Kisah Carlos Roa, Kiper Argentina yang Sempat Pensiun karena Rumor Dunia Kiamat

5 Mei 2021 15:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Carlos Roa, eks kiper RCD Mallorca asal Argentina. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Carlos Roa, eks kiper RCD Mallorca asal Argentina. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Carlos Roa merupakan kiper Timnas Argentina di Piala Dunia 1998. Sang penjaga gawang sudah pernah melewati asam garam dalam kariernya hingga sempat menyatakan gantung sepatu karena rumor dunia mau kiamat.
ADVERTISEMENT
Pemilik nama lengkap Carlos Angel Roa itu adalah fenomena unik di sepak bola internasional pada akhir dekade 1990-an. Lahir di Santa Fe, 15 Agustus 1969, Roa mulai bermain secara profesional untuk Racing Club de Avellaneda. Dia melakukan debut di Primera Division Argentina pada 6 November 1988 pada usia 19 tahun.
Selama tur musim panas di Afrika dengan klub tersebut, Roa terjangkit malaria. Dia sembuh total sebelum pindah Lanus pada 1994. Kemudian, Roa kemudian menandatangani kontrak dengan Real Mallorca bersama rekan setimnya di Lanus, Oscar Mena.
Di klub dari Kepulauan Balearic itu, Roa tampil bagus. Dia membantu Mallorca finish di posisi 5 klasemen akhir La Liga di musim pertama setelah promosi dari Segunda Division. Mallorca juga mencapai final di Copa del Rey sebelum dikalahkan Barcelona melalui adu penalti.
ADVERTISEMENT
Peningkatan performa bersama sejumlah tim membuat Roa dipanggil membela Argentina. Dia dipercaya menjadi penjaga gawang utama tim Tango saat dilatih Daniel Passarella.
Roa menjadi salah satu pemain yang membela Argentina di Piala Dunia 1998 ketika gawangnya dijebol gol solo run cantik Michael Owen ketika bertemu Inggris.
Carlos Roa, eks kiper RCD Mallorca asal Argentina. Foto: Getty Images
Pada musim panas 1999, setelah membantu Mallorca memenangi Supercopa de Espana dan mencapai final Piala Winners bersama mantan rekan setim di Lanus, Ariel Ibagaza dan Gustavo Siviero, Roa pensiun di usia 30 tahun. Lalu, dia mengabdi untuk Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dengan menjadi pekerja amal.
Mengapa Roa melakukannya? Dia percaya bahwa dunia akan kiamat pada 1 Januari 2000 atau tepat pada malam pergantian tahun. Ajaran gerejanya meyakini hal itu sehingga Roa memutuskan berhenti bermain sepak bola untuk mengabdi sepenuhnya untuk Tuhan (versi Roa).
ADVERTISEMENT
Ketika mendekati pergantian tahun dari 1999 menjadi 2000, Roa tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Tak hanya keluarga, manajemen hingga staf pelatih Mallorca panik dengan perilakunya. Mereka mencoba mencari keberadaan kiper berpostur 191 cm tersebut.
Roa akhirnya diketahui mengisolasi diri di sebuah tempat di Cordoba. Dia berdiam diri di tempat itu dengan menghabiskan waktu sepanjang hari untuk berdoa mendekatkan diri dengan Tuhan sambil bersiap menyongsong hari kiamat.
"Pendekatan millenium baru telah meningkatkan jumlah orang yang percaya pada kiamat yang akan datang. Ketakutan apokaliptik tersebar luas. Tidak ada dalam Alkitab tentang dunia yang berakhir pada 2000. Tapi, gagasan ini telah tumbuh sebagai semacam kepercayaan rakyat," kata seorang profesor dari University of Oregon, Daniel Wojcik, ketika itu kepada BBC.
ADVERTISEMENT
Wojcik adalah penulis buku berjudul The End of The World as We Know it (akhir dunia seperti yang kita kenal). Dia mengatakan bahwa umat manusia selalu terpesona dengan kehancuran duniawi dan fenomena aneh. Sang profesor menegaskan tidak terkejut jika ada orang yang memiliki pandangan seperti Roa.
"Jajak pendapat di Amerika Serikat menunjukkan 20-40% dari populasi percaya Armageddon akan segera terjadi," tambah Wojcik.
Namun, keyakinan Roa terkait kiamat akhirnya tidak terbukti. Pergantian tahun ditandai dengan pesta kembang api meriah di seluruh dunia. Kekhawatiran dunia hancur tidak pernah ada. Masalah hanya muncul pada komputer dan jam digital terkait perubahan angka dari 1900 menjadi 2000.
Lalu, apa yang dilakukan Roa setelah itu? Dia memutuskan kembali ke sepak bola dengan memperkuat Mallorca lagi. Tapi, karena sudah telanjur memiliki keyakinan tersebut, Roa sempat menolak untuk dimainkan pada Sabtu dengan alasan beribadah. Dia percaya Sabtu adalah hari yang suci.
ADVERTISEMENT
Dari situlah awal Roa akhirnya tersisih dari Mallorca. Pasalnya, pertandingan-pertandingan La Liga banyak dimainkan pada akhir pekan pada Sabtu atau Minggu. Hanya laga-laga kompetisi Eropa atau Copa del Rey yang digelar pada pertengahan pekan, Selasa, Rabu, atau Kamis.
Sadar dengan sikap aneh Roa, Mallorca memutuskan membuang sang kiper pada 2002. Dia kemudian pindah ke Albacete untuk melanjutkan kariernya. Kendati berusia 33 tahun, Roa membantu klub barunya tersebut promosi dari Segunda Division setelah berada di peringkat 3 klasemen akhir.
Di Albacete, Roa tidak kontroversial layaknya di Mallorca. Tapi, masalah lain justru datang. Pada musim kedua, dia didiagnosis menderita kanker testis dan terpaksa berhenti bermain. Sebab, dia harus menjalani operasi dan menghabiskan 1 tahun untuk kemoterapi dan rehabilitasi.
ADVERTISEMENT
Setelah menjaga kebugarannya dengan menjadi pemain amatir CD Constancia dan Atletico Baleares, Roa kembali ke sepakbola profesional. Dia pulang ke negara asalnya pada 2005. Roa bergabung dengan Olimpo de Bahia Blanca dan pensiun setelah 1 musim bermain.
Pada 2008, Roa bergabung dengan tim amatir Atletico Brown sebagai pelatih kiper. Dua tahun kemudian, dia ditunjuk sebagai asisten pelatih di Club Sportivo Ben Hur. Kemudian, Roa bekerja dengan mantan rekan setim Matías Almeyda di River Plate, Banfield, dan Chivas de Guadalajara.
Sepanjang karier bermain, Roa meraih Supercopa Sudamericana 1988 bersama Racing. Dia ikut serta membawa Lanus juara Copa CONMEBOL 1996. Dia ikut serta membawa Mallorca juara Supercopa de Espana 1998. Sementara untuk individu, Roa menjadi kiper terbaik La Liga 1997/98.
ADVERTISEMENT
Menurut Transfermarkt, Roa kini bekerja sebagai pelatih kiper untuk klub MLS, San Jose Earthquakes. Selama berkarier di level klub, ia tercatat telah menorehkan 48 nirbobol dari 131 pertandingan. Sementara bersama Timnas Argentina, ia telah mencetak 17 caps.
****