Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Kisah Dani Alves: Dahulu Petani, Kini Pesepak Bola Top yang Berlimpah Trofi
31 Mei 2021 12:48 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meskipun sekarang memiliki penampilan bak artis papan atas. Masa kecil Alves ternyata tak seberuntung anak-anak lainnya. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu sang ayah yang merupakan seorang petani. Di Juazeiro, sebuah kota kecil di Bahia, bertani adalah kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Setiap hari, Alves tak pernah tidur di kasur yang empuk. Ia tidur dengan kasur yang jauh dari kata nyaman. Pagi harinya pun ia sering mengeluh sakit punggung.
Menurut kisah dari These Football Times, aktivitas rutin Alves saat masih sangat muda adalah bercocok tanam. Bahkan, saat keluarganya tak bisa makan, ia harus pergi untuk berburu.
Merasa memiliki kemampuan bermain bola, Alves memutuskan untuk mencoba berlatih sepak bola bersama teman-teman nya. Namun, ia tak bisa dengan mudah memainkan si kulit bundar. Dirinya harus menempuh perjalanan sejauh 12 mil dari rumahnya untuk bisa bermain bola.
Saat bermain untuk kesebelasan pertamanya di usia 10 tahun, Juazeiro, Alves bermain sebagai penyerang sayap kanan. Akan tetapi, karena kemampuan mencetak golnya tak terlalu bagus, ayahnya menyarankan agar Alves bermain sebagai bek kanan saja. Saran tersebut diberikan agar Alves bisa mewujudkan impiannya, yakni mengubah nasib dirinya beserta keluarganya.
ADVERTISEMENT
Tepat di usia 13 tahun, Alves resmi masuk ke sekolah sepak bola di kota yang lebih besar dari tempat tinggalnya. Di sana, ia harus tidur di sebuah pondok bersama dengan 100 anak lainnya.
Alves pun sempat merasakan hal menyedihkan, yang mungkin tidak akan ia lupakan seumur hidup. Ketika pertama kali masuk ke akademi sepakbola, Alves diberi dua jersi sepak bola oleh sang ayah. Itu karena dirinya hanya punya satu setelan baju bola.
Lalu, ketika salah satu bajunya dicuci dan dijemur, Alves menaruh diluar dengan tujuan agar cepat kering. Nahas, bajunya hilang diambil orang. Meski kecewa, Alves berpikiran bahwa ini adalah pelajaran pertama yang didapat.
Alves merasa sangat sedih. Dan yang membuatnya semakin jatuh adalah, ia sangat merindukan keluarganya. Di usia 18 tahun saat itu, Alves bermain untuk klub Bahia. Di sanalah, kualitasnya mulai terbentuk. Kemampuan Alves pun menarik perhatian klub Spanyol, Sevilla.
Awalnya, Alves tidak tahu sama sekali tentang Sevilla. Saat itu, dia hanya tidak ingin tawaran itu gagal gara-gara dia tidak mengetahui tentang klub tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah resmi mendapat tawaran dari Sevilla, Alves mulai mencari tahu tentang klub tersebut. Setelah resmi bergabung dengan tim junior Sevilla, Ia sempat merasa tidak percaya diri. Alves takut, sulit bicara dalam bahasa Spanyol dan gugup karena jarang sekali mendapat kesempatan bermain.
Alves pun berpikiran untuk pulang ke Brasil dan mengakhiri semuanya. Namun demikian, sang ayah kembali menjadi pelecut semangatnya. Dia terus berjuang hingga mampu menembus tim utama Sevilla.
Menghabiskan enam tahun di Sevilla, Alves menemukan banyak sekali hal menarik. Selain mendapat pengalaman berharga dan teman baru, Alves juga sukses menyumbangkan trofi Piala Eropa, Piala Super Eropa, hingga Copa del Rey.
Performa gemilangnya itu pun membuat Barcelona merekrutnya. Dan satu hal yang paling berkesan baginya selama memperkuat El Barca adalah memenangi trofi Liga Champions. Kini, Alves pun menjadi pemain yang mengoleksi trofi paling banyak di dunia.
Tentunya, hal tersebut tidak luput dari kepindahannya menuju Juventus, Paris Saint Germain, hingga Sao Paulo.
ADVERTISEMENT
Medali juara Campeonato Paulista 2021 bersama Sao Paulo adalah torehan ke-43 bagi Alves. Ia sebelumnya sudah mengalahkan ikon Mesir, Hossam Hassan, yang mengumpulkan total 41 gelar bersama klub Al Ahly dan Zamalek.
Selain itu, Alves juga mengungguli mantan rekan setimnya di Barcelona yakni Andres Iniesta yang mengumpulkan 37 gelar juara, bersama dengan bek Brasil lainnya, yakni Maxwell.
Terhitung, Alves telah mengumpulkan 3 trofi bersama Bahia, 5 trofi bersama Sevilla, 23 trofi bersama FC Barcelona, 2 trofi bersama Juventus, 5 trofi bersama Paris Saint Germain, 1 trofi bersama Sao Paulo, dan 3 trofi bersama Timnas Brasil.
Menilik kehidupan masa kecilnya, Alves tentu tidak nyaman dan kecewa dengan kehidupan keluarganya yang serba kekurangan. Meski begitu, ia mampu bangkit dan menjadi orang yang sukses.
ADVERTISEMENT
Karena itulah, kekecewaan itu tak membuat Alves sedih berlarut-larut. Ia justru semakin termotivasi untuk memperbaiki, membahagiakan, dan menyejahterakan kehidupan keluarganya.
Sekarang, pria yang kerap bercocok tanam di ladang itu sukses menjadi pesepak bola yang kaya akan trofi bergengsi.
Menurut catatan Transfermarkt, Alves telah berhasil mencetak 59 gol dan 169 assist dari 815 pertandingan di semua ajang. Adapun bersama Timnas Brasil, ia sudah mengemas 118 caps dengan torehan 8 gol.
****