Kalau Mau, Red Bull Salzburg Bisa Saja Membeli Cristiano Ronaldo

28 April 2020 20:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cristiano Ronaldo di pertandingan Coppa Italia 2019/20 melawan Roma. Foto: AFP/Marco Bertorello
zoom-in-whitePerbesar
Cristiano Ronaldo di pertandingan Coppa Italia 2019/20 melawan Roma. Foto: AFP/Marco Bertorello
ADVERTISEMENT
Selama mau, tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Red Bull Salzburg, termasuk memboyong Cristiano Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Tenang dulu, klub tersebut tak sedang melego Juventus untuk melepas bintang mereka. Kalimat itu adalah cara gelandang Jerman yang kini bermain di Benevento, Oliver Kragl, mengekspresikan kekagumannya akan Red Bull Salzburg.
"Red Bull Salzburg memaksa juara bertahan Liga Champions bertanding mati-matian di Anfield. Mereka juga menahan imbang Napoli di Naples," jelas Kragl sebagaimana dilansir Goal.
"Kalau mau, Red Bull sepertinya juga bisa membeli Ronaldo. Bahkan seandainya bermain di Bundesliga Jerman, Salzburg bisa tetap tampil hebat," tutur Kragl.
Penggawa Red Bull Salzburg di Liga Champions musim 2019/2020. Foto: REUTERS/Francois Lenoir
Terlepas dari kegagalan mereka melangkah ke fase gugur Liga Champions 2019/20, Salzburg kini dikenal sebagai tim pabrikan pemain-pemain muda berkualitas.
Yang paling moncer, ya, Erling Haaland. Itu belum ditambah dengan Takumi Minamino yang kini sedang berusaha merebut tempat di Liverpool. Tentu saja kita tidak bisa melupakan Sadio Mane yang kini menjadi salah satu bintang The Reds.
ADVERTISEMENT
Pembinaan usia muda memang satu hal. Akan tetapi, bisnis yang tak main-main juga membuat RB Salzburg leluasa untuk melaju. Sejak awal berdiri, Red Bull yang merupakan perusahaan minuman berenergi, punya taktik unik.
Mereka mengincar konsumen penyuka minuman ringan, seperti CocaCola atau Pepsi. Awalnya, basis perusahaan, Austria, dibidik sebagai pasar utama. Seiring pertumbuhan perusahaan, jangkauan mereka meluas sampai ke [hampir] seluruh dunia.
Cristiano Ronaldo merayakan gol ke gawang Cagliari. Foto: Reuters/Massimo Pinca
Sepak bola lantas dipilih sebagai alat untuk memperluas pasar. Pembelian kepemilikan sejumlah klub sepak bola menjadi langkah yang dianggap strategis.
Selain Salzburg yang berganti nama menjadi RB Salzburg pada 2005, ada sejumlah klub lain: RB New York, Red Bull Brasil, Red Bull Ghana, dan tentu saja RB Leipzig.
ADVERTISEMENT
Red Bull tak sekadar mengakuisisi, tetapi juga memberi manfaat yang tak kalah hebat: Membangun stadion dengan fasilitas yang jauh lebih oke.
Akan tetapi, pembangunan stadion dibarengi dengan pergantian nama menjadi Red Bull Arena. Hanya nama kota yang menjadi pembeda. Kalau di New York namanya Red Bull Arena New York, kalau di Leipzig, ya, Red Bull Arena Leipzig.
Begitu pula dengan warna tim. Semuanya akan diubah menjadi warna produk Red Bull: dasar putih dan aksen merah. Perhatikan saja semua seragam kandang tim-tim di bawah naungan Red Bull.
Cara itu ibarat product placement paling masif yang bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan. Bayangkan ada berapa banyak suporter setiap tim. Kalau para suporter bersedia 'menyerahkan' sejarah kepada orang luar, bayangkan sekuat apa perusahaan tersebut. Bayangkan pula setinggi apa nilai perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ. Olahraga glamor seperti Formula 1 dan MotoGP pun berhasil dibidik Red Bull.
Lewat langkah-langkah itu, Red Bull menancapkan kakinya dalam-dalam, setidaknya, di kota tempat klub bernaung. Toh, kebanyakan kota tersebut tergolong metropolitan alias pusat kehidupan negara.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!