Logika soal Pengumpulan Massa dan Calo di Balik Kerusuhan Suporter

2 Oktober 2018 11:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konvoi Viking di Bandung (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Konvoi Viking di Bandung (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Dari kacamata Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Glenn Sugita, pengumpulan massa menjadi pemicu di balik kasus kerusuhan atau kekerasan suporter.
ADVERTISEMENT
Kasus teraktual adalah kematian Haringga Sirla menjelang laga Persib vs Persija Jakarta, Minggu (23/9/2018) lalu. Dia dikeroyok oleh para Bobotoh --sebutan suporter Persib-- dengan benda tumpul. Kejadiannya berlangsung di luar Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), tepatnya di area 3B yang menurut Glenn di luar jangkauan panitia pelaksana (panpel) pertandingan.
Meski lokasi bukanlah tanggung jawab panpel, manajemen Persib tetap berupaya melakukan pembenahan agar kejadian serupa tak terulang. Dan, menurut Glenn, kuncinya yakni bagaimana supaya tidak ada pengumpulan massa tanpa tiket.
Ya, pertandingan Persib vs Persija memang menimbulkan antusiasme tinggi karena persaingan kedua tim di papan atas Liga 1, sehingga pengumpulan massa sulit dihindari. Alhasil, ada sekitar 80.000 orang di luar stadion, padahal kapasitas GBLA cuma 38.000.
ADVERTISEMENT
Glenn Sugita, Direktur PT Persib Bandung Bermartabat saat ditemui kumparan, Senin (1/10). (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Glenn Sugita, Direktur PT Persib Bandung Bermartabat saat ditemui kumparan, Senin (1/10). (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
"SOP memang sudah kami kerjakan semua, tetapi bagaimana solusinya agar massa tidak menumpuk, bagaimana cara mengimbau agar mereka tidak datang," ucap Glenn dalam sesi wawancara khusus dengan kumparanBOLA di kantornya di kawasan Jakarta Selatan, Senin (1/10).
"Karena saya melihat bahwa kejadian ini terjadi karena pertandingan sepak bola yang menimbulkan pengumpulan massa. Kalau tidak ada pertandingan sepak bola, tidak ada pengumpulan massa dan kejadian seperti ini," katanya mengimbuhkan.
Dituturkan Glenn, potensi kerusuhan atau kekerasan suporter akibat pengumpulan massa sejatinya sudah disadari oleh manajemen Persib. Maka itu, 'Maung Bandung' menerapkan sistem tiket online untuk pertandingan Liga 1. Lebih dari separuh tiket didistribusikan secara online dan penukarannya tidak dilakukan di stadion agar tak terjadi pengumpulan.
ADVERTISEMENT
Seorang Bobotoh tunjukkan tiket Persib v Persija (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Bobotoh tunjukkan tiket Persib v Persija (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Lebih dari itu, Persib juga berupaya mendapatkan hak pengelolaan GBLA untuk kurun lebih panjang, tidak cuma pada hari pertandingan. Tujuannya agar panpel bisa leluasa menerapkan sistem lebih baik menyoal keamanan dan arus penonton saat masuk atau keluar.
Kendati begitu, Glenn melihat potensi pengumpulan massa tidak akan hilang selama calo tiket masih bertebaran di luar stadion. Calo-calo ini memang mengambil cukup banyak tiket sehingga mengundang suporter tanpa tiket untuk menyambangi stadion.
"Kami sedang berpikir bersama dengan konsultan yang sudah mengerti supaya orang tidak datang dan berpikir bisa dapat tiket dari calo. Kalau tidak ada calo, penonton tanpa tiket tidak akan datang juga," ucap Glenn.
Itulah tantangan besar yang bakal dihadapi Persib. Karena sudah tak lumrah apabila di situ ada pertandingan, di situ pula calo tiket berkeliaran. Ini tidak cuma terjadi di pertandingan Liga 1, bahkan juga laga yang melibatkan Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT