Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Rumusnya selalu sama. Supaya sebuah tim bisa bekerja dengan baik dan benar, mereka tak hanya butuh pemain-pemain berteknik tinggi saja. Untuk melindungi dan memastikan para pemain itu berkreasi, perlu seseorang yang bertanggung jawab menghalau pemain-pemain lawan agar tidak berlaku seenak jidat.
ADVERTISEMENT
Real Madrid punya Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, Isco Alarcon, Gareth Bale, Luka Modric, Toni Kroos, dan bahkan Marco Asensio. Namun, apa yang mereka lakukan di lapangan tidak akan berarti apa-apa tanpa keberadaan Casemiro.
Pada laga final Liga Champions, Minggu (4/6) dini hari WIB di Stadion Millennium, Cardiff, Casemiro menjadi pembeda yang sesungguhnya. Ronaldo boleh mencetak dua gol, Modric boleh menyumbang satu assist, dan Isco boleh meliuk-liuk bak Natalie Portman di film Black Swan. Akan tetapi, tanpa Casemiro yang bermain dengan benar, lini tengah Real Madrid dapat dengan mudah digilas.
[Baca Juga: Real Madrid Juara Liga Champions! ]
Babak pertama tentu jadi bukti. Meski Ronaldo mampu mencetak gol pembuka, Juventus-lah tim yang bermain lebih baik. Mereka bisa dengan leluasa merangsek ke area permainan Real Madrid tanpa kesulitan berarti. Paulo Dybala sebagai katalis serangan Juventus bisa dengan seenaknya mengorkestrasi serangan-serangan "Si Nyonya Tua" bersama Miralem Pjanic dan Dani Alves.
ADVERTISEMENT
Jeleknya performa Real Madrid di babak pertama tak lain dan tak bukan terjadi karena buruknya penampilan Casemiro. Gelandang bertahan asal Brasil ini terlihat bingung dan kikuk. Dia seringkali terpancing keluar dari posisinya demi menahan pressing dari Juventus.
Pada babak kedua, semuanya berubah. Seiring dengan Real Madrid yang telah mengambil alih kendali permainan sejak sepak mula babak kedua, Casemiro pun tampil lebih tenang.
Dia tak banyak membuang waktu dan energi untuk mengikuti Paulo Dybala yang memang dikenal punya daya jelajah tinggi. Di babak kedua itu, Casemiro lebih memilih untuk menunggu. Alih-alih menjaga individu yang dianggap berbahaya, Casemiro lebih memilih untuk menutup ruang yang sekiranya bakal dieksploitasi Dybala.
Hasilnya, permainan Casemiro pun menjadi lebih efisien dan ruang gerak Dybala selaku katalis serangan Juventus pun habis. Dani Alves pun secara otomatis kehilangan partner untuk melakukan kombinasi-kombinasi.
ADVERTISEMENT
Di laga ini, Casemiro memang menjadi "yang punya lapangan". Pemain yang juga pernah berseragam Porto ini menjadi jagal yang ditakuti para pemain Juventus. Mau bukti? Tengok saja jumlah tekelnya yang mencapai angka tujuh. Tidak ada pemain Madrid lain yang seaktif itu dalam melakukan ganjalan.
Tak cuma itu, Casemiro pun menjelma menjadi versi modern dari Claude Makelele yang dulu pernah mempersembahkan "Si Kuping Besar" bagi Real Madrid. Jika gelandang Prancis itu dikritik Florentino Perez karena tidak cepat, tidak bisa menggiring bola, dan tidak bisa mengumpan, Casemiro membuktikan bahwa gelandang bertahan tidak harus sekaku itu.
Di laga final ini, Casemiro mampu membukukan dua dribel sukses. Selain itu, akurasi umpannya pun mencapai angka 92,5%. Dua hal inilah yang membuat kami menyebut dirinya sebagai Makelele versi modern. Pasalnya, kalau urusan duel, Casemiro jangan ditanya lagi. 11 dari 15 duel yang dilakoni, berhasil dia menangi.
ADVERTISEMENT
Semua catatan itu semakin lengkap dengan gol tendangan jarak jauhnya ke gawang Gianluigi Buffon. Ya, ya, gol itu memang berbau defleksi. Namun, sejak gol itulah Juventus benar-benar hancur. Sejak Casemiro mencetak gol itu, tembok baja yang biasa menjadi trademark Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini mendadak menjadi tak ubahnya bilik bambu. Begitu tipis, begitu rapuh.
Nah, atas dasar inilah kami memberi gelar Man of the Match kepada Casemiro. Pasalnya begini: UEFA sudah memberikan gelar tersebut kepada Cristiano Ronaldo dan menurut kami, itu adalah perbuatan yang malas -- dua gol, duh. Maka dari itu, kami persembahkan Casemiro, Man of the Match bagi kaum yang berpikir.