Kisah Diego & Gabriel Milito: Saudara di Rumah, Rival Berat di Lapangan

9 September 2021 13:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Inter Milan, Diego Milito (kiri) berusaha melewati Gabriel Milito dari Barcelona. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Inter Milan, Diego Milito (kiri) berusaha melewati Gabriel Milito dari Barcelona. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Nama Diego Milito dan Gabriel Milito menjadi salah satu kakak-beradik yang terkenal dalam sejarah sepak bola. Keduanya juga merupakan pemain hebat yang berposisi berbeda.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan terakhir Divisi Utama Argentina pada Mei 2016, Diego menggantung sepatunya di usia 36 tahun. Sementara, Gabriel diangkat sebagai pelatih klub Independiente.
Diego lahir pada 12 Juni 1979 sedangkan Gabriel menyusul 15 bulan kemudian, tepatnya 7 September 1980. Kedua anak itu menjelma sebagai penggila sepak bola.
Diego Milito saat membela Racing Club. Foto: Instagram/@diegomilito
Meski lebih muda, Gabriel adalah yang pertama kali menjalani karier profesional yakni pada 1997 saat memperkuat Independiente. Diego baru memulai dua tahun kemudian dengan membela Racing Club.
Kedua tim tersebut memiliki rivalitas yang panas dengan derbi bertajuk Clasico de Avellaneda. Dari 1999 hingga 2003, Diego dan Gabriel membuat persaingan ini jadi urusan keluarga.
Diego direkrut oleh Racing Club dan diberi julukan 'El Principe' karena memiliki kemiripan dengan legenda Uruguay, Enzo Francescoli. Ia menghabiskan awal kariernya sebagai ujung tombak.
ADVERTISEMENT
Gabriel, di sisi lain, merupakan seorang bek tengah yang tangguh dan telah ditunjuk menjadi kapten Independiente. Saat berusia 22 tahun, ia membawa klubnya menjuarai Liga Argentina.
Dengan semangat membela tim masing-masing, keduanya mengesampingkan hubungan darah saat berada di lapangan. Pada derbi pertama, Diego dan Gabriel saling bentrok, menyela, dan mengintimidasi. Dalam duel itu, Diego dikartu merah.
Pada derbi kedua, orang tua dan kekasih masing-masing pemain memutuskan untuk meninggalkan stadion meski laga baru dimulai. Pasalnya, mereka tak mampu melihat orang yang mereka cintai berkelahi, saling mengejek, dan terlibat bentrokan di lapangan.
Persaingan tersebut terus berlanjut hingga akhirnya Gabriel bergabung dengan Real Zaragoza pada Juli 2003. Ia langsung didapuk menjadi kapten tim.
ADVERTISEMENT
Sementara, Diego masih berada di Argentina dan baru bergabung dengan Genoa pada akhir 2003 yang kala itu bersaing di Serie B. Selama satu setengah musim, ia mencetak 33 gol dalam 59 penampilan.
Diego berhasil membawa Genoa menjuarai Serie B dan mendapatkan promosi. Akan tetapi, tuduhan pengaturan skor saat melawan Venezia kemudian muncul.
Setelah diselidiki, gelar Genoa dicabut dan mereka diturunkan ke Serie C sebagai hukumannya. Sedangkan, Diego lolos dari dakwaan dan pindah ke Real Zaragoza pada musim 2005/06.
Diego Milito saat membela Genoa. Foto: Instagram/@diegomilito
Itu adalah kali pertama Diego mengenakan seragam yang sama dengan Gabriel. Pada musim pertamanya, ia keluar sebagai pencetak gol terbanyak klub.
Diego menambah pundi-pundi golnya di musim 2006/07. Ia hanya berselisih dua gol dari pencetak gol terbanyak La Liga, Ruud van Nistelrooy. Kendati demikian, Gabriel yang mendapat lebih banyak pujian.
ADVERTISEMENT
Gabriel kemudian menarik perhatian Frank Rijkaard, pelatih Barcelona saat itu. Pada Juli 2007, ia bergabung ke Camp Nou dan menjadi pemain reguler.
Namun, musim keduanya tak berjalan begitu baik dan Gabriel tidak bermain sama sekali. Ia baru merumput kembali pada Januari 2010 saat melawan Sevilla.
Diego di sisi lain berlabuh ke Inter Milan pada 2009. Ia memulai musim pertamanya dengan sensasional, mencetak 30 gol dalam 52 pertandingan. Selain itu, ia membawa Nerazzurri meraih treble winner.
Diego Milito. Foto: Instagram @diegomilito
Dalam perjalanannya merebut trofi Liga Champions, Diego sempat berhadapan dengan Gabriel di babak semifinal yang digelar di Camp Nou.
Sayangnya, Gabriel hanya bermain di babak pertama. Kakak-beradik itu bentrok dengan segala kekuatan mereka selama 45 menit pertama. Kendati demikian, Inter yang memenangkan laga tersebut.
ADVERTISEMENT
Gabriel kemudian meninggalkan Barcelona dan kembali bergabung dengan Independiente pada 2011. Akan tetapi, cedera memaksanya untuk gantung sepatu di tahun berikutnya.
Diego juga kembali ke Racing Club pada 2014 setelah bersinar di rumput Italia. Pendarnya juga tak bertahan lama sampai akhirnya ia memutuskan pensiun dua tahun kemudian.
Untuk level Timnas Argentina, Gabriel tercatat mengoleksi 35 penampilan dengan catatan satu gol. Diego, di lain sisi, mencatatkan 24 laga dengan koleksi 4 gol. Selama kariernya, dua bersaudara ini telah mengoleksi total 21 trofi.