Membayangkan 'The New Normal' di Sepak Bola

28 Mei 2020 14:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potongan karton dengan potret pendukung Borussia Moenchegladbach terlihat di stadion sepak bola Borussia Park di Moenchengladbach, Jerman. Foto: INA FASSBENDER / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Potongan karton dengan potret pendukung Borussia Moenchegladbach terlihat di stadion sepak bola Borussia Park di Moenchengladbach, Jerman. Foto: INA FASSBENDER / AFP
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona membuat kita semua mesti melakukan penyesuaian. Jika pandemi tak selesai dalam waktu dekat—dan kemungkinan besar tak akan selesai dalam waktu dekat—segala penyesuaian yang kita lakukan itu akan menjadi kenormalan baru alias The New Normal.
ADVERTISEMENT
The New Normal, tentu saja, juga akan terjadi di dunia sepak bola. Sebenarnya, sih, masih menjadi polemik apakah sepak bola level profesional benar-benar perlu dijalankan di tengah pandemi.
Namun, tak bisa dimungkiri bahwa sepak bola adalah sebuah industri yang menjadi tumpuan banyak orang. Dari situ, operator liga memeras otak untuk menyusun protokol demi menggulirkan kembali kompetisi.
Para pemain Liverpool kembali jalani latihan. Foto: Twitter/ @LFC
Beberapa liga seperti Bundesliga Jerman dan K-League Korea Selatan bahkan sudah memulai kembali kompetisi masing-masing. Dari Bundesliga dan K-League, kita bisa melihat bagian kecil dari The New Normal di sepak bola.
Ya, kecil, karena pandemi virus corona tak hanya memberikan dampak buat sepak bola di dalam lapangan saja, seperti yang terlihat di Bundesliga dan K-League.
ADVERTISEMENT
Kami akan mengajak kalian untuk membayangkan hal-hal lainnya yang bisa menjadi sebuah kenormalan baru di dunia sepak bola.

Pertandingan Tanpa Penonton

Hal utama yang mesti diperhatikan operator liga adalah bagaimana menekan tingkat risiko penyebaran virus corona ketika kompetisi kembali digulirkan. Dari situ, menggelar pertandingan tanpa penonton menjadi cara terbaik.
Tentu saja, tak semua pihak puas dengan protokol ini. Untuk tim yang bermain kandang, mereka akan kehilangan faktor x dari suporter plus pemasukan dari tiket dan segala bentuk hospitality.
Namun, menggelar pertandingan tanpa penonton adalah protokol yang fundamental di tengah pandemi ini. Stadion akan jauh lebih aman karena hanya mereka yang sudah dites dan negatif COVID-19 yang bisa masuk.
Pertandingan Bundesliga antara Borussia Dortmund dan Schalke 04. Foto: Martin Meissner/Pool via REUTERS
Jika masih ada yang menentang protokol ini, ingat: Professor Tim Spector dari King’s College London menemukan bahwa pertandingan Liga Champions antara Liverpool dan Atletico Madrid pada Maret 2020 yang dihadiri oleh sekitar 52 ribu penonton meningkatkan jumlah penderita COVID-19 di Britania Raya secara drastis.
ADVERTISEMENT

Hadir di Stadion via Konferensi Video

Inilah hebatnya teknologi. Meskipun suporter tak bisa datang langsung ke stadion, mereka tetap bisa mendukung tim kesayangan lewat sebuah tribune virtual.
Ya, tim asal Denmark, AGF Aarhus, menyatakan bahwa mereka bakal bisa menonton pertandingan secara langsung lewat Zoom, aplikasi konferensi video itu. Ini bakal mulai dilakukan di laga perdana Aarhus setelah penangguhan melawan Randers pada Kamis (28/5/2020).
Tak sekadar menonton seperti lewat siaran televisi, suporter Aarhus bisa memilih satu tempat duduk di Ceres Park—markas Aarhus. Setelah itu, Aarhus bakal memajang wajah si suporter lewat layar yang dipasang di tribune.
Reklame dari Aarhus untuk menggambarkan siaran sepak bola lewat Zoom. Foto: Aarhus
Dengan begitu, interaksi antara pemain dan suporter akan tetap ada. Pemain bisa merasakan kehadiran suporter, sedangkan suporter dapat memberikan dukungan mereka secara langsung kepada pemain.
ADVERTISEMENT
Aarhus menyatakan bahwa mereka akan memberikan akses Zoom secara cuma-cuma. Namun, bisa saja di kemudian hari suporter akan mengeluarkan uang untuk mendapatkan akses ke tribune virtual tersebut.

