Trent Alexander-Arnold

Kenapa, sih, Alexander-Arnold Memakai Nomor Punggung 66 di Liverpool?

21 April 2020 0:04 WIB
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Trent Alexander-Arnold beraksi di pertandingan melawan Wolves. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Trent Alexander-Arnold beraksi di pertandingan melawan Wolves. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain akademi yang mendapat kesempatan untuk menjajal bermain di tim inti Liverpool biasanya akan diberi jersi bernomor besar. Jangan harap bisa bermain dengan memakai jersi bernomor punggung 1 sampai 11.
ADVERTISEMENT
Nomor punggung besar biasanya tidak terpakai. Lagi pula, biasanya pemain akademi tidak akan langsung tampil rutin di tim utama. Nanti, kalau mereka benar-benar sudah resmi berlaga bersama tim utama, akan diberi nomor punggung yang lebih bergaya.
Trent Alexander-Arnold juga diperlakukan seperti itu. Laga pramusim melawan Swindon Town menjadi debutnya bersama tim utama saat masih diasuh Brendan Rodgers.
Pelukan Klopp untuk Alexander-Arnold. Foto: Reuters/Carl Recine
Nomor punggung 66 diberikan kepada Alexander-Arnold. Koordinator kitman Liverpool, Lee Radcliffe, awalnya mengira Alexander-Arnold tak akan berlama-lama di tim utama.
Anggapan Radcliffe ternyata keliru. Alexander-Arnold justru mendapatkan kontrak profesionalnya bersama tim utama pada 2016/17.
"Pemain akademi yang diberi kesempatan untuk menjajal tim utama biasanya akan diberi nomor punggung besar," ujar Radcliffe, dikutip dari laman resmi Liverpool.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak mau memberi mereka nomor kecil (1-11) karena kami tidak ingin membuat mereka berpikir bahwa mereka bisa langsung mendapat tempat di tim utama," tutur Radcliffe.
Trent Alexander-Arnold mencium trofi Liga Champions. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Taktik racikan Juergen Klopp membentuk Alexander-Arnold menjadi salah satu bek kanan terbaik di dunia. Tak cuma bertahan, Alexander-Arnold juga bisa menjadi hulu serangan Liverpool. Eksekusi bola matinya acap menjadi senjata mematikan yang membuat lawan kehilangan taji.
Alexander-Arnold sampai ke final Liga Champions 2017/18, mengalami sendiri seperti apa rasanya kalah di partai puncak.
Lara itu tak berlangsung lama. Pada 2018/19, Liverpool menutup musim sebagai kampiun Liga Champions. Alexander-Arnold ada di sana. Pemain asal Inggris ini bahkan berkontribusi langsung pada gol Liverpool di semifinal leg kedua melawan Barcelona.
ADVERTISEMENT
Liverpool memulai laga dengan ketertinggalan agregat 0-3, menyelesaikan leg kedua dengan kemenangan 4-0 dan tiket final. Assist Alexander-Arnold membidani dua dari empat gol tersebut.
Naiklah Alexander-Arnold ke podium juara, mengangkat dan mencium trofi Si Kuping Besar. Tak cuma itu. Ia turut merasakan nikmatnya menjadi juara di Piala Dunia Antarklub dan Piala Super Eropa.
Bagi Radcliffe, pemandangan ini terasa surealis. Remaja 19 tahun menjadi juara Eropa, menempatkan dirinya sebagai pemain utama.
Nomor punggung 66 yang diberikan padanya tak lagi menjadi penanda bahwa Alexander-Arnold anak akademi, tetapi pemain muda yang matang dan sanggup mempersembahkan gelar juara.
"Melihatnya mengangkat trofi dan berselebrasi dengan jersi bernomor punggung 66 terasa surreal. Ada perasaan ganjil yang sulit digambarkan. Rasanya aneh melihat seseorang merasa gembira dengan nomor punggung besar," tutur Radcliffe.
Bek sayap Liverpool, Trent Alexander-Arnold. Foto: REUTERS/Phil Noble
Alexander-Arnold berhak meminta nomor punggung baru. Ia pantas mendapat nomor punggung yang lebih bergengsi.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Alexander-Arnold tak ambil pusing. Kalau yang ia miliki adalah nomor punggung 66, ia bakal menjadi pemain hebat yang membikin orang-orang sibuk mencari jersi bernomor punggung 66 itu.
"Orang seperti Trent sudah merasa senang hanya dengan berada di tim utama. Ia sepertinya tidak menyadari sehebat apa kualitasnya sebagai pesepak bola. Ia bukan penuntut, ia tidak meminta apa pun," kata Radcliffe.
"Saya pikir dia saja waktu diberi nomor itu dan berpikir: 'Ya, sudah. Nomor itu yang diberikan buat saya, maka saya menerimanya.' Ia seperti tidak sadar bahwa dalam beberapa tahun terakhir nomor punggung itu menjadi ikonik karena performanya," jelas Radcliffe.
Trent Alexander-Arnold tampil memukau di laga versus Leicester City. Foto: REUTERS/Andrew Yates
Ada sederet prestasi Alexander-Arnold yang membuatnya layak diganjar puja-puji. Alexander-Arnold adalah pemain Liverpool pertama di era Premier League yang bisa membuat setidaknya 10 assist di lebih dari satu musim.
ADVERTISEMENT
Bahkan ia menjadi bek Premier League pertama yang mampu menorehkan catatan tersebut. Usianya masih muda pula, kini baru 21 tahun.
Namun, ya, itu tadi. Alexander-Arnold tak berubah. Ia tetap anak muda yang senang-senang saja dengan segala hal yang diberikan padanya.
Di mata Radcliffe, Alexander-Arnold akan selalu menggunakan apa yang ada di tangannya untuk mewujudkan apa yang ada di dalam kepalanya.
Mural Trent Alexander-Arnold di Liverpool. Foto: Reuters/Carl Recine
"Kami sebenarnya selalu menyimpan jersinya. Ya, jaga-jaga saja jika suatu waktu kami mendapat telepon: 'Hei, Trent ingin nomor punggung yang lebih kecil.' Namun, permintaan tersebut tidak datang-datang sampai sekarang," papar Radcliffe.
"Nomor punggung itu sekarang semakin ikonik dan lewat permainan Trent kami juga percaya bahwa nomor itu akan menjadi sakral di masa depan," pungkas Radcliffe.
ADVERTISEMENT
====
Simak panduan lengkap dalam menghadapi pandemi corona dalam Pusat Informasi Corona: Sebuah inisiatif yang dirancang kumparan untuk membantu masyarakat Indonesia.
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 jersi original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten