Kisah Mario Kempes, Juara Piala Dunia yang Gantung Sepatu di Liga Indonesia

7 April 2021 13:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Legenda Timnas Argentina, Mario Kempes. Foto: Instagram/@mario.kempes78
zoom-in-whitePerbesar
Legenda Timnas Argentina, Mario Kempes. Foto: Instagram/@mario.kempes78
ADVERTISEMENT
Mario Kempes adalah pahlawan Argentina di Piala Dunia tahun 1978. Sang penyerang pun diketahui pernah menjadi bagian dalam sejarah sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, Argentina yang juga berstatus sebagai tuan rumah berhasil mengalahkan Belanda dengan skor 3-1 di partai puncak.
Dua dari tiga gol yang disarangkan Argentina ke gawang Belanda diciptakan melalui aksi Mario Kempes, yang pada akhir turnamen juga didaulat sebagai pencetak gol terbanyak dengan enam gol. Kontribusi besar tentunya diberikan Kempes untuk membawa Argentina meraih gelar Piala Dunia perdananya.
Selain pada Piala Dunia tahun 1978, Kempes juga pernah bermain dalam dua edisi Piala Dunia bersama timnas Argentina, yakni pada 1974 dan 1982.
Kempes tak hanya bersinar di negerinya sendiri, pemain yang mendapat julukan El Matador itu juga mampu menjadi salah satu penyerang terbaik yang pernah bermain di La Liga. Setelah tampil impresif bersama Rosario Central dengan torehan 85 gol dari 107 penampilan, Kempes kemudian diboyong Valencia pada tahun 1976.
Pemain Argentina, Mario Kempes. Foto: gettyimages
Tidak hanya gelar individu, Kempes juga berhasil membawa kejayaan bagi Valencia. Dalam rentang tahun 1978 hingga 1980 tiga trofi dari ajang berbeda turut ia sumbangkan.
ADVERTISEMENT
Trofi pertamanya bersama El Che adalah Piala Super Spanyol yang diraih pada musim 1978/1979. Setelahnya, secara berturut-turut Kempes berhasil membawa Valencia meraih gelar d beberapa ajang berbeda Piala Winners tahun 1979/1980 dan Piala Super Eropa pada tahun 1980.
Dengan pencapaian-pencapaian yang ditorehkannya bersama Valencia, Kempes kemudian dianggap sebagai legenda tim yang identik dengan lambang kelelawar itu. Ketika pada tahun 1981 ia hijrah ke River Plate, Valencia seolah kehilangan sosoknya. Baru semusim ia membela River, pada tahun 1982 Valencia kemudian mendatangkannya kembali.
Sayang, Kempes tak lagi sesubur dulu, ada penurunan performa yang ia tunjukkan hingga ia hanya bermain selama dua musim saja bersama El Che. Di periode keduanya membela Valencia pada tahun 1982 hingga 1984, 21 gol berhasil dibukukan Kempes dari 42 penampilannya di semua ajang.
ADVERTISEMENT
Valencia tak lagi bisa mempertahankannya, hingga Kempes harus mencari klub baru. Sayang, tidak ada tim besar yang ia belas setelah hengkang dari Valencia. Namun, ia belum mau untuk meninggalkan Spanyol, tawaran Hercules kemudian diterima olehnya.
Legenda Timnas Argentina, Mario Kempes. Foto: Instagram/@mario.kempes78
Akan tetapi, kiprahnya di klub medioker Spanyol itu tak berlangsung lama. Pada 1986 hingga 1992, ia memilih berkarier di Austria dengan membela tiga klub berbeda, First Vienna, St. Polten, dan Kremser SC.
Semangat Kempes untuk bermain sepak bola tak kunjung padam meski usianya sudah berkepala empat. Berbagai peruntungan ia coba, hingga mendarat di Indonesia pun pernah menjadi pilihan untuk kariernya.
Tahun 1996, sepak bola Indonesia kedatangan Kempes yang menjadi pemain kelas dunia kedua setelah Roger Milla yang memilih berkarier di Indonesia di penghujung kariernya sebagai pemain.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Kempes semakin meramaikan perhelatan kompetisi sepak bola Indonesia yang kala itu ingin menjadi kompetisi profesional.
Legenda Timnas Argentina, Mario Kempes. Foto: JUAN MABROMATA / AFP
Kehadiran pemain asing, menjadi daya tarik dari perhelatan tersebut, banyak compatriot menjalani karier sepak bola di Indonesia, beberapa berstatus sebagai pemain kelas dunia. Milla dan Kempes masuk dalam kriteria kedua. Kehadiran Kempes pada saat itu diharapkan mampu mentransfer ilmu yang ia miliki kepada para pesepakbola lokal.
Hal tersebut yang kemudian membuat Pelita Jaya mengontraknya sebagai pemain sekaligus pelatih. Saat itu, Kempes berusia 42 tahun, ia dikontrak dengan durasi 10 bulan dengan bayaran sebesar 4.200 US Dolar per bulan. Hanya 15 pertandingan saja yang ia lakoni, namun 10 gol berhasil diciptakannya kala itu.
Pada tahun 1997, Kempes kemudian pensiun untuk lebih serius menekuni bidang kepelatihan, karena memang sebelum bergabung ke Pelita Jaya, ia tercatat menjabat sebagai asisten pelatih di Valencia dari tahun 1993.
ADVERTISEMENT
Namun, karier Kempes sebagai pelatih tak secemerlang kala ia menjadi pemain. Tidak usah terlalu berlebihan menanggapi hal tersebut, karena meski berada dalam satu lingkup yang sama namun bermain dengan melatih adalah dua hal yang berbeda. Sepanjang berkarier sebagai pelatih, ia belum pernah dipercaya menangani klub dengan nama besar.
Praktis hal tersebut membuatnya lebih banyak melatih kesebelasan-kesebelasan berstatus klub yang kurang terkenal dari Liga Albania, Bolivia, hingga Venezuela. Bahkan, ia sempat juga melatih klub kecil asal Spanyol, San Fernando.
Karier kepelatihan Kempes berakhir pada tahun pada tahun 2001. Meski begitu, karienya sebagai pelatih pernah menuai kebanggaan kala mampu membawa The Strongest juara di Liga Bolivia pada tahun 1999.
Setelah karier kepelatihannya habis, saat ini Kempes yang berusia 66 tahun lebih banyak menghabiskan banyak waktunya dengan menjadi komentator di salah satu stasiun televisi olahraga terkenal dunia.
ADVERTISEMENT
****