Liechtenstein vs Italia: Reuni Zaniolo dengan Kawan Masa Kecilnya

15 Oktober 2019 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nicolo Zaniolo merayakan gol untuk Roma. Foto: AFP/Alberto Pizzoli
zoom-in-whitePerbesar
Nicolo Zaniolo merayakan gol untuk Roma. Foto: AFP/Alberto Pizzoli
ADVERTISEMENT
Agustus lalu, dua pemain muda harapan Italia, Nicolo Zaniolo dan Moise Kean, membuat pelatih Gli Azzurri, Roberto Mancini, kecewa berat. Saking kecewanya, sang commissario tecnico sampai mencoret dua pemain itu dari daftar skuat.
ADVERTISEMENT
Zaniolo dan Kean saat itu dipanggil untuk menghadapi pertandingan Kualifikasi Piala Eropa 2020 menghadapi Armenia dan Finlandia. Namun, karena telat datang ke sebuah sesi analisis video, dua sahabat itu pun dipulangkan.
Meskipun begitu, Zaniolo telah berhasil meyakinkan Mancini agar memanggilnya kembali. Di Liga Europa, gelandang serang Roma itu sudah mengemas 1 gol dan 2 assist dari 2 pertandingan.
Roberto Mancini pimpin restorasi Timnas Italia. Foto: AFP/Andreas Solaro
Zaniolo pun dipersiapkan untuk turun dalam pertandingan menghadapi Liechtenstein di Vaduz, Rabu (16/10/2019) dini hari WIB. Rencananya, pemuda 20 tahun itu akan dipasang di tengah bersama Marco Verratti dan Bryan Cristante.
Bagi Zaniolo, laga melawan Liechtenstein itu punya dua makna penting. Pertama, itu akan menjadi kesempatan baginya untuk kembali unjuk gigi di level internasional. Kedua, pertandingan tersebut akan menjadi ajang reuni baginya.
ADVERTISEMENT
Ada kemungkinan bahwa di partai itu Zaniolo bakal berhadapan dengan teman masa kecilnya dulu, Yanik Frick. Frick adalah penyerang Liechtenstein yang mencetak gol penyama kedudukan ke gawang Armenia akhir pekan lalu.
Pertanyaannya, bagaimana kedua pemain ini bisa saling kenal?
Pemain Liechtenstein, Yanik Frick (kanan), berusaha merebut bola dari kaki Antonio Candreva. Foto: AFP/Marco Bertorello
Well, untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus kembali ke musim kompetisi 2002/03. Ketika itu, Igor Zaniolo dan Mario Frick menjadi rekan satu tim di klub Serie B, Ternana. Mereka adalah ayah dari Nicolo dan Yanik.
Saat Zaniolo dan Frick senior bermain untuk Ternana, keduanya punya hubungan baik. Menurut La Repubblica, Zaniolo dan Frick senior kerapkali menghabiskan waktu bersama. Dalam kesempatan itu, mereka membawa serta putra-putranya.
Zaniolo senior sendiri lebih tua satu tahun daripada Frick senior. Sebaliknya, Zaniolo junior lebih muda setahun ketimbang Frick junior. Oleh Frick junior, masa-masa bermain ayahnya itu dia abadikan dalam sebuah tato.
ADVERTISEMENT
Frick senior bisa dibilang merupakan salah satu pesepak bola terbaik dalam sejarah Liechtenstein. Dia adalah pemain yang bisa menembus kompetisi elite dan saat ini berstatus sebagai topskorer sepanjang masa negaranya.
Mantan pemain Liechtenstein yang lama berkiprah di Italia, Mario Frick. Foto: AFP/Frederick Florin
Sementara itu, Zaniolo senior adalah pebola semenjana. Kariernya yang terbentang dari 1992 sampai 2013 itu kebanyakan dia habiskan di klub-klub gurem. Klub terbesar yang pernah dia perkuat 'hanyalah' Genoa.
Lagi-lagi, situasi bertolak belakang terjadi pada para putra mereka. Jika Frick junior hanya bermain di divisi dua Liga Swiss, Zaniolo junior adalah salah satu prospek terbaik sepak bola Eropa.
Nasib dua Zaniolo dan dua Frick itu bukanlah satu-satunya kontras dalam reuni ini. Prestasi kedua negara pun bagaikan langit dan bumi. Buktinya, pada laga pertama di Parma, Maret lalu, Italia sukses menang dengan skor 6-0.
ADVERTISEMENT
Ketika itu Zaniolo sebenarnya sudah bermain tetapi dia tak mencetak satu gol pun. Sementara, Yanik Frick tak masuk ke dalam skuat. Meski demikian, waktu itu putra Mario Frick yang lain, Noah, ada di bangku cadangan Liechtenstein.