Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Rivaldo: Superstar Brasil yang Dapat Gelar Pemain Terburuk Liga Italia
4 Agustus 2021 14:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Nama Rivaldo tak bisa dilupakan dalam daftar panjang superstar Brasil. Salah satu kesuksesannya terlihat ketika mengantarkan Selecao merengkuh gelar juara di Piala Dunia 2002.
ADVERTISEMENT
Ajang tersebut turut menampilkan baik dan buruknya Rivaldo. Selain mencetak 5 gol dan masuk dalam tim terbaik turnamen, dia juga mengundang kontroversi setelah berpura-pura cedera ketika bek Turki, Hakan Unsal, menendang bola ke arahnya.
Diwartakan Planet Football, pelatih Brasil saat itu, Luis Felipe Scolari, kekeh menggambarkan Rivaldo sebagai pemain terbaik Piala Dunia. Bahkan, Scolari sampai mengesampingkan seorang Ronaldo de Lima.
Selepas mengantarkan Brasil menjadi kampiun Piala Dunia 2002, Rivaldo tiba di San Siro untuk bergabung dengan AC Milan. Dia didatangkan dari Barcelona selepas kembalinya Louis van Gaal di kursi panas Blaugrana.
“Saya tidak suka Van Gaal dan saya yakin dia juga tidak menyukai saya,” kata Rivaldo kepada TV Record, dikutip dari Planet Football.
Kontrak tiga tahun pun ditandatangani dengan gaji 3 juta poundsterling (sekitar Rp 59 miliar dengan kurs saat ini) per musim. Itu adalah jumlah besar yang harus dikeluarkan untuk pemain berusia 30 tahun dengan riwayat cedera lutut.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada yang lebih baik dari Rivaldo. Dia adalah pemain yang luar biasa dan merupakan suatu kehormatan bagi Milan untuk memiliki pemain sekaliber dia,” tegas Presiden AC Milan saat itu, Silvio Berlusconi.
Saat Berlusconi berbangga hati memiliki Rivaldo, pelatih AC Milan saat itu, Carlo Ancelotti, tengah dirundung bingung. Banyaknya pemain bintang yang didatangkan membuat 'Don Carlo' kelimpungan menentukan starter.
“Saya, tentu saja, sangat senang memiliki Rivaldo dan jelas jauh lebih baik memiliki pemain seperti dia daripada tidak memilikinya. Saya tidak melihat ada masalah dalam berurusan dengannya dan satu-satunya masalah bagi saya adalah memilih 11 pemain dan meninggalkan yang lain di bangku cadangan,” ucap Carlo Ancelotti.
Tampil untuk AC Milan di Trofi Luigi Berlusconi melawan Juventus, Rivaldo menerima sambutan meriah dari pendukung tim tuan rumah. Dia turun ke lapangan dengan sepasang sepatu putih yang khas.
ADVERTISEMENT
Tak berbuat banyak di lapangan, Rivaldo ditarik keluar di menit ke-62. Selain itu, rotasi yang dilakukan Ancelotti juga membuat dia sering keluar masuk lapangan di beberapa minggu pertamanya.
Dua bulan memasuki musim pertamanya, Rivaldo mencetak tiga gol dan dua assist dalam lima penampilan liga untuk Rossoneri, termasuk satu gol kemenangan melawan Udinese.
Sering bermain sebagai striker pendukung di belakang Inzaghi, Rivaldo awalnya diuntungkan dengan absennya Andriy Shevchenko yang cedera di awal musim. Namun, kembalinya Shevchenko membuat waktu bermain Rivaldo turun drastis.
Meski jarang dimainkan oleh Ancelotti, Rivaldo tetap menaruh respek padanya. Dia tak menganggap 'Don Carlo' sebagai sosok buruk seperti eks pelatihnya di Barcelona, Louis van Gaal.
"Ancelotti tidak menganiaya saya seperti yang dilakukan van Gaal di Barcelona. Dia berbeda. Carlo adalah orang yang lucu, dia berbicara dengan Anda, hanya saja dia tidak membuat saya bermain. Itulah masalahnya dan saya tidak tahu alasannya,” kata Rivaldo.
ADVERTISEMENT
Meski AC Milan sanggup memenangkan Coppa Italia 2002, Liga Champions 2002/03, dan Piala Super UEFA 2003, kontribusi Rivaldo terbilang minim. Akhirnya dia dan pihak klub sepakat untuk mengakhiri kontraknya.
Selama berseragam merah-hitam, Rivaldo hanya bermain sebanyak 22 pertandingan dan melesakkan 5 gol saja. Tentu itu tak sebanding dengan statusnya sebagai salah satu pemain dengan gaji terbesar di Serie A saat itu.
Lebih perih lagi, Rivaldo dianugerahkan penghargaan Bidone d'Oro, penghargaan untuk pemain terburuk Serie A. Namanya dikenang sebagai pemain Serie A terburuk di tahun 2003.
Setelah itu, dia berkelana ke beberapa klub, seperti Cruzeiro, Olympiakos, AEK Athena, dan Sao Paulo. Pada Maret 2014, superstar Brasil itu secara resmi pensiun dari sepak bola setelah berkarier selama lebih dari 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Meski torehkan catatan buruk bersama AC Milan, Rivaldo Vitor Barbosa Ferreira tetap layak menyandang status sebagai superstar Timnas Brasil.