Kisah Francesco Acerbi: Tukang Mabuk, Kena Kanker, Kini Jadi Bek Tangguh Serie A

17 Mei 2021 12:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Lazio, Francesco Acerbi. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Lazio, Francesco Acerbi. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Francesco Acerbi menjelma menjadi sosok yang tidak tergantikan di lini belakang Lazio dalam tiga musim terakhir. Padahal, sebelum mendapatkan kepercayaan Simone Inzaghi, pemain berusia 33 tahun itu sempat mengalami masa-masa suram.
ADVERTISEMENT
Cerita menarik Acerbi dimulai dari Vizzolo Predabissi, sebuah kota kecil yang terletak 12 mil dari Milan. Jika disimpulkan, karier sang bek tergolong lambat. Memulai karier sepak bola dari kelas rendah termasuk bergabung dengan AC Pavia pada 2006, Acerbi lalu digaet oleh klub Reggina, yang kala itu berlaga di kompetisi Serie B.
Acerbi yang saat itu masih berusia 22 tahun menjadi salah satu pilar penting bagi klub yang lahir pada tahun 1914 tersebut. Karena punya andil besar bagi klub, Acerbi diganjar kontrak jangka panjang oleh Reggina.
Namun meski Reggina berniat untuk mempertahankannya, Genoa datang dengan dana senilai 1 juta euro atau setara 15 milliar rupiah. Setelah melalui sejumlah negosiasi, Acerbi pun resmi menjadi milik Genoa.
ADVERTISEMENT
Namun saat tiba di Genoa, Acerbi malah gagal temukan permainan apiknya. Oleh karena itu, ia dijual ke Chievo Verona yang saat itu rela merogoh kocek hingga 2,2 juta euro atau lebih dari 31 milliar rupiah.
Pemain Lazio, Francesco Acerbi. Foto: Getty Images
Membela panji Chievo selama kurang lebih satu musim, Acerbi memainkan sebanyak 17 pertandingan Serie A sebelum akhirnya diminati oleh raksasa AC Milan.
Akan tetapi, bermain di klub sebesar Milan tak memberi jaminan bagi Acerbi untuk berkembang. Di sana, ia malah menjadi pribadi yang tak terkontrol dan susah diatur.
Wajar saja, saat Acerbi datang, Milan sedang mengalami perombakan skuat besar-besaran. Banyak para pemain hebat yang hengkang pasca klub yang bermarkas di San Siro memenangkan gelar scudetto terakhirnya.
ADVERTISEMENT
Hanya bermain sebanyak enam kali, Acerbi pun kemudian dilepas Milan ke Genoa dengan mahar sebesar 4 juta euro atau setara 62 milliar rupiah. Selama sisa musim 2012/13, Acerbi dipinjamkan Genoa ke mantan klubnya, yakni Chievo.
Hingga tepat pada jendela transfer musim panas 2013, klub promosi, Sassuolo, mengeluarkan dana hampir 2 juta euro atau setara 30 milliar rupiah untuk memboyongnya.
Berada di Sassuolo, Acerbi sukses temukan titik balik. Namun sebelum bisa mainkan lebih dari 100 pertandingan untuk I Neroverdi, kejadian buruk menimpanya.
Francesco Acerbi merayakan gol ke gawang Roma dalam Derby della Capitale di Serie A 2019/20. Foto: AFP/Vincenzo Pinto
Saat menjalani tes medis pra musim bersama Sassuolo, tim dokter telah temukan benjolan di area testis Acerbi. Setelah diteliti lebih lanjut, benjolan tersebut merupakan tumor yang bersarang dibagian tubuh sang pemain.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui hal mengejutkan itu, dokter langsung membawa Acerbi ke rumah sakit di kawasan Kota Milan guna mendapat pertolongan memadai. Setelah menjalani serangkaian operasi, tumor itupun berhasil diangkat.
Karena dinyatakan sembuh, Acerbi akhirnya diperbolehkan bermain hingga mencatatkan sebanyak 13 pertandingan di kompetisi Serie A. musim 2013/14.
Akan tetapi, pada Desember 2013, Acerbi dinyatakan gagal lolos dari tes obat-obatan pasca operasi. Federasi sepakbola Italia (FIGC) menyatakan kalau Acerbi telah menggunakan sebuah obat yang bisa menaikkan kinerjanya di lapangan dan terhindar dari segala risiko akibat penyakit yang telah dialaminya.
Karena terbukti telah terpengaruh obat-obatan itulah, status Acerbi akhirnya ditangguhkan. Selang beberapa saat kemudian, mimpi buruk yang pernah dialaminya kembali datang.
ADVERTISEMENT
Di akhir tahun 2013, Acerbi kembali terjangkit tumor ganas. Bagi sebagian orang, ini mungkin akan menjadi sebuah akhir dari perjalanan. Namun, Acerbi tak mau menyerah begitu saja. Ia bertekad untuk sembuh dan bisa merumput kembali.
