Liga 1: Tak Kenal Lelah Mengejar Bola, seperti Itulah Persita

19 Maret 2020 16:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persita vs PSM Makassar. Foto: dok. Liga Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Persita vs PSM Makassar. Foto: dok. Liga Indonesia
ADVERTISEMENT
Dua kali imbang dan sekali kalah. Begitu catatan Persita Tangerang di Liga 1 2020 sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Kamu yang mengikuti Liga 1 pada tiga musim terakhir, lalu menyaksikan tiap-tiap pertandingan Persita tersebut, barangkali akan merasa familier. Yup, permainan mereka nyaris serupa dengan yang ditunjukkan Bali United pada 2017.
Oke. Sepertinya kamu sudah tahu akan ke mana arah tulisan ini: Betul, kami akan membahas Widodo C Putro.
Widodo adalah pelatih Bali United pada 2017 lalu dan sejak awal 2019 hingga kini bertugas sebagai juru taktik Persita. Kalau begini, bisa dipahami dari mana kemiripan tersebut bermula. Siapa lagi kalau bukan karena Widodo sendiri.
Aksi Hamka Hamzah saat menghadapi PSM Makassar. Foto: dok. Liga Indonesia
Sejak ditunjuk sebagai pelatih, dia menyulap Persita mejadi tim dengan agresivitas tinggi, persis Bali United pada 2017. Agresivitas itu yang paling mencolok terlihat dari cara pressing. Ke mana pun bola mengarah, hampir selalu ada yang mengejar.
ADVERTISEMENT
Persita kala itu masih bermain di Liga 2. Nah, saat berhasil promosi ke Liga 1, ada beberapa penyesuaian yang dilakukan Widodo terkait pressing tersebut. Mereka baru benar-benar agresif menekan ketika bola melewati garis tengah lapangan.
Yang bisa dipahami dari penyesuaian ini adalah perbedaan level antara Liga 1 dan Liga 2. Di Liga 1, sebagian pemain belakang tak gampang kehilangan bola. Ini bisa jadi bumerang jika Persita langsung menekan karena ada ruang yang akan terbuka.
Dari sini bisa dilihat bahwa Widodo berusaha hati-hati, meski tetap menuntut anak asuhnya untuk bermain ngotot dan agresif. Hasilnya pun ciamik. Lewat skema 4-3-3, mereka berhasil membendung tim-tim kuat macam Bali United dan PSM.
Dua tim kandidat juara itu tak banyak berkutik saat menyerang. Buktinya terlihat dari jumlah tembakan tepat sasaran. Bali United, yang mereka tahan imbang 0-0 cuma melepaskan 5 shoot on target dari 18 tembakan. Sementara, PSM yang ditahan 1-1 hanya membukukan 7 dari 14 upaya.
Aksi Hamka Hamzah saat melawan Tira-Persikabo. Foto: dok. Liga Indonesia
Dampak yang terlihat sendiri bukan cuma keberhasilan membendung serangan. Saat menyerang pun, hasil pressing tadi terbilang berbahaya. Tiap kali bola berhasil direbut, mereka akan dengan cepat melepaskan umpan, utamanya ke area sayap.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi ini serupa dengan yang ditunjukkan Bali United pada 2017 lalu.
Cukup sering Persita menembus kotak penalti lawan dalam situasi demikian. Begini saja sudah berbahaya sebetulnya, tetapi keputusan yang buruk pada sepertiga akhir membuat ancaman tak benar-benar tercipta.
Yang lantas mereka lakukan bila terjadi kondisi buntu seperti itu, sejauh ini, adalah dengan memanfaatkan sepakan jarak jauh. Untuk hal ini, Persita beruntung karena memiliki nama-nama macam Mateo Bustos, Eldar Hasanovic, hingga Toha.
Tiga pemain tersebut saat melawan PSM masing-masing menciptakan satu ancaman. Yang paling berbahaya lewat Hasanovic pada menit ke-91. Dari jarak yang begitu jauh, dia melepaskan sepakan yang membentur mistar gawang.
Ya, cuma membentur mistar yang artinya tak menjadi gol, sama seperti upaya lain yang Persita coba. Lantaran skema serangan cepat juga tak efektif, itu berarti apa yang diandalkan Persita untuk menyerang sejauh ini belum bisa disebut berhasil.
ADVERTISEMENT
Namun, Liga 1 baru seumur jagung. Ada banyak waktu bagi Widodo untuk membenahi berbagai problem dalam timnya. Bagaimana pun, torehan Persita tetap patut diapresiasi sebab mereka berstatus tim promosi.