi.
"Strategi ini juga bersamaan dengan penambahan ambiance penonton lapangan di setiap pertandingan. Dengan demikian penonton bola di rumah tidak merasakan pertandingan bola itu sepi," tandasnya.
ADVERTISEMENT