Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Jakub Blaszczykowski: Pahlawan Polandia yang Jadi Saksi Kematian Tragis Ibunya
8 Februari 2021 15:14 WIB

ADVERTISEMENT
Rasanya tidak salah menyebut Jakub Blaszczykowski atau akrab disapa Kuba, sebagai salah satu sosok pahlawan bagi Polandia. Tak banyak yang tahu, sang gelandang memiliki kisah hidup yang menyedihkan ketika masih kecil.
ADVERTISEMENT
Kuba sendiri tercatat sebagai pesepak bola dengan jumlah penampilan terbanyak bersama Timnas Polandia.
Kuba digadang-gadang menjadi pahlawan timnas selanjutnya setelah Zbigniew Boniek, Grzegorz Lato, dan Kazimierz Deyna. Padahal pada usia 11 tahun, ia nyaris berhenti total dari aktivitasnya mengolah si kulit bundar.
Tepatnya pada September 1996, pria yang lahir pada 14 Desember 1985 ini, menjadi saksi pembunuhan ibu kandungnya sendiri. Peristiwa tragis itu semakin memilukan karena sang ayah lah yang menjadi pelakunya. Oleh karena sang ayah dipenjara, Kuba diasuh oleh neneknya.
Pada masa-masa itu, Kuba masih sangat trauma. Dia tidak mau keluar rumah sehingga urusan sekolah dan sepak bolanya terganggu. Saat itu dia masih tercatat sebagai pemain junior di sebuah kesebelasan lokal bernama Rakow Czestochowa.
ADVERTISEMENT
Merasa khawatir dengan masa depan serta perkembangan mental Kuba, sang paman bernama Jerzy Brzeczek membujuk sang keponakan agar kembali ke lapangan sepakbola.
Kebetulan Brzeczek adalah mantan kapten Timnas Polandia. Dia membantu Kuba untuk mendapatkan masa uji coba di sebuah kesebelasan bernama Wisla Krakow, di mana dia akhirnya memukau sang manajer bernama Werner Licka.
Secara mengejutkan, Kuba termasuk salah satu pemain junior yang cepat promosi ke tim senior. Dia resmi memulai debut di kesebelasan senior pada 20 Maret 2005. Pada musim itu pula, Kuba langsung meraih gelar Ekstraklasa, yakni sebuah liga sepakbola tertinggi di Polandia.
Berkat penampilan impresif di klub, dia dipanggil oleh manajer timnas senior pada 2006. Tepat satu tahun ketika dia memulai debut di Wisla Krakow.
ADVERTISEMENT
Debutnya di timnas adalah melawan Arab Saudi pada laga uji tanding jelang Piala Dunia 2006 di Jerman. Namun ketika pelatih baru saja mengumumkan 23 nama yang akan dibawa ke Jerman, Kuba menderita cedera yang memaksanya harus tinggal di Polandia untuk menjalani pemulihan.
Kekecewaan itu berlanjut pada Piala Eropa 2008. Saat itu Kuba masih mampu membela Polandia di babak kualifikasi, tetapi dia tidak dibawa ke Austria dan Swiss karena sialnya sedang dalam kondisi cedera.
Sehingga, sudah dua kejuaraan penting dia lewatkan karena cedera. Dia tentu saja kecewa, tetapi tidak memupus harapannya untuk kembali tampil membela timnas. Kendati demikian, dia dinobatkan sebagai pesepak bola terbaik Polandia tahun itu versi PSSI-nya Polandia.
ADVERTISEMENT
Akhirnya pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Kuba bisa tampil sebagai pemain. Tahun itu dia kembali mendapat penghargaan individu berupa pesepakbola terbaik. Masa puncaknya bersama timnas terjadi pada Piala Eropa 2012 di mana Polandia tampil sebagai tuan rumah bersama Ukraina.
Saat itu dia dipercaya sebagai kapten kesebelasan. Sebuah momen yang tidak akan pernah dia lupakan ketika memimpin tim di hadapan puluhan ribu pendukung di tanah airnya sendiri.
Saat pertandingan melawan Rusia dalam babak penyisihan Grup A, Kuba mencetak gol penyama kedudukan pada menit ke-57. Dia merayakan gol itu dengan sangat emosional yakni menunjuk langit dengan kedua jari telunjuknya.
Gol itu dia persembahkan untuk mendiang ibunda. Polandia pun berhasil terhindar dari kekalahan di laga tersebut.
ADVERTISEMENT
“Sebelumnya dalam hidup saya, itu (kematian ibu) adalah peristiwa yang tidak pernah ingin saya bicarakan. Saya coba melupakannya tetapi tidak bisa. Sekarang saya cukup dewasa untuk membicarakannya,” ucap Kuba kepada Evening Standard.
Selebrasi menunjuk langit tersebut pun masih dilakukan pemain berusia 35 tahun itu setelah mencetak gol hingga saat ini. Hal tersebut dimaksudkan agar Kuba selalu mengingat sang ibu.
Bahkan dia juga sudah cukup dewasa ketika menghadiri upacara pemakaman sang ayah yang tak lain adalah pelaku pembunuhan ibunya. Beberapa bulan sebelum Piala Eropa 2012 digelar, dia mendapat kabar bahwa ayahnya telah meninggal.
Sang ayah tutup usia pada 56 tahun. Dia menghabiskan masa hukuman selama 15 tahun di penjara akibat menghilangkan nyawa istrinya sendiri. Sebagai seorang anak, Kuba merasa perlu memberi penghormatan terakhir kepada sang ayah.
ADVERTISEMENT
Selain pemaaf, Kuba juga dikenal sebagai sosok yang loyal dan rendah hati. Pada tahun 2019 lalu, ia kembali membela Wisla Krakow, kesebelasan yang pernah dibelanya pada periode 2004 sampai 2007, tanpa bayaran sepeserpun.
Mantan pemain Borussia Dortmund itu bermain untuk Wisla karena prihatin dengan kesebelasan asal Polandia tersebut yang sedang dirundung masalah finansial. Sebelum bergabung, Kuba bahkan memberikan sejumlah bantuan dana untuk Wisla.
Lebih hebatnya lagi, Kuba dikabarkan menolak kenaikan gaji dari Dortmund dengan alasan bahwa dirinya pemain yang tak layak dibayar dengan gaji tinggi pada tahun 2013.
"Sebagai pesepakbola, tak pantas untuk bermewah-mewah dan mendapatkan gaji besar melebihi seorang dokter, pemadam kebakaran, ataupun seorang polisi," katanya waktu itu.
ADVERTISEMENT
Ketika pada suatu hari akhirnya Kuba memutuskan gantung sepatu, maka sepak bola Polandia resmi kehilangan seorang petarung, baik di dalam maupun di luar lapangan.
****