Melihat Kegigihan Pesepak Bola Difabel di Bandung: Mengejar Mimpi, Menanti Janji

4 Desember 2021 9:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 5 Maret 2022 13:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satu Langkah pada Suatu Waktu - Pesepak bola difabel profesional, Aditya, sedang berlatih bola di lapangan yang seadanya di Parakan Saat, Bandung, Jawa Barat. Lapangan basket di komplek perumahan mesti disulap menjadi tempat latihan karena minimnya fasilitas latihan untuk mereka. Munculnya genangan air di lapangan usai hujan tidak menjadi halangan bagi Aditya dan rekan-rekannya untuk berlatih. Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Satu Langkah pada Suatu Waktu - Pesepak bola difabel profesional, Aditya, sedang berlatih bola di lapangan yang seadanya di Parakan Saat, Bandung, Jawa Barat. Lapangan basket di komplek perumahan mesti disulap menjadi tempat latihan karena minimnya fasilitas latihan untuk mereka. Munculnya genangan air di lapangan usai hujan tidak menjadi halangan bagi Aditya dan rekan-rekannya untuk berlatih. Jamal Ramadhan/kumparan
Aditya tidak pernah menduga. Kakinya yang semula utuh–bahkan lihai menendang dan menggiring bola–mesti diamputasi karena kesalahan penanganan ketika dia mengalami patah tulang pada 2019 lalu. Aditya yang bercita-cita merumput di Persib Bandung dan menjadi pemain profesional di sana pun terpaksa mengubur keinginannya dalam-dalam.
Setelah Fitnes - Aditya beristirahat setelah melatih fisiknya di tempat fitnes. Aditya tidak mau keterbatasan fisik menjadi halangan untuk tetap bugar dan sehat. Sesekali dia juga mengangkat beban berat untuk melatih otot-ototnya. Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Setelah Fitnes - Aditya beristirahat setelah melatih fisiknya di tempat fitnes. Aditya tidak mau keterbatasan fisik menjadi halangan untuk tetap bugar dan sehat. Sesekali dia juga mengangkat beban berat untuk melatih otot-ototnya. Jamal Ramadhan/kumparan
Satu Kaki Menendang, Tongkat Menahan - Pesepak bola difabel, Aditya, menendang bola dengan satu kaki, sementara tongkat yang digunakan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Sejak diamputasi karena kesalahan penanganan pada 2019 lalu, Aditya dapat bermain sepak bola hanya dengan satu kakinya. Sekarang, Aditya menekuni sebagai pesepak bola difabel di Indonesia. Jamal Ramadhan/kumparan
Tak berselang lama, harapan itu kembali tiba. Aditya ditawari untuk masuk ke klub sepak bola khusus para penyandang disabilitas, Garuda Indonesia Amputee Football ( Garuda INAF). Lelaki kelahiran Palembang, 15 Juni 1997, itu pun kembali bersemangat.
Dalam sekejap, Aditya kembali bisa bermain bola lagi karena sebetulnya lelaki 24 tahun itu pernah menjalani pendidikan dan pelatihan (diklat) di Persib Bandung sejak 2014. Ditambah lagi, menjalani kegemarannya menyepak bola–meski dalam kondisi yang berbeda 180 derajat dibandingkan sebelumnya–sudah menjadi obat tersendiri baginya.
Berlatih - Para pesepak bola difabel berlatih mengoper bola. Jika pemain sepak bola pada umumnya bisa melakukan ini dengan mudah, tidak dengan para pesepak bola difabel. Perlu latihan yang intensif agar bisa menggerakkan kaki sambil menjaga keseimbangan karena keterbatasan fisik yang mereka alami. Jamal Ramadhan/kumparan
Aditya menjadi satu dari sekitar 22,5 juta penyandang disabilitas di Indonesia atau lebih dari 8 persen total penduduk saat ini. Mereka memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk bekerja dan berkontribusi kepada masyarakat.
Problem di masyarakat ini perlu disorot untuk membawa kesadaran tentang keberadaan penyandang disabilitas seperti Aditya dan sekian juta orang lainnya. Bertepatan dengan momen Hari Penyandang Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2021, Aditya pun membawa semangat ini sekaligus mengkampanyekan pemenuhan fasilitas yang dapat membantu mereka.
Bikin Konten - Ajis (kanan) sedang membantu Aditya membuat konten video untuk media sosialnya. Sejak menjadi penyandang disabilitas pada 2019 lalu, Aditya sering berbagi semangat di media sosial miliknya. Selain untuk mendokumentasikan apa yang dilakukannya, media sosial juga menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang senasib dengannya. Karena media sosial itu juga lah silaturahmi terjalin. Jamal Ramadhan/kumparan
Cek Konten - Aditya (kiri) memeriksa rekaman video untuk konten di media sosial. Aditya sering berbagi semangat di media sosial miliknya. Jamal Ramadhan/kumparan
Berselancar di TikTok - Aditya tengah berselancar di TikTok miliknya, sekadar mengecek konten yang telah dia posting beberapa waktu lalu. Jamal Ramadhan/kumparan
Kaki Asli Bersantai, Kaki Palsu Bersandar - Aditya menyandarkan kaki palsunya di bahu sebelah kanannya. Suatu hal yang lumrah dilakukannya ketika sedang beristirahat setelah berlatih bola. Jamal Ramadhan/kumparan
Karenanya, dia seringkali mengunggah kegiatan bersepak bolanya di media sosial. Selain untuk memberikan semangat ke sesama penyandang disabilitas, tetapi juga sekaligus untuk mengkampanyekan pemenuhan fasilitas yang layak bagi mereka.
"Di medsos, saya banyak ketemu sesama penyandang disabilitas. Kami berkomunikasi, menjalin hubungan silaturahmi, dan itu menguatkan kami," kata Adit.
Pasang Kaki Palsu - Pesepak bola difabel, Aditya, sedang memasang kaki palsunya sebelum berlatih bola. Aditya menggunakan kaki palsu sejak 2019. Kakinya terpaksa diamputasi karena kesalahan penanganan setelah dia mengalami patah tulang. Jamal Ramadhan/kumparan
Melepas “Kaki” - Ketika ingin berlatih juggling, Aditya dan rekannya melepaskan kaki palsunya supaya lebih leluasa bergerak. Dengan bantuan tongkat yang digunakannya, Aditya dan rekannya pun melakukan juggling dengan lincah. Jamal Ramadhan/kumparan
Adit merasakan fasilitas penunjang penyandang disabilitas masih banyak yang kurang. Kewajiban negara memenuhi fasilitas bagi penyandang disabilitas belum terwujud merata.
Mau tak mau, Adit berjuang untuk mandiri dan menyetarakan diri di tengah janji negara memenuhi fasilitas untuk kaum difabel yang hingga kini belum jelas realisasinya.
Tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas untuk menghormati, melindungi, memenuhi dan memajukan hak-hak penyandang disabilitas. Sudah hampir sewindu undang-undang itu disahkan, tetapi realisasinya belum cukup terasa.
Berpose - Aditya berpose setelah berolahraga di tempat fitnes. Aditya berupaya untuk terus bugar meski dengan keterbatasan fisiknya. Jamal Ramadhan/kumparan