Kurniawan dan Memoar Gol Bersejarahnya ke Gawang FC Basel

24 Juli 2019 17:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Timnas Indonesia U-19 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Indonesia U-19 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
9 April 1995, pemuda 19 tahun itu memasuki lapangan hijau dengan tatapan mata tajam. Ia tampak berbeda dari mayoritas mereka yang berada di sana. Rambutnya yang hitam, kulitnya yang sawo matang serta badannya yang kurus tampak menyempil di antara tubuh-tubuh tinggi besar.
ADVERTISEMENT
Namun, Kurniawan Dwi Yulianto, si pemuda tersebut, tak peduli. Tujuannya masuk ke lapangan kala itu hanya satu, yakni mencetak gol. Tak peduli lawan yang dihadapinya. Sebesar apa pun tubuh mereka, nyalinya tak pernah gentar.
Benar saja, ketika laga memasuki menit ke-23, Kurniawan membuat seisi stadion bergemuruh. Berawal dari sepak pojok, bola di arahkan ke tiang dekat. Kurniawan lantas menyambutnya dengan tandukan membelakangi gawang. Bola pun meluncur deras merobek gawang FC Basel untuk kali kedua pada laga itu.
Sebiji gol yang begitu bersejarah bagi sepak bola Indonesia. Hingga kini, Kurniawan masih tercatat sebagai satu-satunya pesepak bola Tanah Air yang mencetak gol di Eropa dalam kompetisi resmi di level teratas.
ADVERTISEMENT
Cuplikan momen emosional bagi Kurniawan itu terjadi ketika ia memperkuat FC Luzern. Saat itu, timnya menghadapi sebuah partai besar bertajuk derbi melawan FC Basel di Liga Super Swiss.
"Alhamdulillah, jelek-jelek gini, saya orang Indonesia pertama yang cetak gol di kompetisi Eropa," ujar Kurniawan membuka obrolan dengan kumparanBOLA di bilangan Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2019).
Kurus--sapaan akrab Kurniawan--ingat betul momen yang terjadi 24 tahun silam itu. Gol itu, lanjutnya, tak akan pernah dilupakan sepanjang hayatnya.
"Saya enggak tahu kalau pertandingan itu derbi. Saya ingat betul, sehari sebelum pertandingan, pelatih manggil saya. Dia bilang, 'Besok kamu main (sejak menit) pertama, tunjukkan seperti pertama kali kamu datang saat trial'," kata Kurus menirukan ucapan pelatih FC Luzern kala itu, Jean-Paul Brigger.
ADVERTISEMENT
Kurus tahu betul, kesempatan tak akan datang dua kali. Maka, ketika hari pertandingan tiba, rasa laparnya untuk bisa menjawab kepercayaan sang bos tak lagi tertahankan. Ketika itu, FC Luzern akhirnya mengandaskan sang lawan dengan skor 2-1.
"Waktu itu saya merasa spesial karena dipanggil pelatih. Saya enggak boleh sia-siakan kesempatan, harus cetak gol. Sebelum pertandingan, saya seperti orang kelaparan, kira-kira kalau kita mau buka puasa, begitu suasana hati saya," kata pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah ini.
"Gol yang saya bikin juga bisa dibilang mustahil. Badan saya kecil, tapi bisa bikin gol dari situasi sepak pojok, dengan heading membelakangi gawang. Mustahil lah dengan postur seperti ini," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Kurus memang terkenal bandel. Sikap ngeyelnya di lapangan mampu mengenyahkan seluruh rasa takutnya. Ketika anak-anak seusianya sedang gemar-gemarnya bersosialisasi dengan teman seusianya, ia memilih merantau di Benua Biru seorang diri.
Pemain yang membawa PSM Makassar juara Liga Indonesia 1999/00 ini mengaku mentalnya sudah terpupuk sejak mengikuti PSSI Primavera di Italia. Dua tahun di Negeri Pizza diakuinya membuat adaptasi menjadi lebih mudah ketika bermain di Swiss.
Kendati demikian, ada kalanya ia merasa kesepian. Jauh dari keluarga dan teman, membuatnya harus menghadapi masalah seorang diri.
"Kalau latihan capek dan bikin salah, harus mikir sendiri, enggak ada teman sharing. Makanya saya pesan ke pemain kita yang akan atau sudah di Eropa, persiapkan mental. Mental itu bukan homesick, itu bisa diatasi. Kayak saya dari kelas 3 SMP sudah keluar dari rumah."
ADVERTISEMENT
Asisten pelatih Timnas u 23 Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
"Tantangan terberat itu karena apa-apa kita sendiri di sana. Kalau latihan jelek, jangan harap bisa main. Karena pemain-pemain Eropa semua profesional. Waktu latihan, tekel ya tekel beneran. Mereka selalu kasih 200% waktu latihan."
Kini, tongkat estafet dari tangan Kurus telah beralih ke Egy Maulana Vikri. Bersama Lechia Gdansk, perlahan pemain kelahiran Asam Kumbang, Medan itu mulai unjuk gigi.
Lantas, mampukah Egy memecahkan sejarah sebagai pesepak bola Indonesia yang mencetak gol di Eropa?
"Harus sabar, jangan berikan ekspektasi dia (Egy) langsung jadi pemain (besar). Ikuti saja prosesnya secara natural. Kayak Son Heung-Min, 'kan enggak tiba-tiba muncul di Liga Inggris," kata Kurus.