Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Legenda 'Journeyman': Para Penjelajah di Lapangan Hijau
4 Januari 2018 20:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
The Motorcycle Diaries bercerita mengenai perjalanan spiritual Che Guevara mencari arti sebenarnya sebuah kehidupan.
ADVERTISEMENT
Cerita ini bermula dari perjalanan Guevara, bersama kawannya, Alberto Granado, menggunakan sepeda motor pada 1952. Pada awalnya, Guevara dan Granado melakukan pengembaraan ini untuk mencari hiburan di tengah penatnya kehidupan mereka.
Namun, semua berubah ketika keduanya melihat banyak ketidakadilan. Guevara melihat itu sebagai wajah asli Amerika Selatan, di balik topeng yang selama ini diperhatikan oleh orang-orang dari belahan dunia yang lain.
Guevara dan Granado menyaksikan langsung bagaimana ketidaksetaraan yang dialami oleh sebagian orang saat itu. Miskin dan kelas sosial yang begitu kontras dianggap sebagai borok, kendati hal tersebut lahir dari industri yang diciptakan.
Di balik revolusi menentang ketidaksetaraan yang dicetuskan oleh Guevara, perjalanannya saat itu menginspirasi banyak orang. Menurut The Observer, rute perjalanan Guevara menarik perhatiaan banyak wisatawan yang datang ke Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
Pada 2010, beberapa perusahaan wisata di Argentina, Bolivia, dan Kuba mengumumkan paket perjalanan bernama “Caminos de Che”. Di sana, wisatawan bisa merasakan bagaimana rasanya jadi Guevara, mengunjungi tempat kelahirannya hingga perkebunan milik keluarganya.
Dewasa ini, perjalanan Guevara untuk menyusuri banyak lokasi sebagai cara melihat dunia yang lebih luas diikuti oleh banyak orang. Tak terkecuali oleh para pesepak bola kelas dunia.
Sebagai olahraga yang kian menjadi industri, kebutuhan dalam sepak bola kian tak terbatas dan berkembang. Salah satu di antaranya adalah keberadaan pemain asing sebagai pelatuk untuk hal-hal yang lebih besar.
Mendatangkan pemain asing kini tak hanya dianggap sebagai cara instan untuk memperbaiki penampilan sebuah kesebelasan. Tapi juga sebagai cara untuk menarik perhatian penonton dan sponsor. Karena hal tersebut, persebaran pemain asing kian merata.
ADVERTISEMENT
Nama penyerang asal Inggris, Marcus Bent, pernah mengagetkan penjuru dunia ketika ia memperkuat kesebelasan Indonesia, Mitra Kukar, pada 2012. Tak ada yang tahu alasan Bent memperkuat Mitra Kukar dan berapa harga yang harus dibayarkan Kukar untuk mendapatkan jasa Bent.
Bent bukan satu-satunya penjelajah dalam dunia sepak bola. Sebelum Bent, ada nama Steve Claridge yang memperkuat 24 kesebelasan berbeda dari kompetisi amatir hingga semiprofesional dalam piramida sepak bola Inggris.
Perjalanan dua nama yang disebutkan di atas bisa jadi tidak apa-apanya ketimbang Lutz Pfannenstiel. Kiper asal Jerman ini telah memperkuat 25 kesebelasan dalam enam konfederasi sepak bola berbeda.
Pfannenstiel pernah memperkuat kesebelasan asal Jerman, tahu rasanya bermain di Armenia, hingga paham bagaimana sepak bola di Malaysia dijalankan. Dengan pengalaman tersebut, ia pun dikenal sebagai Ferdinand Magelland-nya sepak bola.
ADVERTISEMENT
Rekor Pfannenstiel dan perjalanannya mengelilingi dunia berakhir Desember 2017 lalu. Adalah Sebastian Abreu, pesepak bola asal Uruguay, yang mengalahkan rekor Pfannenstiel setelah memperkuat 26 kesebelasan dalam sembilan negara berbeda.
Abreu dilahirkan di daerah Minas, kota yang dikenal karena memiliki populasi masyarakat elit yang cukup banyak di selatan Uruguay, 42 tahun yang lalu. Ia menghabiskan lebih banyak waktunya di masa kecil dengan bermain basket ketimbang sepak bola.
Seiring berjalannya waktu, Abreu memutuskan untuk hijrah menjadi pesepak bola. Kesebelasan lokal di dekat tempat kelahirannya bernama Defensor Sporting menjadi pelabuhan awal kariernya sebagai pesepak bola.
Namun, sebagai warga lokal, jangan membayangkan Abreu setia dengan Defensor. Pasalnya, sejak bermain di sana, Abreu punya keinginan untuk berpergian ke banyak negara, lewat sepak bola tentunya.
ADVERTISEMENT
Keinginan tersebut membuatnya rela dibayar murah, hanya demi merasakan bagaimana kehidupan di setiap negara yang ia jelajahi. Ia lebih menikmati menjadi nomad ketimbang tinggal lama-lama di satu tempat. Dengan berpindah-pindah, Abreu punya banyak hal untuk diceritakan.
Setiap kali berpergian ke daerah yang baru, Abreu selalu merajah tubuhnya di tukang tattoo khas dari sana. Selain itu, ia juga dikenal karena kerap memperkenalkan diri lewat perayaan gol yang unik nan nyeleneh.
Selain itu, Abreu punya cerita menarik ketika bermain di El Salvador. Permintaan Abreu untuk mengenakan nomor punggung 13 ditolak karena angka tersebut dianggap identik dengan geng penjahat bernama La Marra Salvatrucha alias MS-13.
Cerita nyentrik lainnya terjadi saat Abreu menerima pinangan kesebelasan Israel bernama Beitar Jerusalem. Saat itu, kontraknya hanya berlaku di Liga Champions. Nah, berhubung Beitar tak lolos ke fase grup—ditambah krisis finansial, Abreu pun dilepas tanpa sekalipun pernah bermain di kompetisi resmi.
ADVERTISEMENT