Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Darron Gibson, Titisan Paul Scholes yang Kini Nyasar di Klub Divisi 4
21 Februari 2021 14:49 WIB

ADVERTISEMENT
Manchester United (MU) dikenal memiliki sejumlah gelandang hebat, seperti Michael Carrick, Paul Scholes, hingga Paul Pogba. Namun, masih ingatkah dengan nama Daron Gibson?
ADVERTISEMENT
Gibson menjadi salah satu jebolan akademi MU terbaik era 2010-an. Ia bahkan sempat digadang-gadang sebagai titisan Scholes karena kesamaan posisi dan gaya bermainnya.
Namun, apa daya, kariernya sangat berbanding terbalik dari Scholes. Pasalnya, saat ini Gibson tercatat membela klub Divisi Empat Liga Inggris atau League Two, Salford City.
Sepekan setelah kedatangan James Wilson, yang juga mantan pemain 'Setan Merah', Salford meresmikan pemain kelahiran Derry ini dengan kontrak jangka pendek selama enam bulan atau hingga akhir musim 2019/2020 mendatang.
Karena statusnya yang sedang tanpa klub, maka pemain berusia 32 tahun ini bisa didatangkan sewaktu-waktu. Datangnya tawaran dari Salford ini jelas tidak ingin ia lewatkan mengingat sudah delapan bulan ia tidak bermain sepakbola setelah dilepas oleh Wigan Athletic pada akhir musim 2018/2019 lalu.
ADVERTISEMENT
“Ini tantangan yang saya nantikan. Tantangan baru. Saya suka ke mana klub ini menuju, mencoba untuk promosi dan saya berharap bisa banyak terlibat. Saya tidak bermain selama beberapa waktu dan saya berharap bisa kembali bermain dengan baik. Saya suka dengan ide-ide dari manajer dan saya siap untuk bermain,” ujarnya.
Diresmikannya Darron Gibson oleh Salford City memang tergolong mengejutkan. Padahal, ia diprediksi punya masa depan cerah usai meraih 'Jimmy Murphy Award' (penghargaan pemain terbaik Manchester United U-23).
Saat ini, Gibson menginjak usia 32 tahun. Jika melihat sepak terjangnya, setidaknya ia masih cocok bermain di klub-klub papan bawah Premier League.
Kalau pun harus terdepak, Championship tampaknya bisa menjadi wadah untuk tempatnya berkarier alih-alih nyasar hingga divisi keempat. Sayangnya, realita itu yang harus dijalani oleh pemain yang pernah dipinjamkan ke Wolverhampton tersebut.
ADVERTISEMENT
Banyak pihak menyayangkan potensi Gibson yang hilang begitu saja. Padahal, ketika pertama kali masuk dalam tim utama Manchester United, ia mampu tampil bagus mengawal lini tengah timnya dan memiliki visi layaknya seorang playmaker.
Kelebihan Gibson yang paling menonjol yaitu memiliki tendangan keras. Hal ini membuat bisa mencetak gol dari luar kotak penalti. Enam dari 10 golnya bersama United dibuat dari luar kotak. Bahkan, ia juga beberapa kali mencetak gol-gol penting.
Gibson pernah melakukan itu ke gawang Hull City pada pekan terakhir Premier League 2008/2009. Dua kali Tottenham Hotspur ia kalahkan dari luar kotak penalti.
Yang paling spesial sudah pasti golnya ke gawang Bayern Muenchen pada perempat final Liga Champions 2009/2010 dan golnya ke gawang Schalke pada leg kedua semifinal Liga Champions 2010/2011 yang membawa 'Iblis Merah' melaju ke final.
ADVERTISEMENT
“Anda bisa lihat penampilan Gibson melawan Bayern. Itu adalah gol yang tidak bisa diabaikan. Ini kontribusi yang biasa kami dapatkan dari Paul Scholes. Dia sering memberikan saya 12 sampai 14 gol dari lini tengah sepanjang waktu dan sekarang kami memiliki pemain seperti itu untuk sementara waktu,” ucap mantan pelatih MU, Sir Alex Ferguson.
