Kelamnya Masa Kecil Patrice Evra: Dilecehkan, Jual Narkoba hingga Ngemis

3 Mei 2022 19:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patrice Evra. Foto: AFP/PATRIK STOLLARZ
zoom-in-whitePerbesar
Patrice Evra. Foto: AFP/PATRIK STOLLARZ
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Patrice Evra memiliki karier yang terbilang sukses sebagai pesepak bola. Akan tetapi, ia menempuh jalan yang panjang untuk mencapai hal itu, termasuk melalui masa kecil yang kelam.
ADVERTISEMENT
Evra lahir di Dakar, Senegal, pada 15 Mei 1981. Mantan pemain Manchester United (MU) itu mulai menjalani kerasnya kehidupan setelah ditinggal sang ayah.
"Saya melakukan tiga hal sebelum bermain sepak bola," kata Evra dalam BBC Freeze the Fear, dikutip dari Daily Mail.
"Menjual narkoba, mengemis untuk uang di depan toko, dan bekerja di toko televisi. Satu tidak benar," tambahnya.
Patrice Evra. Foto: Srdjan Zivulovic/REUTERS
Kala itu, Patrice Evra masih cukup belia, baru berusia 13 tahun. Kondisinya bahkan memaksanya untuk mengais makanan sisa yang sudah dibuang ke tempat sampah.
"Saya tidak menjual televisi. Dua lainnya benar. Saya sepertinya berusia 13 tahun," kenang Evra.
"Kadang-kadang bahkan di tengah malam, ketika mereka membuang Big Mac [burger] dingin, kami pergi ke tempat sampah. Saya pikir ketika saya pergi itu seperti kekacauan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dalam keadaan seperti itu, sepak bola telah menjadi bagian dari kehidupannya. Selama tinggal di jalanan, Evra juga banyak memainkan si kulit bundar di jalanan.
Patrice Evra. Foto: Clive Rose/Getty Images
Patrice Evra kemudian pindah ke Italia di mana semuanya amat berbeda. Di 'Negeri Pizza' tersebut, ia baru mengetahui bahwa orang dilayani saat makan, hal itu tentu kontras dengan pengalamannya yang harus mengorek tempat sampah.
"Sepak bola menyelamatkan saya. Ketika saya berusia 17 tahun, saya bepergian ke Italia. Saya ingat ketika kami tiba dan kami duduk sepanjang waktu dan mereka menyajikan makanan kepada kami. Saya masuk ke kamar saya," ujar Evra.
"Saya memakai baju olahraga dan menelepon ibu, berkata, 'Bu, di sini seperti surga, orang-orang melayani kami makanan, itu seperti dua garpu di satu sisi, dua pisau di satu sisi.' Itu ingatan terbaik saya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kembali ke usia 13 tahun, hidup Evra tak hanya diwarnai dengan narkoba dan makanan dari tempat sampah. Ia juga harus mengalami pelecehan seksual.
Patrice Evra mengaku pelecehan tersebut berpengaruh dalam kehidupannya setelahnya. Pelakunya adalah kepala sekolah dan ia yang ta memiliki kuasa tak sanggup melakukan apa-apa.
Mantan penggawa Manchester United, Patrice Evra. Foto: John Sibley Livepic/File Photo
"Dilecehkan secara seksual pada usia 13 tahun memiliki dampak besar pada hidup saya. Anda hanya merasa malu pada diri sendiri," ungkap Evra.
"Ketika Anda tidak mempercayai otoritas, karena itu adalah kepala sekolah saya, Anda jadi tidak mempercayai orang lain," tutupnya.
Evra banyak menghabiskan karier sepak bolanya di Prancis. Akan tetapi, masa-masa keemasannya adalah ketika ia berseragam Manchester United pada periode 2006-2014.
Selama itu, ia memenangi lima Liga Inggris, tiga Piala Liga Inggris, satu Liga Champions, serta satu Piala Dunia Antarklub. Ia bergabung ke Juventus usai meninggalkan Old Trafford.
ADVERTISEMENT
Evra juga melakoni karier yang apik bersama 'Si Nyonya Tua', memenangi tiga Liga Italia dan satu Coppa Italia. Pemilik 81 caps bersama Timnas Prancis itu gantung sepatu pada 29 Juli 2019.