Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Christoph Daum mungkin bisa dibilang merupakan salah satu pelatih sepak bola hebat yang pernah dimiliki Jerman . Namun, di antara sinar kejayaannya di masa lampau, ia pernah terlibat kasus penyalahgunaan narkoba jenis kokain.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengenalan, pria bernama lengkap Christoph Paul Daum itu memulai langkahnya di dunia sepak bola sebagai gelandang untuk beberapa tim junior di kawasan Duisburg. Hingga 1980, statusnya masih pemain amatir bersama FC Koeln.
Setelah gantung sepatu, Daum memutuskan untuk menjadi pelatih. Usai lisensi dari DFB didapatkan, ia langsung menjadi asisten pelatih FC Koeln pada 1985-1986.
Delapan gelar bergengsi berhasil didapat Daum dari empat tim yang ia latih, termasuk bersama dua klub Turki, yakni Besiktas dan Fenerbahce. Ia juga berhasil memberikan gelar juara Bundesliga untuk VfB Stuttgart pada 1991-1992.
Daum pernah melanglang buana dari Jerman, Austria, hingga Turki. Pada akhir kariernya sebagai pelatih, ia melatih Rumania selama satu tahun (2016-2017).
Sayang, masa keemasannya pernah tercoreng karena tindakan pidana berupa penggunaan narkoba jenis kokain. Christoph Daum juga dituduh terlibat prostitusi sehingga dilarang menangani tim asal Jerman lagi.
ADVERTISEMENT
Sukses bersama VfB Stuttgart mengantar Daum ke Besiktas. Selang dua tahun, tepatnya pada 1996, ia kembali Jerman, kali ini Bayer Leverkusen .
Di sana, karier manajernya semakin cemerlang. Ia membawa Bayer Leverkusen menduduki posisi tiga besar Bundesliga dalam empat tahun.
Daum bahkan digadang-gadang bakal mengisi posisi pelatih kepala Timnas Jerman. Sayang, ia tersandung kasus memalukan, yakni kokain dan prostitusi orgy (seks beramai-ramai).
Media di Jerman terus memberikan tekanan kepada Christoph Daum, memintanya untuk melakukan tes urine. Dengan segala upaya, ia mengelak seraya membantah tuduhan tersebut.
Tiga pekan berselang, Christoph Daum positif menggunakan narkoba jenis kokain. Pada sampel rambutnya, terdapat zat kokain yang terkandung.
Daum tetap melakukan protes sehingga dilakukan tes kedua, dan hasilnya sama. Pada Januari 2001, ia kembali ke Jerman untuk menjalani persidangan.
ADVERTISEMENT
Dalam persidangan itu, Daum akhirnya mengaku memakai kokain, tapi menolak anggapan bahwa ia seorang pecandu. Pria berusia 66 tahun itu juga tidak bersedia membahas kasus orgy yang ia lakukan karena pada persidangan tersebut tidak diangkat sebagai perkara kriminal.
Setelah kasus tersebut, tepatnya pada Maret 2001, Daum kembali ke Besiktas dengan harapan bisa mengembalikan kepercayaan publik sepak bola. Ya, di Jerman, namanya sudah sangat tercoreng.
Christoph Daum lalu melatih Fenerbahce dan di klub itulah namanya melambung dan dianggap sebagai genius. Ia berhasil memberikan dua gelar back-to-back Super Lig (Liga Super Turki) pada 2004 dan 2005.
Pada 2006, Fenerbahce nyaris meraih hattrick juara bersamanya, tetapi sayang gagal. Christoph Daum kemudian memutuskan untuk beristirahat dari dunia sepak bola.
ADVERTISEMENT
Tak disangka, Daum kembali ke Jerman dan melatih klub Bundesliga lagi, tepatnya bersama FC Koeln, tim yang pernah ia bela ketika masih menjadi pemain.
Hebatnya, hanya perlu 1,5 tahun membawa tim yang akrab dengan papan tengah divisi dua Bundesliga (2. Bundesliga) menuju 1. Bundesliga alias kasta teratas sepak bola Jerman.
Tiga musim bersama FC Koeln, Christoph Daum kembali ke Turki, negara yang membuatnya nyaman dan bisa terus berkarya. Ia sempat kembali ke Jerman dan Belgia sebelum kembali ke Turki untuk menangani Bursaspor.
Terakhir, Daum menangani Timnas Rumania. Namun, kebersamaannya tak berlangsung lama. Ia gagal membawa Rumania lolos ke Piala Dunia 2018.
Menurut catatan Transfermarkt, Daum mengemas 1007 laga selama karier kepelatihannya. Ia berhasil menorehkan 527 menang, 230 hasil seri, dan 250 kekalahan.
ADVERTISEMENT
****