Kisah Fernando Redondo: Pangeran Real Madrid yang Dibuang Karena Urusan Politik

8 Maret 2021 15:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fernando Redondo. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Fernando Redondo. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jauh sebelum ada Luka Modric dan Toni Kroos, Real Madrid pernah memiliki sosok gelandang bertalenta bernama Fernando Redondo. Namun, kegemilangan karier sang pemain bersama Los Blancos harus berakhir secara menyedihkan.
ADVERTISEMENT
Redondo memperkuat Madrid periode 1994-2000. Selama di klub ibukota Spanyol itu, gelandang dengan permainan elegan ini mendapatkan julukan El Principe, Sang Pangeran.
Berposisi gelandang bertahan, Fernando Redondo mampu menghabiskan enam musim yang cukup sukses bersama Real Madrid dengan meraih masing-masing dua gelar La Liga dan Liga Champions.
Didatangkan pada musim 1994/1995 dari Tenerife, Fernando Redondo harus bersaing dengan gelandang-gelandang kelas dunia lainnya di skuat Madrid yang saat itu diisi Michael Laudrup, Luis Enrique, Michel, hingga Luis Milla.
Namun dengan kapasitasnya yang mumpuni serta gaya bermain cukup unik dan anti-mainstream saat itu, Redondo berhasil menembus skuad utama El Real.
Fernando Redondo. Foto: Getty Images
Sedikit gambaran tentang gaya permainan Fernando Redondo, meski berposisi sebagai gelandang bertahan namun ia tidak melulu mengandalkan fisik dan tekel keras.
ADVERTISEMENT
Redondo lebih mengedepankan visi bermain layaknya playmaker, namun menempati posisi sebagai gelandang bertahan. Berbekal kecerdasan dalam pembacaan pergerakan lawan, sang pemain jarang melakukan tekel dan lebih sering intersep.
Dari kariernya bersama Madrid, salah satu yang paling diingat dari Redondo adalah permainan briliannya saat menghadapi Manchester United di perempat final Liga Champions 1999/00.
Meski imbang 0-0 di Santiago Bernabeu pada leg pertama, Madrid racikan Vicente del Bosque pergi ke Old Trafford dengan optimisme tinggi. Misi lolos tercapai, dan itu tak bisa dilepaskan dari kontribusi masif Redondo.
Salah satunya tentu saja ketika Redondo mengarsiteki sebuah gol Madrid dengan permainan berkelas. Sihirnya membuat barisan pertahanan United tak berdaya, dan rangkaian aksinya itu sanggup membuat publik Old Trafford terhenyak.
ADVERTISEMENT
Ditempel ketat Henning Berg sampai dekat garis tepi, Redondo me-nutmeg bek United itu dengan back-heel, menguasai bola dan mengopernya pada Raul untuk gol ketiga Madrid. Los Merengues menang 3-2 dan maju ke semifinal.
United kesulitan mengembangkan permainan 'gara-gara' keberadaan Redondo di lini tengah. Sepanjang laga itu, hampir semua loose ball sepertinya jatuh ke kaki Redondo. Penampilannya pun dipuji oleh Sir Alex dan wasit yang memimpin laga kala itu.
"Pemain ini, apa sebenarnya yang ada di dua sepatunya? Magnet?" kata manajer United, Alex Ferguson, setelah laga, dikutip dari The Guardian.
“Backheel Redondo merupakan salah satu hal terindah yang pernah saya saksikan di atas lapangan,” ucap Pierluigi Collina, wasit yang memimpin jalannya pertandingan Manchester United vs Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Madrid kemudian menyingkirkan Bayern Munchen di semifinal dengan agregat 3-2 lewat gol-gol Nicolas Anelka dan satu bunuh diri Jens Jeremies.
Di final, Madrid memenangi all-Spanish final melawan Valencia dengan skor 3-0 berkat gol-gol Fernando Morientes, Steve McManaman dan Raul. Redondo pun meraih medali juara Liga Champions keduanya.
Setelah membawa Real Madrid menjadi juara Liga Champions pada 2000, Presiden Real Madrid kala itu, Lorenzo Sanz, bersaing dengan Florentino Perez dalam pemilihan kursi Presiden Real Madrid.
Fernando Redondo. Foto: Getty Images
Redondo kala itu mendukung penuh Lorenzo Sanz kembali terpilih sebagai presiden dari Real Madrid. Namun, Florentino Perez-lah yang kemudian terpilih menjadi Presiden Klub.
Era Galacticos dimulai. Perez menghabiskan 151 juta euro untuk belanja di bursa transfer. Pemain-pemain yang dianggap perannya berkurang dilego ke beberapa klub.
ADVERTISEMENT
Redondo yang kala itu sebenarnya dianggap cukup penting bagi skuat, namun keberpihakan Redondo kepada Lorenzo Sanz, dianggap Florentino Perez cukup berbahaya. Sehingga sejumlah sumber menyebut kalau secara diam-diam Florentino Perez melakukan negosiasi dengan AC Milan.
Pelatih Real Madrid kala itu, Vicente Del Bosque, adalah orang pertama yang mengetahui hal itu. Ia dengan tegas mencegah agar transfer tersebut terjadi. Namun, Redondo tetap dilego ke AC Milan dengan transfer 17 juta euro.
Madrid harus rela melepas Redondo demi mewujudkan hasrat Florentino Perez untuk membeli Luis Figo dari Barcelona.
Pembelian tersebut sempat ditentang sebagian fans, bahkan terdapat salah satu banner terpampang jelas yang bertuliskan: “Kami tidak akan menukar Figo demi Redondo, belajarlah Perez!”
ADVERTISEMENT
Dalam sesi latihan pertamanya bersama Milan, Redondo mengalami cedera lutut pada kaki kanannya. Luar biasanya Redondo tetap melanjutkan latihan. Sialnya, ia harus mengakhiri sesi latihan di rumah sakit.
Redondo terindikasi cedera lutut yang cukup parah dan mengharuskannya untuk operasi sekaligus mengakhiri kariernya. Jelang operasinya di Madrid, Redondo melayangkan permintaan ke Adriano Galliani, untuk tidak membayar gajinya dan nyaris menolak semua fasilitas yang disediakan Milan, selama dirinya belum sembuh dari cederanya.
Pada akhirnya, Redondo tidak pernah sembuh dari cedera tersebut. Ia baru benar-benar bermain untuk Milan dua musim setelah kedatangannya. Pada 2004, ia pun pensiun di usia 35 tahun dengan hanya mencatatkan 33 penampilan selama empat musim bersama Rossoneri.
Meski begitu, Redondo berhasil meraih masing-masing satu gelar Serie A, Coppa Italia serta Liga Champions bersama klub yang bermarkas di San Siro tersebut.
ADVERTISEMENT
****