Keberadaan Marco Motta Memperkuat Sekaligus Membatasi Persija Jakarta

17 Maret 2020 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Persija, Marco Motta, di laga lawan Persela. Foto: Dok. Media Persija
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Persija, Marco Motta, di laga lawan Persela. Foto: Dok. Media Persija
ADVERTISEMENT
Semua orang patut bertanya-tanya: Apa yang sebenarnya Persija Jakarta cari dari Marco Motta?
ADVERTISEMENT
Dari segi usia, dia sudah 33 tahun. Performanya pun rasanya tak bisa dibilang seperti dahulu kala. Kalau performanya berada di level teratas, tentulah dia bermain di Juventus atau klub besar lain, dong, alih-alih di Liga Siprus bersama Omonia, lalu pindah ke Persija.
Jangan lupa bahwa Persija juga punya dua pemain untuk pos yang ditempati Motta, bek kanan. Nama pertama adalah Ismed Sofyan. Kedua, dialah Alfath Fathier, bek kanan muda yang menonjol dalam dua musim terakhir sebelum direkrut Persija.
Situasi demikian sempat membuat banyak prediksi bermunculan, yakni soal Motta yang akan dimainkan sebagai gelandang. Kian masuk akal karena sebelum liga digelar, Ismed sempat berkata bahwa Motta kemungkinan bermain di posisi itu.
Aksi Marco Motta saat melawan Borneo FC. Foto: dok. Liga Indonesia
Nyatanya, sejak turnamen Piala Gubernur Jatim 2020 hingga Liga 1 2020 sudah dimulai, Motta tak bermain sebagai gelandang. Dia justru tetap bermain di posisi murninya dan mampu tampil cukup memuaskan.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang diberikan oleh Motta dari pos bek tersebut adalah akurasi operannya. Lewat hal ini, berulang kali dia melepaskan crossing atau pun umpan tarik yang berujung peluang berbahaya buat Persija.
Dia bahkan sudah mencatatkan satu assist karena kemampuannya itu. Ini dia catatkan pada laga perdana Liga 1 melawan Borneo FC. Pada menit ke-21, umpan tariknya tak kuasa dihalau kiper Borneo hingga diteruskan Osvaldo Haay menjadi gol.
Pada proses sebelum terjadinya gol, Motta yang ada di sisi kanan menyambut umpan panjang Riko Simanjuntak. Sosok ini, yang memang jadi poros utama Persija di bawah Sergio Farias, amat membantu kinerja Motta.
Karena Riko pula, beberapa kelebihan Motta lain terasa maksimal. Salah satunya adalah kemampuannya membaca permainan dan merancang serangan. Itu memungkinan karena pergerakan Riko begitu mobile dan piawai mencari ruang.
ADVERTISEMENT
Skenario demikian terjadi pada gol kedua melawan Borneo. Usai melewati seorang pemain, Motta yang ada di depan kotak penalti melepaskan terobosan ke arah Riko yang tak terkawal. Nama terakhir meneruskannya ke arah Marko Simic menjadi gol.
Marco Motta dan Evan Dimas merayakan gol ke gawang Borneo FC. Foto: dok. Liga Indonesia
Yang lantas terlihat dari sini adalah secara teknis, kemampuan Motta tampak tak tergerus. Akurasi operannya masih amat terjaga, kemampuannya dalam mengawali serangan pun cukup bisa diandalkan.
Namun, itu baru dari satu aspek. Pada aspek lain yang mana tak kalah penting sebagai seorang bek kanan, Motta justru menjadi masalah, yakni kemampuan bertahannya yang sejauh ini terbilang medioker.
Laga melawan Borneo bisa kembali dijadikan contoh. Pada laga itu Persija berhasil mencetak tiga gol yang dua di antaranya berawal dari Motta. Akan tetapi, mereka bobol dua kali yang dua-duanya juga erat kaitannya dengan Motta.
ADVERTISEMENT
Pada gol pertama, Motta kalah berduel udara dengan Fransico Torres. Adapun pada gol kedua, dia gagal menghentikan pergerakan Terens Puhiri di sisi kanan sehingga berujung gol bunuh diri Ryuji Utomo.
Marco Motta, bek kanan Persija Jakarta. Foto: dok. Persija
Terlepas dari dua gol itu, sisi Motta memang cukup sering dieksploitasi Borneo, terutama dalam situasi serangan balik. Intensitas menyerang Motta yang tinggi dan kecepatannya yang rendah adalah penyebabnya.
Hal demikian disadari oleh pelatih Bhayangkara FC, Paul Munster. Maka saat melawan Persija, sisi Motta menjadi salah satu titik tumpu penyerangan timnya. Beruntung, tak ada gol yang tercipta dari sana, meski Persija cuma bisa bermain imbang 2-2.
Farias tampaknya turut sadar dengan kondisi ini. Besar kemungkinan itulah yang membuat dirinya cukup sering menerapkan 4-3-1-2 selama ajang Piala Gubernur Jatim. Itu pula yang membuat Riko beberapa kali berada di sisi kanan pertahanan.
ADVERTISEMENT
Tujuannya untuk meng-cover area bermain Motta. Hasilnya cukup apik, Persija berhasil menembus babak final. Namun, di Liga 1 sejauh ini, skema itu belum digunakan lagi oleh Farias. Dia justru selalu menerapkan 4-3-3, 4-2-3-1, dan ragam varian sejenis.
Entah apa alasannya. Yang jelas, Farias mesti sadar bahwa ada positif dan negatif terkait keberadaan Motta. Dari segi teknis, statusnya sebagai eks pemain kenamaan dunia masih terjaga. Namun, lain hal dengan kemampuan bertahannya.