Juventus dan Ronaldo yang Saling Beradaptasi

5 Desember 2018 14:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan gelandang Juventus, Claudio Marchisio. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan gelandang Juventus, Claudio Marchisio. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
ADVERTISEMENT
Untuk sementara, Claudio Marchisio berjarak dengan Juventus. Namun, bukan berarti ingatannya tentang Si Nyonya Tua pudar begitu saja.
ADVERTISEMENT
Tiga belas musim berseragam Juventus--walau sempat dipinjakan ke Empoli pada 2007/08, Marchisio memutuskan untuk hengkang. Tak cuma dari Turin, tapi juga ingar-bingar sepak bola Italia. Per awal 2018/19 ia sudah resmi menjadi penggawa Zenit St Petersburg, di Rusia sana.
Kepergian Marchisio dan beberapa rekannya dari Juventus ditandai dengan kedatangan Cristiano Ronaldo dari Real Madrid. Kedatangan sang megabintang adalah perkara serius. Di tengah gelimang gelar juara dan nama besar di Madrid, Ronaldo memutuskan untuk angkat kaki dan menjejak di Juventus. Yang bersorak bukan hanya suporter Juventus, tapi juga hampir seluruh penghuni jagat calcio. Keberadaan Ronaldo dinilai sebagai harapan baru bagi kebangkitan sepak bola Italia.
Hingga jelang pekan ke-15, Serie A 2018/19 tetap menjadi ruang bagi Juventus untuk menancapkan dominasinya. Bagaimana tidak? Dalam 14 pertandingan, mereka tak kalah sekalipun. Hanya satu pertandingan yang berujung pada hasil imbang, sementara selebihnya ditutup dengan raihan poin penuh. Ronaldo pun demikian. Di awal-awal musim, ia memang dicap mandul, kehilangan tajinya di depan gawang. Namun, laga pekan keempat, keran gol yang sempat pampat itu akhirnya terbuka. Berawal dari dwigol di laga itu, Ronaldo melesat dan menyegel 10 gol, lima assist, dan 25 umpan kunci di pentas Serie A.
ADVERTISEMENT
Yang diingat baik-baik oleh Marchisio adalah bagaimana pola permainan Juventus sebelum dan sesudah Ronaldo. Kedatangan Ronaldo memang mengubah banyak hal, termasuk skema permainan tim yang mengamankan scudetto dalam tujuh musim berturut-turut itu. Paling sederhana, skema 4-2-3-1 yang biasa diusung oleh sang allenatore, Massimiliano Allegri, diubah menjadi 4-3-3 demi mengakomodir keberadaan Ronaldo, sang penembak jitu. Dengan menggunakan skema ini, Ronaldo juga mendapat sokongan dari sisi sayap sehingga produktivitasnya benar-benar terjaga.
Yang berubah di pandangan Marchisio tak hanya gaya bermain Juventus, tapi juga Ronaldo sendiri. Sejalan dengan durasi kariernya, Ronaldo beradaptasi agar ia tetap relevan dengan perkembangan zaman. Ronaldo yang sekarang bukan lagi winger yang gemar berlari kencang dan sering-sering melakukan dribel. Memang, ia masih kerap bergerak dari sisi lapangan dan menggiring bola, tetapi tugas utamanya sudah bukan itu.
ADVERTISEMENT
Para pemain Juventus merayakan go Mario Mandzukic ke gawang Valencia. (Foto: Massimo Pinca/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Juventus merayakan go Mario Mandzukic ke gawang Valencia. (Foto: Massimo Pinca/Reuters)
Dengan kekokohan fisik dan penempatan posisi yang apik, Ronaldo kini berubah jadi penyerang yang mematikan. Area geraknya lebih banyak dihabiskan di dalam dan sekitar kotak penalti lawan. Memberi ruang pada Ronaldo di dalam boks berarti petaka.
Hanya, keistimewaan yang seperti itu tak membuat Ronaldo menjadi sosok yang egois. Di Juventus, ia memang mendapatkan sokongan dari pemain-pemain sayap yang memberikannya keleluasaan untuk bergerak liar di area pertahanan lawan. Namun, Ronaldo pun terlibat dalam permainan. Dalam situasi tertentu, gol memang bukan dari kakinya, tapi tanpa umpan kunci assistnya, tak akan ada gol tadi. Artinya, dari kacamata Marchisio, Ronaldo menjadi sosok yang krusial bagi moncernya keran gol Juventus.
"Ronaldo telah mengubah gaya permainannya di Italia, ia sering bergerak lebih ke dalam mengejar bola. Ia menjadi bagian dalam bangunan serangan Juventus dan hampir selalu terlibat dalam gol dan assist. Ia adalah sosok yang krusial bagi tim. Apalagi, Juventus masih memiliki Giorgio (Chiellini) yang menjadi kunci bagi kokohnya pertahanan Juventus. Walaupun pemain bertahan, ia bisa melesak ke depan dan mengancam lewat sundulannya," ucap Marchisio dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
Perhatian Marchisio mau tak mau juga tidak bisa dialihkan dari laga pekan ke-15 Juventus di Serie A. Kali ini, Inter Milan yang siap mengadang dan menjegal. Sepak-terjang anak-anak didik Luciano Spalletti di musim ini tidak bisa dianggap remeh. Kini mereka ada di peringkat ketiga dengan raihan 29 angka. Keberhasilan mereka bercokol di tiga adalah buah dari sembilan kemenangan, dua hasil imbang, dan tiga kekalahan yang dibangun dari 27 gol dan catatan kemasukan 12 kali. Berangkat dari catatan ini saja, laga melawan Inter ini bisa diprediksi bakal berlangsung sengit. Itu belum ditambah dengan gelar Derby d'Italia yang menjadi tajuk laga.
"Ini akan menjadi pertandingan sengit dan penting sekaligus. Inter menunjukkan kualitasnya, terutama musim ini, bahkan saat mereka masih memiliki kekurangan. Hanya, yang perlu diingat, laga ini cuma bagian dari keseluruhan musim yang masih panjang. Di sisi lain, pertandingan ini akan menjadi penting bagi kedua tim karena mempertemukan dua tim kuat yang begitu gigih merengkuh tujuan mereka," jelas Marchisio.
ADVERTISEMENT
===
Laga pekan ke-15 Serie A 2018/19 yang mempertemukan Juventus dengan Inter Milan dihelat pada Sabtu (8/12/2018) di Juventus Stadium. Sepak mula bakal berlangsung pada pukul 02:30 WIB.