Suporter Karton

Tak hanya klub saja yang memiliki kiat untuk 'menghadirkan' suporter ke stadion di tengah pandemi. Suporter juga memiliki inovasi tersendiri untuk melakukan itu.
Apa yang dilakukan oleh suporter Borussia Moenchengladbach menjadi contohnya. Mereka menyumbangkan karton berbentuk manusia untuk ditaruh di markas Gladbach, Borussia-Park.
Potongan karton dengan potret pendukung Borussia Moenchegladbach terlihat di stadion sepak bola Borussia Park di Moenchengladbach, Jerman. Foto: INA FASSBENDER / AFP
Karton-karton ini, meskipun tak bergerak dan tak bersuara, setidaknya bisa menemani para pemain di lapangan.

Menari Sendirian

Erling Braut Haaland menari sendirian ketika merayakan golnya ke gawang Schalke 04 di laga perdana Borussia Dortmund pasca-penangguhan. Aneh, memang. Namun, Haaland hanya mengikuti peraturan yang menyatakan bahwa kontak sebisa mungkin diminimalisir.
ADVERTISEMENT
Well, sepak bola adalah olahraga dengan kontak fisik. Itu tak bisa dihindari. Namun, risiko mesti diminimalisir dan penyebaran virus corona bisa ditekan jika physical distancing diterapkan.
Erling Haaland merayakan gol ke gawang Schalke dengan mematuhi physical distancing. Foto: Reuters/Pool
Oleh karena itu, ketika pertandingan tak berjalan, pemain diminta untuk menghindari kontak fisik. Tak ada jabat tangan sebelum laga dimulai, tak ada pelukan ketika selebrasi, tak ada tukar seragam setelah pertandingan selesai.

Selebrasi Juara Sendirian

Haaland menunjukkan kepada dunia bagaimana caranya merayakan gol sendirian. Namun, bagaimana dengan trofi juara? Well, Celtic FC memperlihatkan bagaimana caranya.
Celtic menjadi juara Liga Skotlandia (SPL) 2019/2020 setelah semua klub peserta sepakat untuk menghentikan liga. Tentu saja, Celtic tak bisa merayakan kejayaan mereka dengan parade bus atau bersama suporter seperti biasanya.
ADVERTISEMENT
Namun, mereka memiliki cara tersendiri untuk memamerkan kesuksesan mereka. Ya, Celtic mengirimkan trofi SPL itu ke rumah masing-masing pemain secara bergilir. Para pemain lalu berfoto dengan trofi tersebut.
Kapten Celtic, Scott Brown, mendapat keistimewaan. Ia bisa mengangkat trofi tersebut di kandang tim, Parkhead. Tentu saja, tak ada siapa pun di Parkhead kecuali Brown dan sang fotografer.
Apa yang dilakukan Celtic bisa menjadi inspirasi tim-tim yang kemungkinan bakal menjadi juara liga musim 2019/2020. Liverpool, barangkali?

Tak Ada Gaji Selangit

Pandemi virus corona membuat tim-tim sepak bola mengalami krisis finansial. Pemain tentu terkena imbasnya. Gaji mereka mesti dikurangi sampai sekian puluh persen.
Barcelona, misalnya, yang memangkas gaji pemain di tim utama mereka sampai 70%. Di Premier League, Arsenal memotong gaji Pierre-Emerick Aubameyang dkk. sebesar 12,5% sampai musim depan.
ADVERTISEMENT
Ada juga klub yang menangguhkan gaji pemain-pemain mereka. Southampton, misalnya, yang menunda gaji pemain, pelatih, serta badan direktur sampai Juni 2020.
Pemotongan gaji itu adalah sesuatu yang tak bisa dihindari. Ke depannya, nilai kontrak pemain-pemain bakal turun, dan mungkin tak ada lagi pesepak bola dengan gaji selangit seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Tak Ada Lagi Transfer Bombastis

Poin terakhir ini disebabkan oleh hal yang sama dengan poin sebelumnya. Klub-klub tak lagi memiliki kekuatan finansial untuk melakukan transfer yang nilainya bombastis. Hampir bisa dipastikan bahwa transfer seperti Neymar, yang nilainya mencapai 222 juta euro, tak akan kembali terjadi.
Selain karena klub-klub tak memiliki uang, harga pasar pesepak bola pun diprediksi akan turun drastis.
Neymar Junior selalu ingin jadi seperti David Beckham. Foto: AFP/Franck Fife
Politikus Prancis, Daniel Cohn-Bendit, bahkan berani mengklaim bahwa harga wonderkid seperti Kylian Mbappe akan turun dari yang tadinya 180 juta euro menjadi hanya 40 juta euro.
ADVERTISEMENT
Lagi pula, aktivitas transfer tim-tim sepak bola diprediksi akan bergeser. Eks Direktur Olahraga Liverpool dan Tottenham Hotspur, Damien Comolli, meyakini bahwa barter pemain akan lebih sering dilakukan klub-klub di tengah pandemi corona ini.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk, bantu donasi atasi dampak corona.