Kemenangan Saja Tak Cukup untuk Guardiola

17 September 2018 9:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pep Guardiola mengacungkan jempol karena terkesima dengan gaya permainan City. (Foto: Action Images via Reuters/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Pep Guardiola mengacungkan jempol karena terkesima dengan gaya permainan City. (Foto: Action Images via Reuters/Jason Cairnduff)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manchester City memang memenangi laga kelima mereka di gelaran Premier League 2018/19. Berhadapan dengan Fulham di Etihad Stadium pada Sabtu (15/9/2018), skuat asuhan Pep Guardiola berhasil menuntaskan laga dengan kemenangan 3-0.
ADVERTISEMENT
Menang telak dengan catatan nirbobol pada kenyataannya tidak cukup untuk menyenangkan Guardiola. Bahkan dalam wawancaranya, ia mengaku marah dengan performa anak-anak asuhnya. Yang membuat Guardiola marah dan tak puas dengan kemenangan itu adalah kegagalan Bernardo Silva menambah gol City di menit 51. Menerima umpan silang Leroy Sane dari area kiri pertahanan lawan, Bernardo melepaskan tembakan tepat dari mulut kotak penalti.
Di momen itu, Sane berhasil membuktikan diri sebagai salah satu pemain cerdik yang dapat memancing pergerakan lawan. Alhasil, area tengah pertahanan lawan menjadi cukup kosong, sehingga memberikan ruang yang cukup bagi Bernardo untuk mengambil posisi. Sayangnya, alih-alih menambah gol, sepakan Bernardo itu justru melenceng ke kiri gawang.
"Umpan itu diterima dengan baik oleh Bernardo dan seketika saya berkata: Mustahil tembakannya bakal meleset karena saya tahu kualitasnya seperti apa. Ternyata, tembakan itu justru melenceng dan saat itu saya cuma berkata: Wow," seperti itu Guardiola menumpahkan kekesalannya di konferensi pers usai laga. Kekecewaan itu bahkan tergambar jelas dari gesture memegang kepala saat ia mengucapkan 'wow' tadi.
ADVERTISEMENT
"Reaksi dan ekspresi saya ini muncul saat mereka alpa akan hal-hal sederhana. Kalau seperti itu, saya bahkan tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Saya gusar karena di sana ada seorang pemain yang kehilangan momentum saat memanfaatkan umpan sederhana karena terlalu banyak sentuhan. Saya marah kepada pemain-pemain saya dan mereka memahami kemarahan ini,"
"Kami sudah berulang kami membicarakan ini, tentang gol, assist atau dribel. Kesalahan itu wajar, tapi mengontrol dan mengumpan bola itu hal sederhana. Jika mereka melakukan kesalahan dengan itu -dan pada kenyataannya memang banyak- ya, itulah sebabnya di sesi-sesi latihan saya menunjukkan kepada mereka bahwa kesalahan itu bisa dan harus diperbaiki," ucap Guardiola, dilansir The Guardian.
Pep memang pribadi yang sangat intens menikmati kesempurnaan yang mewujud dalam permainan timnya. Intensitas itu dirasakan oleh semua pemain yang pernah ditanganinya: menjejali pemain dengan analisis video lengkap dengan informasi tentang statistik lawan, memenuhi atmosfer ruang ganti dengan pentingnya menjadi bagian dari tim, dan melindungi anak-anak asuhnya saat hendak menghadapi pertandingan.
ADVERTISEMENT
Pep Guardiola dan Bernardo Silva di laga Manchester City vs Fulham. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Pep Guardiola dan Bernardo Silva di laga Manchester City vs Fulham. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
Tapi, kesempurnaan dalam perkara persiapan laga itu tak pernah cukup untuk mantan manajer Bayern Muenchen ini. Ia menginginkan pertandingan berjalan sesuai dengan isi kepalanya. Yang memuaskannya hanya kemenangan yang sempurna, bukan menang sekadar menang.
Itulah sebabnya, ia tetap bisa mengamuk di ruang ganti saat timnya kebobolan satu gol walaupun pertandingan berakhir dengan kemenangan untuk The Citizens. Kegusarannya setelah laga melawan Fulham itu bukan yang pertama. Apa yang terjadi di laga melawan Crystal Palace (19/11/2016) dan Burnley (26/11/2016), membuat Guardiola tak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari. Sebabnya, ya, karena tim tidak bermain sesuai dengan kemauannya.
"Mungkin pemain-pemain saya jauh lebih marah daripada saya. Mengumpan bola sejauh dua atau tiga meter -ingat, jangan ceroboh- tapi, kesalahan itu muncul beberapa kali, terutama di babak pertama. Dan tim-tim papan atas bisa menghukummu dengan begitu hebat karena kesalahan macam ini," jelas mantan penggawa Barcelona ini.
ADVERTISEMENT
"Saya tahu, hal-hal seperti ini memang wajar terjadi setelah jeda internasional. Ya, coba bayangkan saja perjalanan jauh itu yang membuatmu hanya bisa melakoni satu sesi latihan. Tapi, sekarang kami sudah memulai kembali. Sampai pertandingan melawan Liverpool (7/10/2018), dalam sebulan, kami akan bertanding tiga hari sekali. Jadi, semua orang harus mempersiapkan diri," pungkas Guardiola.