Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Mino Raiola: Dari Pelayan Restoran hingga Jadi Super Agen Papan Atas
7 Juni 2021 19:15 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berada di wilayah selatan Italia, tepatnya kota Salerno, lahir seorang yang kelak punya nama besar dalam kiprahnya di dunia sepak bola. 4 Mei 1967 jadi hari pertama bagi Raiola melihat terang dunia.
Namun, keluarga sang agen memutuskan untuk tak berlama-lama di Italia. Satu tahun berselang, Raiola muda pindah ke Belanda, ibu dan ayahnya membuka bisnis restoran kecil-kecilan di kota Haarlem.
Insting berbisnis Raiola boleh jadi terbentuk dari sini. Di restoran yang menjajakan makanan Italia itu, Raiola membantu orang tuanya dengan bertindak sebagai pelayan. Bahkan sampai harus mengorbankan kegemarannya bermain tenis meja dan sepak bola.
Pengalaman mengurusi bisnis keluarga itu membentuk karakter Raiola sebagai anak yang ramah, sopan, cakap berkomunikasi, dan perangai baik lainnya. Ia disenangi banyak orang dan bisa berteman dengan siapa aja.
Itu cukup membantunya ketika Raiola menempuh studi jurusan hukum di sebuah universitas. Namun, ia hanya berkuliah selama dua tahun tanpa pernah menyelesaikannya.
ADVERTISEMENT
Kota tempat Raiola tinggal punya ketertarikan cukup tinggi pada sepak bola. Haarlem punya akademi sepakbola bernama HFC Haarlem. Raiola yang gagal sebagai pemain pada usianya yang baru 22 tahun justru ditunjuk sebagai direktur olahraga klub. Tapi jabatan itu tak berlangsung lama.
Raiola yang merupakan putra dari seorang Belanda dan Italia ternyata mahir menggunakan dua rumpun bahasa itu. Kecakapannya berbuah manis, sebuah perusahaan agensi pemain dari Belanda bernama Sports Promotion BV pun merekrutnya. Dia bertanggung jawab untuk mengurusi segala transfer yang melibatkan pesepak bola Belanda ke Italia.
Salah satu catatan apik Raiola ialah ketika berhasil membujuk Dennis Bergkamp yang waktu itu bermain untuk Ajax Amsterdam hijrah ke Italia, tepatnya Inter Milan pada tahun 1993.
ADVERTISEMENT
Tak puas dengan itu semua, seperti kebanyakan calon wirausahawan sukses, Raiola mencoba keluar dari zona nyaman. Dia menjadikan dirinya sebagai bos, dengan memutus kontrak dengan Sports Promotion BV lalu menjadi agen pemain yang bebas.
Keputusannya tak keliru. Raiola sudah paham cara kerja seorang agen pemain. Titik menggembirakan datang lewat ajang Piala Eropa 1996. Raiola berhasil menemukan pesepak bola pertama yang bakal melapangkan jalannya ke depan. Dialah Pavel Nedved.
Tampil gemilang bersama Republik Ceko, gelandang kreatif ini tergugah oleh kepiawaian Raiola. Semula menurut laporan koran Corriere Dello Sport, Nedved sudah hampir pasti bergabung dengan PSV Eindhoven dan entah lewat jurus apa, Raiola membuat sang pemain yakin untuk bermain dalam balutan seragam Lazio dengan biaya transfer 3,5 juta euro.
ADVERTISEMENT
Semenjak itu, reputasi Raiola makin cemerlang, dia membangun dan menikmati hasil kerja dari industri sepak bola yang menjanjikan, dengan lebih dari 50 pemain yang telah diurus, mulai dari Mario Balotelli, Ibrahimovic, Marek Hamsik, Mkhitaryan, Pogba, sampai dengan yang paling banyak diberitakan saat ini, Erling Haaland.
Raiola kini disegani dan dianggap sebagai agen pemain papan atas, sejajar dengan Jonathan Barnett dan Jorge Mendes. Ia memang punya kualitas yang sebanding: pandai negosiasi, menguasai lebih dari 7 bahasa, dan tentu saja bicaranya manis sekali.
Menurut laporan dari majalah Forbes, per tahun 2020 harga kekayaan Raiola mencapai 84,7 juta dolar AS (setara Rp 1,2 triliun). Agen super itu juga dilaporkan membeli rumah mantan bos mafia Al Capone di daerah Miami. Hal tersebut pun membuat orang-orang memanggilnya sebagai 'mafioso'.
ADVERTISEMENT
Tapi siapa sangka di balik itu semua, Raiola adalah sosok yang berpenampilan apa adanya, tak terkesan menunjukkan ia orang berpunya. Hal ini diungkap langsung oleh Ibrahimovic dalam buku otobiografinya "I am Zlatan."
Ketika Ibrahimovic lengkap dengan setelan mahal Gucci lalu memarkir mobil mewahnya di depan lokasi pertemuan. Ia masuk dan betapa terkejut ketika melihat Raiola yang sangat santai.
"Saya tidak tahu akan bertemu dengan orang macam apa, saya pikir pria yang terbiasa dengan pakaian formal dengan jam tangan emas dan besar. Tapi sialan,” tulis Ibra.
"Tebak siapa yang saya temui? Seseorang bercelana jins dan hanya mengenakan kaus Nike."
Beberapa gambar juga dengan sangat jelas memperlihatkan kesederhanaan Raiola. Itu merupakan sikap dan gaya berpakaian yang dengan sadar dia pilih.
ADVERTISEMENT
Raiola satu waktu juga pernah tertangkap berjalan dengan Mario Balotelli dengan hanya mengenakan jins, jaket Hoodie, dan sepatu sneaker begitu apa adanya.
Tapi di sisi lain, Raiola sangat garang kalau urusan bisnis, apalagi menyangkut keputusan pindah seorang pesepak bola. Satu ketika Raiola melempar komentar mengenai Pep Guardiola, "Dia merupakan pelatih yang hebat, tapi Guardiola adalah seorang sialan.”
Bahkan Sir Alex Ferguson dalam buku otobiografinya, mengaku terang-terangan tak suka dengan Raiola. "Ada satu atau dua agen sepak bola yang saya tidak suka saja, dan Mino Raiola adalah salah satunya."
Pernyataan ini sebetulnya wajar belaka, mengingat mereka pernah terlibat konflik mengangkut kepindahan gratis Paul Pogba dari Manchester United ke Juventus, lalu balik ke Old Trafford dengan harga yang jauh lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Raiola juga pernah dihukum oleh Federasi sepak bola Italia atas tindakan indisipliner soal penyimpangan transfer. Tapi begitulah, Raiola. Seorang agen super sepak bola papan atas.
****