Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Ludovic Giuly, Penyerang Hebat yang Kariernya Habis Karena Lionel Messi
21 April 2021 16:54 WIB

ADVERTISEMENT
Ludovic Giuly, merupakan penyerang hebat dari Prancis yang kariernya redup karena kehadiran Lionel Messi dan Jose Mourinho. Kehebatannya di level timnas pun tidak secemerlang di level klub.
ADVERTISEMENT
Lahir pada 10 Juli 1976, Giuly dibesarkan dalam keluarga sepak bola. Ayahnya merupakan seorang penjaga gawang di Bastia. Oleh sebab itu, ia pun tertarik dan merasa terpanggil untuk menjadi pesepak bola profesional melebihi ayahnya.
Bakat dari Giuly dalam mengolah si kulit bundar pun tercium oleh Lyon yang merekrutnya pada saat berusia 18 tahun. Siapa sangka, dengan tubuh kecil nan lincah, Giuly dengan cepat menjadi idola di Lyon dan mendapat julukan si peri ajaib.
Dinilai sangat berbakat di Lyon, membuat Giuly pun akhirnya menarik perhatian AS Monaco yang langsung merekrutnya. Semua begitu indah karena pelan-pelan Giuly mulai menunjukkan sinarnya sebelum bertemu Jose Mourinho.
Singkat cerita, Giuly berhasil menjadi salah satu bintang yang bersinar paling terang di AS Monaco. Salah satu momen terbaik Giuly terjadi di musim terakhirnya saat membawa AS Monaco menjadi kuda hitam Liga Champions 2003/04.
ADVERTISEMENT
Terutama pada saat babak perempat final melawan Real Madrid di mana Monaco sudah kalah 2-4 di leg pertama. AS Monaco pun berada di ambang kegagalan untuk lolos ketika di leg kedua mereka tertahan 1-1 oleh Real Madrid.
Sebelum akhirnya, Giuly datang sebagai pembeda dengan mencetak dua gol yang mengantarkan Monaco menyingkirkan Real Madrid. Sinar Giuly semakin terang ketika sukses mengantarkan Monaco mencapai final menantang Porto.
Di partai yang menentukan melawan skuat asuhan Jose Mourinho itu, Ludovic Giuly tampil sebagai kapten Monaco dan diharapkan bisa tampil dengan sinar paling terang.
Namun, tabrakan dengan kiper Porto, Victor Baia di menit-23, membuat Giuly mengalami cedera pangkal paha. Ia pun dengan terpaksa menahan kesedihan harus ke luar lapangan dan menyaksikan Monaco dibantai 0-3 oleh skuat asuhan Jose Mourinho.
ADVERTISEMENT
Gara-gara pertandingan melawan skuat asuhan Mourinho juga, Giuly yang cedera harus melewatkan kesempatan bermain di Euro 2004 bersama Prancis.
Kendati demikian, Giuly mencoba bangkit bersama Barcelona. Hasilnya, ia akhirnya berhasil bersinar dengan sangat terang dengan mengantarkan Barcelona juara Liga Champions 2005/06. Sayang, lagi-lagi sinar kebintangan Giuly harus dengan cepat redup karena Barcelona mempromosikan anak ajaib, Lionel Messi.
Giuly yang sadar kalau dirinya hanya akan menjadi korban dengan jarang dimainkan akibat kehadiran Messi, akhirnya memutuskan hengkang. Tercatat, ia menjadi musafir dengan bermain di Roma, Paris Saint-Germain hingga Monts d’Or Azergues.
Menurut catatan Transfermarkt, Giuly berhasil mencatatkan 155 gol dan 53 assist dalam 714 pertandingan di level klub.
Sayang, nasib baik Giuly bersama klub tidak berbanding lurus dengan timnas. Dia hanya pernah 17 kali mengenakan seragam Les Bleus dan menyumbang tiga gol selama 22 menjalani karier profesional. Hanya Piala Konfederasi 2003 sebagai satu-satunya turnamen antarnegara yang pernah diikuti winger berpostur 164 cm tersebut dan juara.
ADVERTISEMENT
Bukti lain kesialan Giuly ada di Piala Dunia 2006. Bermodalkan sukses di Barcelona, dirinya justru dicoret Raymond Domenech. Posisinya diisi Franck Ribery, yang ketika itu masih membela Olympique Marseille dan berstatus anak bawang.
Giuly semakin meradang karena alasan yang dikemukakan Domenech berbau mistis, yaitu zodiak yang tidak sesuai dengan tanggal penyelenggaraan Piala Dunia di Jerman.
"Saya terkejut dengan kata-katanya (alasan pencoretan yang diungkapkan Domenech) yang menggigit karena saya selalu menunjukkan rasa hormat kepadanya. Dia harus mengerti bahwa dia membuat saya melewatkan Piala Dunia tanpa memberi tahu saya alasannya. Saya bukan anak kecil lagi. Selama saya tidak mendapat jawaban (logis) darinya, saya akan terus membuka mulut (protes)," kata Giuly saat itu, dikutip dari Sky Sports.
ADVERTISEMENT
Apa yang menimpa Giuly sebenarnya umum terjadi di Prancis dan sudah seperti tradisi. Kasus yang paling baru adalah Didier Deschamps yang tidak pernah memanggil Benzema. Padahal, striker keturunan Aljazair itu meraih banyak gelar juara bersama Real Madrid dalam beberapa tahun terakhir.
Selepas pensiun, Giuly ternyata tidak bisa lepas dari dunia sepak bola. Ia kini tengah menjadi asisten pelatih untuk tim Monaco B serta ambassador klub. Tentu dengan jenjang kariernya itu, ia sedang menapaki jalan menjadi seorang pelatih.
Tak hanya itu, Giuly yang memiliki karier cemerlang di Monaco, diangkat oleh federasi sepak bola Prancis untuk menjadi duta Ligue 1. Ludovic Giuly bergabung bersama Frederic Dehu, Jean-Pierre Papin, Pedro Miguel Pauleta dan Mikael Silvestre.
ADVERTISEMENT
Kelima duta Liga Prancis itu membentuk tim bersama Didier Drogba dan Edmilson. Sebagai duta, tugas Giuly adalah mempromosikan Ligue 1 yang selama ini kalah tenar dengan Liga Inggris, Liga Italia dan Liga Spanyol.
****