Kasus Asosiasi Sepak Bola Mauritius: Ada Kamera di Toilet Perempuan

26 Agustus 2021 12:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi stadion sepak bola. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stadion sepak bola. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk ranah sepak bola. Teranyar, kabar tak menyenangkan itu datang dari Asosiasi Sepak Bola Mauritius (MFA).
ADVERTISEMENT
Dilaporkan oleh The Guardian, seorang petugas kebersihan di kantor pusat MFA mengeklaim telah menemukan sebuah ponsel dalam mode perekaman di toilet perempuan.
Dua anggota dewan telah mengundurkan diri setelah MFA menangani kasus tersebut. Sekretaris administrasi, Mila Sinnasamy, yang mengajukan aduan itu.
Pelecehan seksual di kantor (ilustrasi) Foto: Shutter Stock
Menurut pengakuan Mila, ponsel yang ditemukannya pada 30 Juli lalu disembunyikan di keranjang biru yang diletakkan di tangki air toilet wanita di kantor MFA.
Pihak kepolisian mengatakan sebuah dokumen laporan tentang tuduhan voyeurisme akan diserahkan ke kantor direktur penuntutan publik. FIFA sendiri tengah memantau situasi.
Sementara itu, Bindou Kistnairain, yang bekerja sebagai petugas kebersihan mengaku menemukan telepon di toilet perempuan pada Mei lalu. Ia enggan membuat laporan karena takut dipecat.
ADVERTISEMENT
Hal itu ia jelaskan di dalam sebuah surat kepada bagian sumber daya manusia MFA yang ditulis pada 4 Agustus lalu.
"Semuanya dimulai ketika saya pergi ke toilet (kiri) untuk mengambil tempat sampah plastik di keranjang biru. Saya melihat telepon di dalam keranjang," tulis Bindou dikutip dari The Guardian.
"Awalnya, saya mengambilnya dan kemudian berkata pada diri sendiri, 'mungkin seseorang lupa ponselnya saat buang air kecil' dan tidak menganggapnya aneh," lanjutnya.
Didier Pragassa yang menjabat sebagai sekretaris jenderal telah mengundurkan diri pada awal Agustus lalu. Menurut Bindou, Pragassa kerap terlihat di toilet perempuan.
"Sepanjang hari, dia terus berjalan di koridor mengawasi kami dan duduk di lounge bukan ke dispenser air untuk melihat siapa yang keluar masuk kamar mandi," tulis Bindou dalam suratnya.
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Karyawan senior MFA lainnya, Mylene Hosanee, juga mengeluh dalam sebuah surat kepada petugas SDM bahwa dia melihat Pragassa berjalan ke toilet perempuan.
ADVERTISEMENT
Hosanee mengatakan dirinya berada di toilet pada 30 Juli lalu dan mencurigai Pragassa bersembunyi di salah satu bilik. Ketika ditanya apa yang dilakukannya, Pragassa enteng menjawab tersesat.
"Saya berhenti gemetar ketakutan dan saya berlari ke koridor untuk memberi tahu rekan saya bahwa ada orang lain di toilet wanita," tulis Hosanee dikutip dari The Guardian.
Nazeer Bowud selaku pejabat sekretaris jenderal MFA mengatakan bahwa penyelidikan internal sedang berlangsung, namun mempertanyakan mengapa Bindou tidak melaporkannya lebih awal.
"Beberapa keluhan mengatakan ponsel itu pertama kali terlihat pada Mei lalu. Kenapa tidak ada yang memberi tahu tentang itu?" kata Nazeer kepada The Guardian.
Mungkin tidak banyak korban pelecehan yang berani berbicara seperti Mila. Bindou dan Hosanee memilih untuk bungkam karena keduanya tak punya kuasa, rentan, dan dipenuhi ketakutan kehilangan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Nazeer mengakui telah menerima lima surat tentang insiden itu. Ia meminta Mila untuk menulis laporan setelah menemukan telepon tersebut. Ia pun berkomitmen untuk mencari kebenaran.
"Saya mendorong orang untuk pergi ke polisi. Kita membutuhkan kebenaran dan untuk mengetahui berapa banyak orang yang bersalah," tegas Nazeer.