Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Kisah Anthony Vanden Borre, Wonderkid Football Manager yang Pensiun Dini
2 Juli 2021 14:26 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:54 WIB

ADVERTISEMENT
Anthony Vanden Borre merupakan pemain Belgia yang pernah masuk dalam daftar pemain muda berbakat (wonderkid) game Football Manager (FM). Namun, kariernya di dunia nyata mengalami kemunduran hingga pensiun dini.
ADVERTISEMENT
Pemilik nama Anthony Henri Vanden Borre mulai mencuat saat Football Manager merilis edisi tahun 2005. Ia menjadi rekrutan pertama bagi semua orang saat memulai musim baru.
Di Football Manager 2005, Vanden Borre memang memiliki prospek yang bagus. Selain itu, satu hal lain yang membuatnya menjadi primadona adalah kemampuannya bermain di lebih dari satu posisi (versatile).
Sebenarnya tidak salah bila database Football Manager menjadikan Vanden Borre sebagai pemain muda potensial. Dalam kehidupan nyata, ia memang dikenal sebagai pemain muda yang awalnya diramalkan memiliki prospek cerah dalam dunia si kulit bundar.
Sejak berusia delapan tahun, pria kelahiran 24 Oktober 1987 ini sudah memikat perhatian tim pelatih Anderlecht karena kemampuannya yang lebih menonjol ketimbang anak lainnya. Pamornya bahkan lebih baik ketimbang Vincent Kompany pada saat itu.
Jenjang karier Vanden Borre pun melesat dengan cepat. Pada usia 16 tahun, ia sudah promosi ke tim senior. Debutnya dimulai pada Maret 2004, saat itu ia bermain sebagai seorang gelandang serang.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, Anthony Vanden Borre kemudian terus dipercaya tampil bersama Anderlecht, baru lima pertandingan dijalaninya di level klub, panggilan untuk membela Timnas Belgia pun didapatkan.
Musim 2004/05, Vanden Borre terus dipercaya tampil secara kompetitif. Tidak hanya di kompetisi domestik, ia juga menorehkan penampilan di Liga Champions. Selain itu, bakatnya yang bisa bermain di lebih satu posisi pun kerap membuatnya ditempatkan sebagai bek sayap kanan atau bahkan winger kanan.
Modal yang dimilikinya adalah kecepatan, sehingga itu yang menjadi pertimbangan sang pemain kerap dimainkan di sisi lapangan. Kariernya benar-benar bersinar terang saat usianya belum genap 20 tahun.
Namun, segala pujian dan popularitas yang berhasil didapatkannya di usia muda malah menjadi bumerang untuk mematikan kariernya. Pada dasarnya, Vanden Borre adalah pemain dengan sikap yang baik, namun sikapnya dalam mengeluarkan komentar seringkali membuatnya bermasalah.
Pada tahun 2005, saat tampil menghadapi Zulte Warregem, Vanden Borre memamerkan gaya rambut baru yang sedikit nyeleneh. Potongan rambut tersebut membentuk huruf AVB, sebagai singkatan dari namanya.
ADVERTISEMENT
Namun gaya rambut baru yang dipamerkan dalam pertandingan tersebut tak sedikit pun membuat Manajer Anderlecht kala itu, Franky Vercauteren, tertarik.
Penampilan inferior Vanden Borre di lapangan membuat Vercauteren menariknya keluar lapangan. Selama dua tahun setelah kejadian tersebut, ulah demi ulah selalu dilakukan sang pemain.
Karena hal tersebut, kesempatan bermain Vanden Borre mulai berkurang. Bahkan dalam 11 pertandingan terakhir Anderlecht di kompetisi domestik musim 2006/07, ia tidak ada dalam daftar susunan pemain.
Bisa dibilang jasanya di Anderlecht sudah tidak lagi dibutuhkan kala itu, tidak ada pilihan lain bagi Vanden Borre selain pindah dan mencari pengalaman baru di klub lain.
Konon ketika kontraknya habis di Anderlecht beberapa kesebelasan besar Eropa seperti Ajax, Inter Milan, Tottenham Hotspur, hingga Juventus sangat menginginkan jasanya. Namun keputusan telah dibuat, ia lebih memilih Fiorentina sebagai pelabuhan barunya.
