Jaksa Sebut Diego Maradona Tak Dapat Perawatan Maksimal Sebelum Meninggal

7 Desember 2020 10:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diego Maradona di tribun sebelum pertandingan Nigeria vs Argentina di Stadion Saint Petersburg, Saint Petersburg, Rusia, 26 Juni 2018. Foto: REUTERS/Sergio Perez
zoom-in-whitePerbesar
Diego Maradona di tribun sebelum pertandingan Nigeria vs Argentina di Stadion Saint Petersburg, Saint Petersburg, Rusia, 26 Juni 2018. Foto: REUTERS/Sergio Perez
ADVERTISEMENT
Sebuah laporan mengejutkan diungkap Kantor Kejaksaan San Isidro, Argentina, terkait meninggalnya Diego Maradona. Sang legenda disebut tidak menerima perawatan yang tepat dan bahkan tidak mendapat obat apa pun untuk penyakit jantung yang diderita.
ADVERTISEMENT
Maradona meninggal karena henti jantung pada usia 60 tahun pada 25 November lalu. Otoritas setempat sebelumnya telah mencurigai ada sesuatu yang tidak beres ketika sang legenda dirawat setelah menjalani operasi kepala.
Menurut pemberitaan dari La Repubblica, hasil investigasi pertama telah disampaikan pada Minggu (6/12).
“Tidak ada yang memperhatikan keadaan pasien. Kami dihadapkan pada fakta perilaku bersalah dokter dalam kasus pengabaian yang serius. Pasien tidak dimonitor dalam pengawasan medis berkelanjutan seperti yang diperlukan dalam kondisi seperti itu,” bunyi laporan tersebut, dikutip dari Football Italia.
Pelatih Diego Maradona sebelum pertandingan Superliga Boca Juniors vs Gimnasia y Esgrima di Stadion Alberto J. Armando, Buenos Aires, Argentina, 7 Maret 2020. Foto: REUTERS/Agustin Marcarian
“Pasien bahkan tidak diberi obat untuk penyakit jantung yang dideritanya. Tanpa keraguan, ini adalah kesalahan Dokter Leopoldo Luque. Dia mengkoordinasikan perawatan di rumah yang kurang baik dan sama sekali tidak terorganisir. Pasien sepertinya mempercayai sang dokter begitu saja,” imbuh pernyataan itu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pihak penyidik yakin Luque termasuk dalam tim dokter yang melakukan tindakan operasi bedah otak Maradona, sekitar 20 hari sebelum kematiannya. Namun, Dokter Leopoldo Luque tidak secara langsung turun tangan dalam operasi bedah tersebut.
Dalam temuannya, pihak penyidik mengakui Maradona adalah pasien yang sulit ditangani. Namun, mereka menegaskan tim dokter seharusnya tetap kukuh pada pendirian dan merawat pasien sesuai prosedur, sekalipun bertentangan dengan keinginan sang legenda.
Sebuah patung karangan bunga Diego Maradona terlihat sebelum pertemuan doa, di Kolkata, India. Foto: Rupak De Chowdhuri/Reuters
Belum diketahui hukuman apa yang akan menimpa Dokter Leopoldo Luque. Jika terbukti bersalah, ia bisa saja akan mendekam di penjara guna mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Yang pasti, duka atas kepergian Diego Maradona masih membekas dalam benak pencinta si kulit bundar khususnya masyarakat Argentina. Hal itu cukup wajar mengingat eks pemain Napoli dan Barcelona itu sudah memberikan sebuah prestasi tertinggi di kancah sepak bola, yakni juara Piala Dunia tahun 1986.
ADVERTISEMENT
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.