Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Saul Niguez: Korban Bully di Real Madrid, Kini Andalan Atletico
21 Juni 2021 15:24 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saul Niguez Esclapez lahir pada 21 November 1994 di Elche, Spanyol. Ia merupakan putra dari pasangan Pilar Esclapez dan Jose Antonio Niguez. Saul merupakan pria sederhana. Ia mengaku jika kedua orang tuanya sering memintanya untuk menjadi anak yang baik dan tidak banyak bergaya.
Sejak kecil, Saul sudah sangat tertarik dengan sepak bola. Mengetahui bakat anaknya, sang ayah langsung mengirim Saul ke akademi Elche. Di klub asal kampung halamannya itu, kemampuan Saul berkembang pesat. Ia berhasil masuk ke kelompok yang lebih tua darinya dan diberi tugas menjadi kapten tim.
Menjadi yang paling menonjol di akademinya, Saul mendapat tawaran dari Real Madrid. Tepat pada tahun 2006, Saul resmi berseragam Los Blancos.
ADVERTISEMENT
Namun mendapat kesempatan berlatih di klub sebesar Real Madrid nyatanya tak memberi pengalaman luar biasa bagi Saul. Dirinya justru mendapat pengalaman buruk yang tak akan pernah ia lupakan sepanjang hidupnya.
Gelandang Atletico itu mengungkapkan pernah mendapat perlakukan buruk dari rekan-rekannya saat masih bermain di tim akademi Real Madrid.
“Aku tidak terluka dengan apa yang terjadi (di tim akademi Madrid) karena itu pengalaman bagus yang membuatku belajar tentang banyak hal. Aku menjadi pribadi yang sangat dewasa,” ungkap Saul, dikutip dari Sport.
“Banyak hal terjadi di luar lapangan. Dari sisi olahraga berjalan dengan baik, tetapi beberapa hal terjadi yang seharusnya tidak dilakukan oleh bocah 11 atau 12 tahun.”
“Sepatu dan makananku dicuri. Aku dihukum untuk sesuatu yang tidak kulakukan dan aku tidak boleh datang ke pusat latihan di Valdebebas selama dua minggu,” imbuhnya
ADVERTISEMENT
Saul mendapat perlakuan tak semestinya dari rekan setimnya di Madrid. Ia merasa tak dihargai dan sering mendapat perlakuan yang disebut sebagai penindasan. Tak hanya soal sepatu dan makanannya yang dicuri, Saul juga pernah dijebak oleh teman-temannya.
Saat itu, seseorang menulis surat, menandatangi dengan namanya dan mengirimkan kepada pelatih. Setelah ditanya, Saul mengaku jika ia tidak pernah memiliki alasan untuk melakukan itu.
Karena mendapat perlakuan yang buruk, Saul berkonsultasi dengan keluarganya. Tepat pada 2008, ia memutuskan untuk meninggalkan Real Madrid dan pindah ke Atletico Madrid.
Bersama sang rival inilah, kemampuan Saul berkembang dengan baik. Terus berlatih keras dan berjuang tanpa henti, ia lalu mencatatkan debutnya di tim utama Atletico pada usia 17 tahun, tepatnya musim 2011/12.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi andalan tim utama asuhan Diego Simeone, Saul terlebih dulu dipinjamkan ke Rayo Vallecano pada musim 2013/14. Di bawah arahan Paco Jemez, ia tumbuh menjadi gelandang tangguh.
Pasca kepulangannya ke Atletico, Saul mendapat banyak pujian dan terus memberi kontribusi besar bagi tim yang bermarkas di Wanda Metropolitano. Ia bahkan menjadi pemain penting kala Atletico sukses menghajar Real Madrid dengan skor 4-0 di La Liga kala itu.
Meski terus tampil gemilang, Saul mengaku jika dirinya pernah menahan sakit parah selama kurang lebih dua tahun. Hal itu dilakukan demi bisa terus mendapat tempat di Atletico.
Saat itu, Saul mengalami masalah pada ginjalnya setelah berbenturan dengan pemain lawan di laga kontra Bayer Leverkusen dalam ajang Liga Champions musim 2014/15.
ADVERTISEMENT
Setelah kembali ke ruang ganti, Saul merasa pusing, muntah muntah dan kondisinya sangat lemah. Ia pun lalu dilarikan ke rumah sakit. Setelah menjalani perawatan, Saul mengungkap bahwa dirinya mengalami kesulitan buang air kecil. Ia juga mengaku, seusai latihan dan bertanding dirinya kerap kencing darah.
Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus maju. Pada 2016, Saul sempat diminati dua raksasa Inggris, Arsenal dan Man United, namun Atletico enggan untuk melepas pemain mudanya tersebut.
Bersama Atletico, Saul terus melanjutkan perjuangannya hingga sukses menyumbangkan gelar Liga Eropa, Piala Super Spanyol, dan Piala Super Eropa 2018 setelah berhasil menumbangkan perlawanan Real Madrid.
Pada 1 Juli 2017, Saul menandatangani kontrak barunya selama sembilan tahun. Atletico juga dikabarkan memagari Saul dengan memasang klausul rilis sebesar 150 juta euro. Jumlah tersebut dilakukan untuk menjauhkan klub yang ingin meminangnya.
Pada pentas Internasional, Saul telah memperkuat Spanyol sejak di level u-16 pada 2009. Setelah itu, ia berturut-turut menjadi langganan pemain La Furia Roja di semua kelompok umur.
ADVERTISEMENT
Segenap prestasi pun Saul raih. Runner up piala eropa u-17 tahun 2010, kemudian menjadi juara dua tahun kemudian di level u-19. Penampilan apik Saul menempatkannya di daftar terbaik tim di euro u-19 tahun 2012.
Saul terus melanjutkan sinarnya sebagai pemain muda potensial. Ia membawa Spanyol u-21 finis di posisi kedua di Euro U-21 tahun 2017. Namanya kembali masuk dalam daftar tim terbaik.
Saul juga dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak, terutama dengan berhasil mencetak hattrick untuk membantu Spanyol menyingkirkan Italia 3-1 di babak semifinal.
Debut Saul di timnas senior terjadi pada 1 september 2016 dalam laga persahabatan melawan Belgia. Ia kemudian tampil di Piala Dunia 2018 di Rusia.
Di bawah pelatih baru Luis Enrique, Saul mencetak gol pertamanya untuk Spanyol ke gawang Inggris dalam ajang UEFA Nations League di Stadion Wembley pada 8 September 2018. Laga itu dimenangi Tim Matador dengan skor 2-1.
ADVERTISEMENT
Namun, Saul tidak dipanggil oleh Luis Enrique dalam 26 pemain Spanyol untuk Euro 2020. Padahal, performanya bersama Atletico cukup bagus bersama Atletico di musim ini.
Saul memang tidak banyak mencetak gol untuk Atletico. Akan tetapi, dia punya peran yang sangat vital untuk Los Colchoneros. Bersama Koke, sang gelandang jadi andalan di lini tengah klub juara La Liga tersebut.
Saul memainkan 33 laga di La Liga. Pemain 26 tahun itu lebih sering bermain sebagai gelandang sentral. Hal inilah yang membuat Saul Niguez tidak banyak mencetak gol pada musim ini.
****