Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada Februari 2019, hasil penyelidikan Badan Penyelidikan Kecelakaan Udara (AAIB) menyimpulkan bahwa pesawat yang ditumpangi Sala jatuh dari ketinggian ribuan kaki dalam tempo 20 detik setelah membuat putaran 180 derajat hanya beberapa menit setelah pilot meminta ketinggian pesawat diturunkan.
Pada Jumat (13/3) fakta baru terkait kecelakaan ini muncul. David Ibbotson, pilot pesawat tersebut, disebut tidak memiliki lisensi terbang komersial.
Fakta tersebut diungkap oleh Air Accidents Investigation Branch (AAIB). Berdasarkan investigasi AAIB, Ibbotson hanya mengantongi lisensi terbang pesawat pribadi. Lisensi ini tidak mengizinkan seorang pilot untuk menerbangkan pesawat penumpang secara profesional.
Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa pesawat yang ditumpangi Sala jatuh ke laut dengan kecepatan mencapai 245 knot saat kecelakaan terjadi. Kecepatan itu jauh di atas kecepatan yang diizinkan, yaitu--maksimal--203 knot.
ADVERTISEMENT
"Pesawat kehilangan kendali saat membuat putaran secara manual. Lalu, pesawat turun dengan cepat," ujar Geraint Herbert, investigator AAIB yang menangani kasus Sala, dikutip dari ESPNFC.
Bangkai pesawat Piper Malibu tersebut ditemukan di dasar Selat Inggris pada 7 Februari 2019. Di lokasi itu pula ditemukan jenazah Sala, sedangkan jenazah Ibbotson belum ditemukan sampai sekarang.
Ibbotson disebut belum menyelesaikan seluruh sesi latihan terbang pada malam hari. Laporan itu juga memaparkan bahwa Ibbotson buta warna dan memiliki skor menerbangkan pesawat Single-Engine Piston (SEP) yang sudah kedaluwarsa tiga bulan sebelum kecelakaan itu terjadi.