Kisah Haru Eduardo Camavinga: Seorang Pengungsi hingga Alami Kebakaran Rumah

31 Agustus 2021 12:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eduardo Camavinga. Foto: FRANCK FIFE/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Eduardo Camavinga. Foto: FRANCK FIFE/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eduardo Camavinga dikenal sebagai salah satu wonderkid paling berbakat untuk saat ini. Kepiawaiannya mengolah si kulit bundar membuatnya diincar oleh klub-klub top Eropa, salah satunya Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pakar transfer sepak bola Eropa, Fabrizio Romano telah bersabda 'Here We Go' untuk kepindahan gelandang asal Prancis itu ke Santiago Bernabeu.
"Eduardo Camavinga ke Real Madrid: HERE WE GO! Tawaran itu telah diterima malam ini oleh Rennes. 31 juta euro (setara dengan Rp 524 miliar) plus tambahan. [Tes] medis sudah selesai malam ini," tulis Romano di akun Twitter pribadinya pada Selasa (31/8).
Namun, terlepas dari apa yang akan dia hadapi di masa depan, Camavinga ternyata menyimpan sejumlah kisah haru di dalam hidupnya. Hal itu yang turut membuatnya tumbuh menjadi seperti saat ini.
Mengutip laporan Get Football News France (GFNF), Camavinga sebenarnya dilahirkan di Angola pada 10 November 2002. Akan tetapi, perang saudara yang terjadi di negaranya itu membuat ia dan keluarganya pergi mengungsi ke Prancis.
ADVERTISEMENT
Penggawa Rennes itu menginjakkan kakinya di Prancis saat usianya masih dua tahun. Di sana, keluarga Camavinga berjuang menemukan tempat yang layak untuk menetap.
“Mereka mengalami kesulitan sebelum tiba di Fougeres, Prancis. Bahkan mereka baru bisa tidur nyenyak saat dibantu oleh dinas sosial di Lille dan Amiens. Dari Amiens, mereka menuju Brittany dan akhirnya memantapkan diri tinggal di Fougeres,” kata Nicolas Martinais, salah satu pelatih pertama Camavinga.
Setelah sempat berpindah-pindah, keluarga Camavinga harus menghadapi ujian lainnya. Itu terjadi ketika rumah mereka terbakar habis.
Eduardo Camavinga. Foto: Instagram/ @e.cama10
“Mereka baru saja mendapatkan rumah. Sang ayah sedang bekerja dan ibunya mengantar anak-anak ke sekolah. Tapi ketika dia kembali, rumahnya sudah terbakar,” tambahnya.
Tahun-tahun sulit itu membentuk karakter Eduardo Camavinga dan membuatnya tahan terhadap kesulitan. Itu juga yang menjadi salah satu alasan dia menunjukkan sikap yang dewasa di atas lapangan.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk bakat gelandang muda itu tercium pertama kali saat dirinya berusia 7 tahun. Adalah Yannick Courteille yang menjadi salah satu saksi kehebatan seorang Eduardo Camavinga.
“Dia berusia tujuh tahun dan dia membuat operan dengan cara yang akan selalu saya ingat karena dalam 18 tahun saya melakukan pekerjaan ini [pelatih muda], ini adalah pertama kalinya saya melihat ini dari pemain muda,” terang Yannick Courteille yang terpukau dengan bakat Camavinga.
Hal itu juga yang meyakinkan tim lokal Liga Prancis, Stade Rennais (Rennes) untuk merekrutnya pada usia 13 tahun. Hanya butuh 3 tahun ia bisa naik ke tim utama dan akhirnya menandatangani kontrak profesional pertamanya pada Desember 2018.
Hebatnya lagi, Eduardo Camavinga memecahkan rekor klub. Ia tercatat sebagai debutan termuda dalam sejarah Rennes, yaitu di usia 16 tahun 4 bulan.
Eduardo Camavinga bersama Rennes. Foto: JEAN-FRANCOIS MONIER / AFP
Selain bersinar di klub, salah satu peristiwa besar dalam karier Camavinga terjadi pada November 2019, ketika ia dan keluarganya menerima status naturalisasi Prancis. Ia debut pada tahun yang sama bersama tim U-21 dan kini telah memiliki 3 caps senior.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di sana, meski masih berusia muda, nama Camavinga sudah diabadikan menjadi nama sebuah stadion di La Chapelle-Janson, Prancis.
Lapangan tersebut memang dekat dengan tempat Camavinga tumbuh dewasa. Sebelum bergabung dengan Rennes, Camavinga lebih dulu menghabiskan masa mudanya di La Chapelle-Janson, Fougeres, Prancis.