ADVERTISEMENT
Pilihan yang buruk, karena kesempatan bermain yang didapatkannya sangatlah minim. Total hanya 11 penampilan saja yang dilakoni selama musim 2007/08. Kabarnya penurunan performa yang dialami Vanden Borre disebabkan faktor non teknis.
Saat pindah ke Fiorentina, Vanden Borre dihadapkan pada kondisi berduka saat ibunya menderita sakit keras yang akhirnya berujung pada kematian. Dari sana, ia jadi sulit untuk berkonsentrasi, karena sangat dekat dengan ibunya. Hal yang kemudian membuat penampilannya selalu jauh dari kata mengesankan.
Semusim berselang, Vanden Borre dijual ke Genoa. Penampilannya sempat membaik karena setidaknya bisa melakoni 27 pertandingan. Namun penampilannya belum cukup untuk menggaet minat klub-klub besar kepadanya.
Semusim berikutnya ia dipinjamkan ke Portsmouth. Dalam peminjaman selama semusim itu, Vanden Borre tak lebih dari sekadar pemain lapis dua. Tahun 2011 ia kembali ke Genoa dan akhirnya dijual ke KRC Genk.
ADVERTISEMENT
Hanya satu musim bertahan di Genk, karier Vanden Borre hampir menemui akhir karena tidak ada kesebelasan mana pun yang mau menggunakan jasanya. Kemudian Anderlecht datang untuk menyelamatkan karier pemain didikannya itu.
Pada musim 2012/13, Anthony Vanden Borre resmi kembali ke klub masa kecilnya itu. Perjalanannya dimulai lagi dari nol, memainkan peran di tim muda, hingga akhirnya menunjukkan perkembangan yang signifikan, ia akhirnya kembali ke tim utama.
Vanden Borre kemudian menunjukkan kembali permainan terbaiknya. Panggilan dari timnas Belgia kembali didapatkannya. Mimpi besar dari seluruh pesepak bola dunia untuk tampil di ajang Piala Dunia pun didapatkannya pada 2014 di Brasil.
Satu pertandingan melawan Korea Selatan pada fase grup dilakoni Vanden Borre. Namun, ia terpaksa menepi karena cedera dan absen di pertandingan 16 besar dan perempat-final.
ADVERTISEMENT
Setelah tampil di Piala Dunia, Vanden Borre kembali dihadapkan pada situasi minimnya menit bermain di Anderlecht. Cedera yang dialaminya saat tampil di Piala Dunia memang menjadi salah satu faktor yang membuat penampilannya kembali menurun.
Pada musim 2015/16, Anthony Vanden Borre hanya tampil dalam dua pertandingan saja di kompetisi domestik. Ia lantas dijual ke Montpellier, namun itu pun tak banyak membantu untuk menunjang kariernya.
Vanden Borre yang kesal dengan perjalanan kariernya itu pun memutuskan pensiun dini dari dunia sepak bola saat usianya masih 29 tahun. Namun pada akhirnya, ia memilih untuk keluar dari sepak bola Eropa dengan memilih melanjutkan karier di Republik Demokratik Kongo, negara kelahirannya.
Vanden Borre lahir di Kota Likasi, yang saat itu masih masuk ke dalam Negara Zaire (RD Kongo sekarang). TP Mazembe merupakan kesebelasan yang dibelanya.
ADVERTISEMENT
Kesebelasan ini terletak di Kota Lubumbashi, dekat dengan kota kelahiran Vanden Borre di Likasi. Klub yang dibelanya tersebut merupakan salah satu kesebelasan tersukses di RD Kongo, pernah menjadi runner-up Piala Dunia Antarklub FIFA 2010.
Adapun menurut catatan Transfermarkt, Vanden Borre baru saja menghabiskan kontraknya bersama Anderlecht U-21. Belum diketahui secara pasti keputusan apa yang bakal diambil pemain berusia 33 tahun itu ke depannya.
Sepanjang kariernya, Anthony Vanden Borre mampu mengemas 10 gol dan 27 assist dalam 281 pertandingan di semua ajang. Bersama Timnas Belgia, ia telah mencatatkan 29 caps dengan raihan 1 gol.
****