Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Linangan Air Mata The Macz Man di Balik Seruan 'Wasit Mafia!'
4 Desember 2018 14:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
"Mafia.. Mafia.. Mafia," sekelompok suporter yang menamakan diri sebagai The Macz Man langsung berteriak lantang kala Hidayana, Tri Wahyudi, Selamat, Darma Santoso Gulo berjalan ke pinggir lapangan Stadion Perguruan Ilmu Kepolisian (PTIK). Mereka berempat adalah pengadil yang ditugaskan untuk memimpin laga Bhayangkara FC vs PSM Makassar dalam lanjutan pekan ke-33 Go-Jek Liga 1 2018.
ADVERTISEMENT
Senin (3/12/2018) petang, Jakarta sempat diguyur hujan dengan intensitas cukup tinggi. PSM datang ke Ibu Kota dengan target menyalip kembali Persija Jakarta yang sehari sebelumnya sudah berada di puncak klasemen sementara.
PSM juga datang dengan cukup percaya diri. Marc Klok dan Willem Jan Pluim mengemban tugas sebagai senjata pelatih Robert Rene Alberts untuk membongkar tembok tebal Bhayangkara FC yang pada 45 menit pertama dihuni Vladimir Vujovic dan Indra Kahfi.
Buruknya kondisi lapangan coba dikesampingkan oleh 'Pasukan Ramang'. Bukan cerita baru bahwa kualitas rumput di rumah Bhayangkara menjadi cerita suram klub-klub yang bertandang ke sana. Cerita manis hanya diukir Persib Bandung musim ini karena sukses menggondol tiga poin dari sana. Sementara, sisanya pulang dengan satu atau tanpa poin.
ADVERTISEMENT
Namun, PSM tetap bermain dengan gaya PSM. Umpan-umpan pendek yang diinisiasi oleh Klok dan Plum di lini tengah menjadi tontonan yang cukup menarik dari tribune penonton yang--boleh dibilang--ramai sesak malam itu.
Dari tribune kanan, para pendukung Bhayangkara FC memang tak seheboh sekompak The Macz Man--sebutan suporter PSM--dalam menyemangati timnya. Berseragam kuning-kuning khas Bhayangkara pun mereka tidak.
Mereka hanya berteriak bila Paolo Sergio, gelandang elegan milik The Guardian, mendapat peluang mengancam gawang Hilmanyah yang bermain apik sepanjang 90 menit.
Secara permainan, dari kaca mata Rene Alberts dan pelatih Bhayangkara FC, Simon McMenemy, kompak menyanjung bahwa laga berjalan seru. Bahkan, McMenemy mengatakan, andai saja laga berlangsung di pertengahan kompetisi, maka pertandingan akan berjalan seru.
ADVERTISEMENT
Namun, sosok asal Skotlandia itu bukan hanya meluapkan kegembiraan. Menurutnya, laga ini bukan hanya tentang PSM dan Bhayangkara FC.
''Untuk para penonton yang melihat pertandingan ini secara netral boleh jadi akan menjadi pertandingan yang bagus dari kedua tim. Para pemain benar-benar fight, sama-sama ingin menang, dan bertensi tinggi,'' kata McMenemy.
''Saya sedikit kecewa karena pertandingan ini bukan pertandingan yang menguntungkan buat Bhayangkara FC atau PSM sekalipun. Pertandingan ini malah berarti bagi tim lain. Melihat situasi itu, ya, saya kecewa,'' ucapnya.
Kepemimpinan Hidayana di laga ini memang menguntungkan bagi Bhayangkara FC. Menginjak menit ke-13 kala Klok dijatuhkan di area penalti Bhayangkara, wasit asal Jawa Barat itu bergeming. Bila dilihat secara rinci, ada pelanggaran keras. Klok bahkan sempat mengerang kesakitan.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di sana, saat memasuki tambahan waktu di babak kedua, Darma Santoso selaku ofisial wasit keempat hanya memberikan tambahan waktu dua menit. Padahal, sepanjang 45 menit paruh kedua laga berjalan, ada beberapa kejadian yang mestinya tambahan waktu diberikan lebih dari sekadar dua menit.
Ribut-ribut yang semula hanya berupa teriakan The Macz Man berubah menjadi hujan lemparan botol. Situasi cukup panas di akhir laga. Pihak keamanan sudah lebih dahulu mengawal keempat wasit tersebut dan menuntun mereka menuju ruang ganti.
The Macz Man terus meneriakkan 'mafia!'. Beberapa dari mereka terlihat tak dapat menahan emosinya hingga menumpahkan air mata. Ya, air mata yang menjadi tanda bahwa mereka tahu peluang juara kini semakin menipis.
ADVERTISEMENT
Sementara, ofisial PSM mencoba untuk mengajak empat ofisial berdebat. Namun, mereka kompak menggeleng, berlalu, dan tak lupa meninggalkan senyum. Mungkin, itu bukan gesture yang diharapkan oleh PSM.
Apa boleh bikin, hasil seri 0-0 menjadi akhir pertandingan. Hasil ini juga mengonfirmasi bahwa PSM tertinggal satu angka dari Persija dengan 57 poin. Harapan meraih juara memang masih terbuka karena masih menyisakan satu laga.
Seruan 'mafia' dari The Macz Man adalah luapan emosi karena mereka menilai para pengadil lapangan tak menjalankan tugas dengan semestinya. Hendra Wijaya, bek kanan PSM yang hanya bermain 75 menit lantaran cedera, juga tak ketinggalan melontarkan kritik pedas.
''Mengapa selalu kami, mengapa selalu PSM yang dicurangi wasit baik di kandang maupun tandang?'' ujarnya.
ADVERTISEMENT
The Macz Man pun harus pulang dengan kepala tertunduk. Di lorong-lorong pintu keluar Stadion PTIK, mereka berjalan dengan kenyataan bahwa hanya satu poin yang bisa dibawa pulang.
Sementara, di kubu lain, sejumlah suporter juga berjalan melalui lorong-lorong pintu keluar, tampak mengangkat tinggi-tinggi 'jempol telunjuk' sebagai simbol The Jakmania--sebutan suporter Persija. Ya, mereka tampaknya menikmati kegagalan PSM meraih kemenangan pada laga itu.