Cristiano Ronaldo berduel dengan Francesco Acerbi. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
Enam bulan sejak diagnosis dokter mengenai tumor yang kembali menjangkitnya, hidup Acerbi penuh dengan ketidakpastian. Ia terus menjalani kemoterapi secara rutin, melewatkan latihan tim, dan terus berdoa agar segera sembuh. Saat itu benar-benar menjadi momen paling mengerikan dalam hidupnya.
Saat sedang jalani pengobatannya, Acerbi menyebut kalau dirinya selalu dihantui rasa cemas. ia merasa sangat takut jika ketika bangun di pagi hari.
Sang pemain pun mendapati rambutnya habis karena rontok. Selain itu, ia juga menyebut kalau penyakitnya telah memaksanya untuk meminum seribu obat berbeda.
ADVERTISEMENT
Hingga tepat pada Maret 2014, Acerbi mengumumkan bahwa ia bakal segera kembali ke pertandingan. Ia berhasil bangkit dan kalahkan penyakitnya. Bahkan hingga dua kali.
Acerbi pun masih mengingat jelas masa-masa itu. Kanker justru membuatnya menjadi orang yang berbeda. Pasalnya, kematian sang ayah sempat membuatnya sangat terpuruk.
Saat itu, Acerbi coba melampiaskan kegelisahannya ke minuman keras sampai melewati batas wajar. Ia nyaris terpuruk jika kanker tidak menghampiri dirinya pada waktu itu.
"Setelah ayah saya meninggal, saat saya bermain untuk Milan. Saat itu hidup saya mencapai titik terendah. Saya seperti lupa cara bermain sepak bola. Saya bingung mengapa saya bermain. Saya mulai minum minuman keras dan saya meminum semuanya. Itu terlihat seperti paradoks yang buruk. Namun, kanker menyelamatkan saya. Saya jadi punya sesuatu yang baru untuk dihadapi," ucap Acerbi, dikutip La Reppublica.
ADVERTISEMENT
"Saya menghilangkan sesuatu yang berlebihan, yang negatif, dan yang ilusi. Saya mulai berhenti bermimpi besar dan mulai berfokus kepada tujuan yang sederhana. Saya sudah berhenti takut sejak enam tahun lalu. Saya berpikir, apa yang akan anda lakukan jika itu kembali? Saya akan menghadapinya. Saya melihat sesuatu di depan mata dengan lebih jelas dan saya tahu itu bisa berubah pada esok harinya," tambah pemain Italia itu.
Pasca jalani pemulihan selama dua bulan penuh di rumah sakit, Acerbi pun tak sabar untuk segera kembali membela Sassuolo. Ia bersiap untuk menyambut musim 2014/15.
Di awal musim, Sassuolo berniat untuk mempertahankan Acerbi. Meski tak memainkan pertandingan penuh, Acerbi tampil dalam laga besar melawan Juventus dan Lazio.
ADVERTISEMENT
Hingga tepat pada pertandingan melawan Parma, Acerbi menjadi pemain yang sangat berjasa bagi Sassuolo. Pasalnya, pertandingan tersebut sangat menentukan apakah Sassuolo harus terdegradasi ke Serie B atau tidak.
Setelah pertandingan berlangsung selama 90 menit, Sassuolo berhasil memenangi pertandingan dengan skor 3-1. Hal termanis di sini adalah saat Acerbi mampu melesakkan satu gol di antaranya. Setelah mencetak gol, ia dikelilingi oleh semua rekan setimnya hingga membuat para suporter yang hadir menitikkan air mata.
Momen tersebut sangatlah emosional. Acerbi benar-benar kembali dalam pertempurannya melawan kanker. Selain itu, ia juga kembali menjadi seorang juara setelah mampu cetak gol krusial bagi Sassuolo.
Pasca momen tersebut, Acerbi masih terus setia membela Sassuolo hingga empat musim ke depan. Lalu, tepat pada tahun 2018, ia diboyong oleh Lazio untuk gantikan peran De Vrij yang hijrah ke Inter Milan.
ADVERTISEMENT
Tampil bersama Tim Elang, Acerbi berhasil emban tanggung jawab dengan sangat baik. Dia sukses menjadi bagian dari skuad Biancocelesti yang juarai turnamen Copa Italia musim 2018/19.
Berkat penampilan apiknya itu, Acerbi masuk daftar Timnas Italia dan tampil sebanyak tiga kali di bawah komando Roberto Mancini. Di musim berikutnya, Lazio berhasil finis di urutan keempat Liga Italia. Hal tersebut tentu saja tak terlepas dari sumbangsih Acerbi.
Menurut catatan Transfermarkt, Acerbi telah memainkan 42 laga di semua ajang untuk Lazio di musim ini. Ia berhasil mencetak satu gol dan tiga assist. Sang bek pun telah menorehkan 1 gol dari 13 caps bersama Timnas Italia.
Kisah Acerbi mengajarkan bahwa hidup adalah tentang perjuangan. Tekad kuat dan semangat berkobar tak akan mengkhianati hasil. Seberat apa pun rintangan, jalan keluar pasti ada. Yang terpenting, tetap fokus dan konsisten pada tujuan kita.
ADVERTISEMENT
****