Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Kisah Yusup Prasetiyo Melatih di China: Salah Sedikit, Yang Kena Indonesia
13 Februari 2022 11:27 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Muhamad Yusup Prasetiyo merupakan pelatih sepak bola asal Indonesia yang kini menjadi asisten pelatih klub Malaysia, TRW Kelantan FC . Sebelumnya, ia terlebih dahulu pernah melatih di China .
ADVERTISEMENT
Yusup Prasetiyo menjadi pelatih tim U-16 klub bernama Lijiang FC selama Maret-Agustus 2017. Itu merupakan salah satu pengalaman berkesan dalam hidupnya yang sulit dilupakan.
Pelatih yang akrab disapa Yoyoo ini menerima tawaran tersebut kala masih menjadi asisten pelatih dari Rudy Eka Priyambada di Celebest FC. Direktur Teknik Lijiang FC, yang pernah menjadi instrukturnya di Malaysia, tertarik merekrutnya.
"Dia orang China, perempuan namanya Zhang Hong, dia bilang, 'Saya sekarang Direktur Teknik Lijiang FC, kamu mau enggak ke sini?'. Dia tertarik sama saya karena saya dinilai sebagai orang yang begitu percaya diri, menguasai teknologi analisis sepak bola, dan lain-lain," kata Yoyoo kepada kumparan, Sabtu (12/2).
Singkat cerita, dengan bantuan Rudy Eka, Yusup Prasetiyo bisa resign dari Celebest FC tanpa kena penalti. Lalu, dimulailah kisahnya di 'Negeri Tirai Bambu' membesut Lijiang FC U-16 di Liga Super China U-17.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu, pesertanya top-top, ada tim besar seperti Guangzhou Evergrande," terang Yoyoo.
Pelatih kelahiran Tangerang Selatan pada 1990 ini merasakan tantangan tersendiri saat melatih di China. Yang jelas, bahasa sempat menjadi masalahnya kala itu.
"Jujur, melatih masalahnya adalah bahasa. Sebulan pertama, saya pakai Bahasa Inggris tanpa penerjemah. Lalu, sebelum laga, saya bilang ke pihak klub bahwa butuh penerjemah. Setelah ada penerjemah, latihan menjadi lebih baik," kisahnya.
Itu baru satu masalah. Belum lagi, Yoyoo dipandang sebelah mata karena berasal dari Indonesia.
"Ada satu pelatih yang enggak suka sama saya, dia bilang, melalui penerjemah saya, 'Indonesia saja tak pernah menang melawan kita. Bagaimana mungkin bos merekrut si Yoyoo ini, sedangkan sepak bola negaranya saja jauh tertinggal sama kita, terus dia direkrut agar tim kita menang, enggak mungkinlah'. Itu pertama saya datang. Satu bulan pertama itu gila banget," kenangnya.
ADVERTISEMENT
"Mereka melihatnya begitu. Sebaliknya, kalau ada pelatih yang terburuk sekalipun dari Inggris atau Spanyol, mereka memandangnya berbeda. Saya sadar betul sulit melatih di luar negeri, apalagi saya bukan eks pemain nasional atau legenda," lanjut pria asli Betawi itu.
Pada Maret 2017, China berada di urutan 86 ranking FIFA, sedangkan Indonesia kala itu di peringkat 167. Menurut Transfermarkt, Indonesia sudah 9 kali melawan China dari 1957 hingga 2013. Hasilnya, 'Garuda' menang sekali, kalah 6 kali, dan sisanya imbang.
Dengan mengesampingkan cibiran semacam itu, Yoyoo tetap melatih dengan percaya diri. Ia berusaha keras, tetapi sayang hasilnya masih kurang memuaskan.
Dari 13 laga di Liga Super China U-17, tim Lijiang FC U-16 besutan Yusup Prasetiyo hanya meraih 5 kali menang, seri 2 kali, sisanya kalah. Lantas, mau tidak mau, ia dipecat. Namun, ia justru merasa bahwa pemecatannya kala itu lucu.
"Ini lucunya menarik, habis turnamen, bos Lijiang FC mengajak makan malam bareng staf lain, suasananya ketawa-ketawa, saya juga harus minum arak untuk menghargai budaya sana," ujar eks pemain Timnas U-17 ini.
ADVERTISEMENT
"Tiba-tiba, setelah makan malam, bosnya ngomong, 'Oke, sudah selesai, ya. Saya mau kasih tahu, Yoyoo ini hari terakhir kamu. Lusa, kamu harus kembali ke Indonesia karena kamu tak bisa kasih apa yang kami mau, yaitu kemenangan'. Oh my God, kaget saya. Mau gimana? Baliklah saya," lanjutnya.
Namun, Yoyoo tak mau larut dalam kecewa. Sejak itu, ia menjadi semakin terpacu menjadi lebih baik, apalagi setelah ia sadar tidak cuma membawa namanya pribadi saat ke luar negeri.
Ada satu hal yang disadari Yusup Prasetiyo saat melatih Lijiang FC. Ia melihat perbedaan kualitas pesepak bola muda Indonesia dan China.
"Kita [Indonesia] banyak banget talenta top-top, jujur saja. Talenta Indonesia lebih bagus dari China. Namun, fasilitas di China itu top banget. Saya kaget banget ketika away ke beberapa tempat, gila, China punya satu distrik yang punya 10 lapangan bagus-bagus banget," kisahnya.
ADVERTISEMENT
"Talenta China skill dan kecepatannya enggak sebagus Indonesia. Namun, mereka punya kerja keras yang amat gila. Dalam arti, latihannya dan hari-harinya mereka sekolah juga. Jadi, satu dormitory gitu, mereka balik sekolah, lanjut latihan sepak bola. Saya benar-benar lihat kerja keras mereka. Mentalnya top banget," tambahnya.
Lijiang FC sendiri bukan tim besar. Namun, mereka juga memiliki fasilitas sepak bola yang oke juga.
"Iya, bukan tim besar, tetapi mereka punya lapangan akademi 3 lapangan. Oke dan bagus banget fasilitas dan lapangan mereka. Jadi, bosnya Lijiang FC ini pengusaha kayu, pengusaha di China itu akan dipermudah usahanya kalau dia bantu bangun sepak bolanya China," tuturnya.
Sekarang, Yoyoo menjadi asisten pelatih di Kelantan FC. Ia tentu ogah berpuas diri hanya karena pencapaiannya ini. Target besarnya adalah melatih di Eropa.
ADVERTISEMENT
Sekilas tentang Lijiang FC, ini adalah klub sepak bola yang berdiri pada 2012 dan memiliki julukan Flying Tigers. Tim ini sempat berganti nama menjadi Yunnan Lijiang FC pada 2017 dan menjadi Yunnan Flying Tigers FC pada 2018.
Lijiang FC pernah menjadi juara China League Two (Divisi 3 Liga China) pada 2016 dan promosi ke League One (Divisi 2). Sayang, mereka langsung terdegradasi lagi karena finis di urutan buncit pada musim 2017.
Selama musim 2018, He Rongyao selaku Chairman Klub, ditangkap dan terungkap ada penunggakan gaji pada akhir musim 2018. Pada 26 Februari 2019, Lijiang FC yang kala itu sudah bernama Yunnan Flying Tigers secara resmi mengundurkan diri dari China League Two dan dibubarkan.
ADVERTISEMENT