Namun, karier Gibson di MU lebih banyak menjadi pemeran pembantu ketimbang pemeran utama. Karenanya, walau Gibson bertahan cukup lama di United dia tak banyak tampil.
Sepanjang tujuh tahun berseragam MU, Gibson hanya bermain dalam 60 pertandingan. Ia sama sekali tidak bisa menggeser nama-nama seperti Michael Carrick atau Paul Scholes.
Bahkan, Fergie lebih memilih untuk memainkan Tom Cleverley alih-alih dirinya ketika Scholes sudah pensiun. Pada pertengahan musim 2011/2012, ia kemudian dilepas ke Everton. Sebuah keputusan berat yang pernah dilakukan Ferguson.
ADVERTISEMENT
“Darron Gibson adalah contoh pemain yang membuat kita berada di persimpangan apakah dia menjadi pemain utama atau tidak. Dia punya kualitas yang berbeda dari pemain tengah lainnya. Keputusannya berat diantara dia dengan Tom Cleverley. Fisik Cleverley tidak bagus, tapi ia berani dan tampil seperti singa dan kakinya juga bagus untuk mencetak gol. Saya akhirnya memilih Cleverley,” ujar Fergie dalam otobiografinya.
Setelah hijrah ke Everton, karier seorang Darron Gibson perlahan meredup karena cedera. Pada musim ketiga bersama Everton, ia menderita cedera ligamen yang membuatnya absen sangat panjang.
Sayangnya, cedera Gibson juga diikuti dengan sikap tidak disiplinnya di luar lapangan. Sebuah kombinasi yang lengkap untuk membuat karier sepakbolanya menjadi terhambat.
Gibson pernah menjadi tersangka tabrak lari dan menerima hukuman larangan menyetir selama 20 bulan karena menabrak tiga pengemudi sepeda akibat mengendarai mobil di bawah pengaruh alkohol pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Hal ini kemudian membuatnya kehilangan tempat di skuat Everton asuhan Ronald Koeman dan bahkan sempat terdampar di tim cadangan.
Beruntung karier sepakbolanya diselamatkan oleh David Moyes yang saat itu melatih Sunderland. Moyes pula yang merekrut Gibson dari United ketika ia masih menjadi manajer di Everton.
Pada Maret 2018, ia diskorsing oleh klubnya karena didakwa mengemudi dengan kondisi mabuk yang mengakibatkan kecelakaan hingga mobil Mercedes yang ia kendarai rusak parah.
Pada akhir musim kompetisi 2017/2018, ia dilepas oleh The Black Cats. Ia juga pernah terlibat adu mulut dengan suporter Sunderland dalam kondisi mabuk setelah timnya dipastikan terdegradasi semusim sebelumnya.
Gibson kemudian memperkuat Wigan Athletic, namun kariernya hanya bertahan satu musim sebelum kemudian menganggur selama enam bulan hingga ia dikontrak oleh Salford.
ADVERTISEMENT
Sikap tidak disiplinnya Gibson sebenarnya sudah tercium saat masih membela MU. Pada laga terakhir bulan Desember 2011, tepat di hari ulang tahun Sir Alex Ferguson, Gibson tidak dimainkan pada laga melawan Blackburn meski ia sebenarnya tidak mengalami cedera apa pun dan lini tengah United sedang mengalami masalah.
Setelah diselidiki, ternyata Gibson keluyuran pada malam sebelum laga dan berpesta sampai mabuk bersama Jonny Evans. Beberapa media Inggris berspekulasi kalau Wayne Rooney juga terlibat meski kemudian dibantah langsung oleh Sir Alex Ferguson.
Gibson bukannya pemain yang buruk. Sebaliknya, dia punya talenta yang seharusnya bisa membawanya berada sejajar dengan pemain-pemain elite dunia. Sayangnya, bakat itu tidak diimbangi dengan sikap disiplin di dalam maupun di luar lapangan yang membuat nasibnya kerap penuh dengan ketidak jelasan.
ADVERTISEMENT
****