Lini Belakang Persebaya: Tak Punya Kecepatan, Tak Jago Build-up

17 Maret 2020 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lini belakang Persebaya menjadi pr Aji Santoso. Foto: Dok. Media Persebaya
zoom-in-whitePerbesar
Lini belakang Persebaya menjadi pr Aji Santoso. Foto: Dok. Media Persebaya
ADVERTISEMENT
Laga melawan Persipura Jayapura pada pekan ketiga Liga 1 2020, Jumat (13/3/2020), lalu merangkum masalah utama Persebaya Surabaya sejauh ini: Lini belakang yang medioker.
ADVERTISEMENT
Rincinya, hal itu berkaitan dengan tidak adanya kecepatan serta ketidakmampuan para pemain bertahan Persebaya melakukan build-up dari belakang. Perkara inilah yang lantas dieksploitasi besar-besaran oleh Persipura.
Jacksen F. Tiago selaku pelatih tim 'Mutiara Hitam' bahkan terang-terangan menyebut lini belakang sebagai kelemahan utama Persebaya. Di laga itu sendiri, Persipura menang dengan skor 4-3 atas tim tuan rumah.
Persipura sebetulnya tampil pincang. Sylvano Comvalius mengalami cedera. Begitu pula dengan Boaz Solossa yang ditarik keluar pada awal laga. Namun, karena sudah mengetahui kelemahan lawan, Persipura tidak mengalami kendala.
"Akhirnya saya memanfaatkan rencana dengan mengandalkan kecepatan Gunansar Mandowen, Todd (Rivaldo) Ferre, dan Ferinando Pahabol. Terbukti meski bertubuh kecil, larinya kencang dan menjalankan instruksi dengan baik," ujar Jacksen.
Pemain Persebaya Surabaya berjajar sebelum melawan Persik Kediri pada pembukaan Liga 1 Indonesia 2020 di Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Persebaya turun dengan skema 4-3-3 pada laga itu. Di lini belakang, mereka mengandalkan Koko Ari Araya dan Alwi Slamat sebagai bek sayap, serta Rizky Ridho dan Hansamu Yama sebagai duet di jantung pertahanan.
ADVERTISEMENT
Dengan skema itu, Persebaya mulanya tampil pelan dan hati-hati. Skuat asuhan Aji Santoso ini tahu bahwa para penyerang lawan punya kecepatan tinggi dan karena itulah mereka cenderung menerapkan garis pertahanan rendah.
Namun, saat menyerang, mereka seperti terlalu memaksakan diri membangunnya dari bawah. Yang jadi masalah, para pemain yang terlibat tak punya kemampuan build-up yang bagus. Mereka justru beberapa kali kehilangan bola di area lapangan sendiri.
Ini jadi pertanyaan mengingat para pemain Persipura tak begitu agresif saat melakukan pressing. Akan tetapi, tiba-tiba saja mereka peroleh bola, menciptakan sejumlah peluang, bahkan mencetak gol kedua lewat Thiago Amaral.
Gol tersebut berawal dari seorang pemain Persebaya yang kehilangan bola di lini belakang pada menit ke-34. Gunansar Mandowen lantas merebutnya dan diteruskan ke arah Amaral lewat sebuah umpan terobosan.
ADVERTISEMENT
Ada peluang untuk menahan laju umpan itu. Namun, Hansamu yang berada di sana kalah cepat dari Amaral. Nama terakhir akhirnya melepaskan sepakan kaki kiri terarah yang membawa Persipura unggul 2-0.
Dari situ terlihat jelas kelemahan Persebaya. Mirisnya, mereka malah meninggikan pertahanan di babak kedua. Persipura kian gampang mengeksploitasinya. Dua gol yang sama-sama hasil dari kecepatan mereka peroleh untuk memastikan kemenangan 4-3.

Persebaya Mesti Bermain Lebih Sederhana

Selebrasi pemain Persebaya usai mencetak gol ke gawang Persik Kediri pada pertandingan Liga 1 2020 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (29/2). Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Yang bisa dipahami dari cara bermain Persebaya sejauh ini adalah keinginan untuk melanjutkan keberhasilan mereka musim lalu. Waktu itu, Persebaya punya Otavio Dutra sehingga build-up dari belakang tak jadi masalah.
Meski tak cepat-cepat amat, Dutra piawai membangun serangan sekaligus bukan pemain yang bisa dengan gampang kehilangan bola. Hansamu pun sejatinya juga demikian. Penampilannya bersama Timnas Indonesia asuhan Luis Milla adalah buktinya.
ADVERTISEMENT
Namun, Dutra kini hengkang ke Persija, sedangkan performa Hansamu menurun. Di sisi lain, para pemain muda macam Rizky Ridho hingga Arif Satria belum bisa diandalkan sepenuhnya.
Dari situ bisa dianggap bahwa skuat Persebaya tampak tak didesain untuk bermain dari lini belakang. Ditambah, mereka juga tak punya kecepatan yang mumpuni, termasuk para pemain yang bertugas sebagai bek sayap.
Kalau sudah begini, ada baiknya mereka bermain dengan cara yang lebih sederhana dengan, misalnya, mengandalkan pergerakan pemain tertentu.
Apakah memungkinkan? Tentu saja. Persebaya adalah salah satu tim yang punya lini tengah dan utamanya lini depan mumpuni. Ada Makan Konate, David da Silva, Mahmoud Eid, Irfan Jaya, dan beberapa nama lain.
Terkait Konate, Persebaya bisa menerapkan apa yang dilakukan Sriwijaya FC saat masih diperkuat pemain asal Mali tersebut. Mereka benar-benar menjadikan Konate sebagai poros serangan dan hasilnya cukup baik.
ADVERTISEMENT
Sriwijaya sempat berada di urutan kedua Liga 1 2018 (sebelum bermasalah dengan keuangan dan ditinggal para pemain). Di sisi lain, Konate mampu mencatatkan delapan assist dari 14 pertandingan.
Pemain Persebaya Surabaya Makan Konate berusaha melewati pemain Persipura Jayapura di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Foto: Dok. Media Persebaya
Nah, di Persebaya, peran Konate tak terlalu tampak. Dia tak bisa bermain bebas dan terlibat dalam permainan tim karena seperti cuma ditugaskan untuk berada tak jauh dari para penyerang Persebaya. Padahal, saat diberi kebebasan, Konate lebih berbahaya.
Apa yang dia lakukan sebelum terjadinya gol Eid ke gawang Persipura pada menit ke-74 adalah buktinya. Pertanyaannya, mengapa hal seperti ini jarang terlihat?
Entahlah. Yang jelas, Aji masih punya banyak waktu untuk membenahi timnya, terutama di lini pertahanan. Dia juga punya pilihan untuk membawa tim bermain seperti apa. Terlebih Liga 1 tengah disetop sebagai antisipasi virus corona.
ADVERTISEMENT