Kisah Samir Nasri, Dari Calon Penerus Zinedine Zidane Hingga Tak Punya Klub

3 Februari 2021 18:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samir Nasri saat diperkenalkan sebagai pemain Sevilla. Foto: Cristina Quicler / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Samir Nasri saat diperkenalkan sebagai pemain Sevilla. Foto: Cristina Quicler / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Samir Nasri pernah dianggap mewarisi kehebatan Zinedine Zidane di kakinya. Terlebih, ia adalah seorang berkebangsaan Prancis keturunan Arab.
ADVERTISEMENT
Dari fitur keturunan seperti ini saja, mudah baginya untuk diasosiasikan dengan Zidane yang pernah memberikan trofi Piala Dunia dan Piala Eropa buat Timnas Prancis.
Nasri memulai sepakbola dari jalanan. Bakatnya ini langsung disadari kedua orang tuanya dan langsung tercium pemandu bakat Marseille. Nasri pun langsung dimasukkan ke Akademi Marseille di Bastide ketika usianya sembilan tahun.
Di Akademi Marseille ini permainan Nasri dipoles dan kian berkembang. Ia pun menjadi bagian penting dari tim muda Marseille dalam meraih sejumlah trofi.
Samir Nasri saat berlaga bersama Sevilla. Foto: CRISTINA QUICLER / AFP
Pada akhir musim 2003/2004, ketika usianya masih 16 tahun, Nasri dipromosikan ke rim reserve Marseille. Baru pada musim selanjutnya, ia dimasukkan ke tim utama.
Ini pun tak lepas dari keinginan sejumlah kesebelasan seperti Arsenal, Chelsea, Liverpool, dan Newcastle United, untuk memboyong pemain kelahiran 26 Juni 1987 ini.
ADVERTISEMENT
Marseille sendiri segera memberi kontrak agar kasus Mathieu Flamini tak terulang. Kala itu, Flamini pindah ke Arsenal tanpa memberi kompensasi apa pun buat Marseille.
Pasalnya, Flamini tidak tengah dalam kontrak dengan Marseille. Kasus ini sampai ke FIFA yang pada akhirnya menyuruh The Gunners membayar 480 ribu euro untuk transfer tersebut.
Penampilan Nasri kian tampak dengan kehadiran penyerang top macam Franck Ribbery, Djibril Cisse, dan Mamadou Niang. Hasilnya, Nasri membawa Marseille menjuarai Piala Intertoto pada 2005.
Pemain anyar West Ham, Samir Nasri, diadang oleh dua pemain Arsenal, Kolasinac dan Iwobi.. Foto: REUTERS/David Klein
Kian waktu berjalan, Nasri kian menjadi bagian penting buat Marseille. Ia bahkan menjadi Pemain Terbaik Versi Suporter pada 2007 dengan meraih 62 persen votes di atas Ribery dan Niang.
Penampilan Nasri kian menonjol pada musim 2007/2008 setelah Ribery pindah ke Bayern Muenchen. Pelatih Marseille, Eric Gerets, menjadikan Nasri bagian penting dari serangan Marseille. Di musim ini, ia mencetak enam gol yang terbanyak sepanjang kariernya.
ADVERTISEMENT
Penampilan bagusnya ini membuat Arsenal segera merekrut Nasri meskipun sang pemain telah memperpanjang kontrak hingga 2012. Namun, 14 juta pounds tak mampu membuat Marseille menahan Nasri lebih lama. Di Arsenal, nama Nasri kian dikenal.
Uniknya, di Arsenal Nasri mencetak enam gol yang menyamai capaian golnya di Marseille. Namun, hal ini tak berlanjut pada musim selanjutnya, ketika ia menderita patah kaki.
Nasri dan Pellegrini di laga West Ham vs Birmingham. Foto: Reuters/John Sibley
Penampilan bagus Nasri baru kembali pada musim 2010/2011 setelah ia mendapatkan motivasi gara-gara namanya tidak termasuk dalam skuat Prancis di Piala Dunia 2010.
Hasilnya, Nasri mencetak 10 gol atau yang terbanyak sepanjang kariernya hingga saat ini. Sayangnya, bermain di Arsenal tidak memuaskan dahaga Nasri dalam urusan trofi.
Pada akhir bursa transfer musim baru, Nasri dikonfirmasi bergabung dengan Manchester City. Biaya transfernya pun sekitar 25 juta pounds dengan kontrak empat tahun.
ADVERTISEMENT
Benar saja, baru bergabung dengan City, ia sudah merasakan mengangkat trofi Premier League. Bukan cuma sekali, tapi dua kali pada musim 2011/2012 dan 2013/2014. Sebuah prestasi yang tidak pernah dirasakan Nasri di Arsenal.
Penampilan Nasri di City terbilang cukup stabil. Akan tetapi pada musim 2015/2016, penampilannya menurun drastis. Cedera tendon membuatnya harus beristirahat hingga hampir semusim penuh!
Nasri (kanan) pada laga pramusim di AS. Foto: Reuters/Harrison McClary
Kehadiran Pep Guardiola pada musim selanjutnya membuat keberuntungan Nasri berubah drastis. Ia dipinjamkan ke Sevilla selama semusim. Lalu, pada musim selanjutnya, ia dilepas ke kesebelasan Turki, Antalyaspor.
Namun, kebersamaannya dengan kesebelasan di Super Lig itu cuma berlangsung setengah musim, setelah ia memutuskan penghentian kerja sama.
Sial bagi Nasri karena sebulan kemudian, Nasri mendapatkan sanksi dari UEFA setelah terjerat kasus doping. Ia pun diganjar hukuman larangan bermain selama 18 bulan dari UEFA.
ADVERTISEMENT
Selesai dari masa hukuman, Nasri dikontrak West Ham United hanya selama paruh akhir musim 2018/19. Masa bakti tidak diperpanjang oleh The Hammers, ia lantas diangkut Anderlecht.
Nasri cuma semusim bersama klub asal Belgia tersebut. Saat ini, menurut catatan Transfermarkt, ia tidak bermain untuk klub manapun.
****