Jalani Persidangan, Pelaku Bom Dekat Bus Dortmund Mengaku Bersalah

8 Januari 2018 19:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sergej W., pelaku teror Dortmund. (Foto:  REUTERS/Bernd Thissen/POOL)
zoom-in-whitePerbesar
Sergej W., pelaku teror Dortmund. (Foto: REUTERS/Bernd Thissen/POOL)
ADVERTISEMENT
9 September 2001 menjadi hari yang kelam bagi masyarakat Amerika Serikat. Saat itu, sebuah pesawat meruntuhkan menara kembar World Trace Center di New York City. Efeknya tak hanya tentang teror yang nyata bagi masyarakat Amerika hingga kini, tetapi juga pada perekonomian.
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian itu, aktivitas jual beli di pasar saham Amerika terhenti selama empat hari. Itu kali pertama sejak great depression yang membuat ekonomi Amerika memburuk sehingga membuat presiden Amerika kala itu, Franklin D. Roosevelt, harus menutup pasar saham selama dua hari pada tahun 1933.
Setelah dibuka, perekonomian Amerika juga tak kunjung membaik. Pengusaha terus merugi hingga akhir 2003, sementara angka pengangguran meningkat hingga 5,7% di saat bersamaan.
Skenario serupa yang melanda Amerika itulah yang menjadi motif Sergej W (dalam ejaan Inggris menjadi Sergei V. -red). kala melakukan pengeboman di dekat bus Borussia Dortmund, bertepatan saat bus tersebut sedang mengarah menuju Signal Iduna Park. Rabu (12/4/2017) itu, pemain Dortmund sedang dalam perjalanan untuk melakoni pertandingan leg pertama babak perempat final Liga Champions melawan AS Monaco.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dari DW, ada tiga ledakan di sekitar bus Dortmund. Dalam tragedi tersebut, Marc Batra menjadi korban sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Semua dilakukan agar Dortmund mengalami penurunan nilai saham. Dortmund tercatat sebagai satu-satunya klub Jerman yang berani menjual sahamnya secara terbuka di pasar saham. Sergej sendiri memprediksi dengan adanya penurunan saham Dortmund, ia akan untung hingga 3,9 juta euro. Sialnya, hal itu tak terjadi. Saham Dortmund boleh jadi turun hingga 5%. Namun ketika Sergej ditangkap, nilai sahamnya bahkan naik 4% dari nilai sebelum teror terjadi.
“Kalau seluruh atau beberapa pemain BVB terluka atau buruknya, terbunuh, klub tidak akan bisa memperkirakan kapan mereka dapat berpartisipasi di liga nasional ataupun kompetisi internasional. Artinya, kejadian ini akan berdampak pada nilai BVB di pasar saham," demikian bunyi dakwaan terhadap Sergej di persidangan, sebagaimana dilansir dari DW.
Penjagaan pasca-teror Dortmund. (Foto: Reuters / Kai Pfaffenbach/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Penjagaan pasca-teror Dortmund. (Foto: Reuters / Kai Pfaffenbach/File Photo)
Sergej sendiri telah mengakui pernyataan tersebut. Kendati demikian, Sergej juga menegaskan bahwa ia tidak punya keinginan untuk membunuh. Ia, yang belajar untuk mendesain bom tersebut secara otodidak, tak menyangka bom tersebut akan memiliki dampak yang mengerikan.
ADVERTISEMENT
Saat ini Sergej sedang menjalani persidangan untuk 28 tuduhan pembunuhan dan dua tuduhan penganiayaan. Kedua tuduhan ini bisa mengakibatkan Sergej diganjar hukuman seumur hidup.
Selain bom yang mengenai bus Dortmund, ada beberapa tempat lain yang menjadi sasaran pengeboman teroris seperti Sergej. Kini, polisi di Jerman sedang mengupayakan untuk menangkap jaringan terorisme ini.
Mari berharap proses hukum yang kini sedang dijalani Sergej dan upaya polisi di Jerman bisa mencapai titik temu. Dan semoga teror seperti ini tidak terjadi lagi di mana pun, dalam bentuk apa pun.