Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Marko Simic tampil mengesankan sejak bermain di Indonesia bersama Persija Jakarta. Derasnya kucuran gol dan lesakan-lesakan indah yang kerap diperagakan di setiap laganya jadi bukti sahih.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemain yang berdiri paling dekat dengan gawang lawan, Simic punya tugas utama untuk mencetak gol. Lebih-lebih predikat Persija sebagai tim besar dan ekspektasi tinggi dari The Jakmania, standar tersebut tentu bertambah.
Kontribusi Simic cukup menjanjikan. Dalam tiga turnamen pramusim yang dia mainkan: Suramadu Super Cup 2018, Super Boost Sportstix Cup di Malaysia, dan Piala Presiden 2018, Simic mengantongi 14 gol. Predikat sebagai penyerang ganas pun disematkan kepadanya.
Ketajaman Simic berlanjut dalam ajang AFC Cup. Sampai fase grup berakhir, penyerang asal Kroasia itu jadi pimpinan daftar pencetak gol terbanyak dengan koleksi 8 gol. Sebuah capaian yang luar biasa bagi Simic. Mengingat dia baru bergabung dengan 'Macan Kemayoran' awal musim ini.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan yang dia raih tentu tidak lepas dari atribut-atribut yang dimiliki. Selain punya postur ideal sebagai seorang penyerang, tinggi dan kekar, Simic punya kecepatan dan olah bola yang baik. Satu atribut yang perlu disoroti adalah tembakan keras nan akurat, baik dari open play maupun via bola mati.
Mari sepakati juga bahwa Simic merupakan penyerang yang memiliki daya jelajah yang tinggi. Jika tidak mendapatkan suplai bola yang cukup, Simic tidak ragu untuk turun ke area tengah lapangan mencari bola. Atribut-atribut itulah yang kemudian jadi resep ketajaman Simic.
Namun, resep tersebut tidak berlaku dalam ajang Go-Jek Liga 1. Sampai pekan kelima, Simic baru mencatatkan tiga gol. Sulit sebenarnya mengatakan bahwa torehan tersebut jelek.
ADVERTISEMENT
Namun, menengok torehan gol pemain yang berada dalam daftar pencetak gol terbanyak Liga 1, Simic kalah bersaing, termasuk dengan penyerang Persib Bandung, Ezechiel N'Douassel, yang telah mengoleksi 6 gol. Sebenarnya, ada beberapa hal yang membuat Eze--begitu N'Douassel disapa--lebih tajam dari Simic. Berikut ini:
Pergerakkan Simic yang Mulai Terbaca
Keunggulan Simic tidak cuma terletak pada nalurinya dalam mencetak gol. Pergerakan dinamisnya jadi senjata yang mematikan bagi lawan-lawannya. Dia tidak terpaku untuk berada di area pertahanan lawan.
Hal itu terlihat ketika Persija menghantam Tampines Rovers dengan skor 4-1 pada matchday kedua Grup H AFC Cup di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pemain berusia 30 tahun itu memilih menjemput aliran bola dari area tengah lapangan. Satu dua sentuhannya di daerah pertahanan sendiri mampu mencairkan serangan Persija.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama ditunjukkan Simic saat Persija berjumpa wakil Malaysia, Johor Darul Takzim. Dengan bergerak melebar ke kanan dan kiri, Simic bisa menciptakan ruang menganga di pertahanan lawan yang kemudian dimanfaatkan oleh pemain sayap. Maka tak heran apabila gol-gol yang tercipta dominan berangkat dari aksi individu pemain sayap.
Oke, itu terjadi di AFC Cup. Ajang yang jadi ladang Simic mencetak gol. Di Liga 1, Simic tidak dapat bergerak liar seperti yang biasa dia lakukan. Penjagaan yang ketat dari pemain belakang lawan jadi penyebabnya.
Tim-tim Liga 1 tampak sudah paham apa yang mesti dan tidak mesti dilakukan untuk mematikan seorang Simic. Instruksi kepada satu pemain untuk terus menempel Simic jadi solusinya. Mari tengok laga Persija vs PSMS Medan di Stadion Teladan.
ADVERTISEMENT
Bek PSMS, Roni Fatahilah, tidak pernah membiarkan Simic bergerak sendiri. Jika Simic bergerak ke area pertahanan sendiri, Roni tetap mengikutinya. Dengan begitu, Simic tidak nyaman memegang bola lama-lama. Cara PSMS meredam Simic kemudian diadopsi oleh tim-tim lainnya, seperti Borneo FC.
Satu faktor lagi yang membuat Simic begitu inferior di Liga 1 ialah aliran bola dari lini sayap Persija yang begitu-begitu saja. Cuma dua opsi yang dilakukan pemain sayap Persija dalam mengalirkan bola kepada Simic: umpan tarik di sisi kanan, dan operan lambung di sisi kiri.
Dua opsi yang terus dilakukan itu sudah dipahami betul oleh tim-tim Liga 1. Ketika serangan Persija berasal dari sisi kanan, pemain belakang tinggal menutup ruang tembak Simic. Dan, jika serangan bermula dari sisi kiri, bek jangkung harus siap-siap berduel udara dengan Simic.
ADVERTISEMENT
Memang, pada akhirnya, upaya yang dilakukan tim lawan untuk menghentikan Simic berhasil. Namun, itu tidak lantas menghentikan produktivitas Persija. Tengok 10 gol yang ditorehkan Persija dalam lima laga di Liga 1.
Skema dan Ketenangan jadi Resep Ketajaman Eze
Jika menilik atribut yang dimiliki sebagai seorang penyerang, Eze dan Simic punya beberapa kesamaan. Seperti postur yang ideal, kecepatan, sepakan yang keras, maupun olah bola yang baik. Namun, Eze tidak secair Simic saat bergerak di lini pertahanan lawan.
Eze punya pakem dan area bergerak yang tetap. Tentu saja, itu buah dari instruksi yang diberikan pelatih Persib, Roberto Carlos Mario Gomez. Dengan menerapkan skema dasar 4-4-2, pergerakan Eze di lini depan lebih tertata.
ADVERTISEMENT
Dia jarang sekali menjemput aliran bola maupun bergerak melebar demi memberi ruang bagi pemain sayap. Pemain asal Chad tersebut bergerak di beberapa area saja. Apa yang dilakukan Eze juga tidak bisa lepas dari keberadaan Oh In-Kyun dan Dedi Kusnandar di lini tengah.

Kedua pemain tersebut dapat memberikan suplai bola yang baik kepada Eze. Inilah yang kemudian memudahkan Eze untuk menebar ancaman di lini pertahanan lawan. Dia hanya perlu mencari ruang dan menjebloskan bola ke dalam gawang lawannya.
Namun, ketajaman Eze tidak datang tiba-tiba. Ada pula sosok Jonathan Bauman yang membuat torehan gol Eze melonjak. Pemain asal Argentina itu bisa menjadi pendamping dan pelayan yang baik bagi Eze. Sebab, dalam format 4-4-2, Bauman bergerak lebih dinamis dan bisa jadi distributor bola yang baik baik Eze.
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang membuat Eze begitu tajam ialah ketenangannya dalam mengakhiri serangan. Dia tidak cuma mengandalkan otot, melainkan otak. Dia tahu kapan harus menahan bola, mengalirkan bola, dan melepaskan tembakan. Tak heran apabila 11 tembakan yang dilakukannya, 6 diantaranya berbuah gol.