Mengapa Diego Simeone Bereksperimen Mengubah Marcos Llorente Jadi Penyerang?

11 Juni 2020 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcos Llorente merayakan gol di laga melawan Liverpool. Foto: EUTERS/Phil Noble
zoom-in-whitePerbesar
Marcos Llorente merayakan gol di laga melawan Liverpool. Foto: EUTERS/Phil Noble
ADVERTISEMENT
Diego Simeone akhirnya punya harapan untuk sembuh dari sakit kepala berkepanjangan. Bukan, sakit kepala itu bukan karena dia sedang tak fit atau memiliki kondisi fisik tertentu.
ADVERTISEMENT
Simeone pusing bukan main karena para penyerangnya tak konsisten dalam mencetak gol. Pemain yang berpotensi menjadi obat mujarab bagi pelatih asal Argentina ini adalah Marcos Llorente.
Kepergian Antoine Griezmann dengan segala macam dramanya membuat Atletico Madrid kekurangan taji di lini serang. Kondisi itu cukup ironis karena mereka memiliki Diego Costa, Alvaro Morata, dan sensasi Portugal, Joao Felix.
Diego Simeone di laga Atletico vs Girona. Foto: REUTERS/Sergio Perez
Sampai hari ketika kompetisi ditangguhkan, Costa hanya membukukan dua gol dan dua assist di La Liga 2019/20, tanpa menorehkan satu gol atau assist pun di Liga Champions.
Morata memiliki catatan lebih baik: 11 gol dan dua assist di La Liga dan Liga Champions. Felix mengemas, total, enam gol dan dua assist di dua kompetisi yang sama.
ADVERTISEMENT
Kalau mengintip tabel La Liga 2019/20, kita akan melihat Atletico, yang bercokol di peringkat enam, hanya bisa mengemas 31 gol. Dibandingkan dengan tim-tim 10 besar, Atletico ada di posisi dua terburuk. Mereka cuma unggul dua gol atas Athletic Bilbao yang berdiri di posisi 10 klasemen sementara.
Mengutip laporan AS, Simeone tengah mempersiapkan Llorente untuk menjadi penyerang baru Atletico. Upaya ini terlihat dalam sesi latihan Atletico jelang kembalinya La Liga 2019/20.
Simeone menandemkan Llorente bersama Costa di lini terdepan. Konon Simeone bermaksud untuk membentuk Llorente menjadi pemain seperti Raul Garcia.
Ada sejumlah alasan yang membuat Wanda Metropolitano menangisi kepergian Garcia ke Athletic Bilbao pada 31 Agustus 2015. Ini bukan hanya tentang masa baktinya bersama Atletico sejak 1 Juli 2007, tetapi juga soal kebersediaan Garcia untuk menjadi apa pun yang dibutuhkan oleh tim.
ADVERTISEMENT
Garcia merupakan pemain yang memberikan Simeone keleluasaan untuk mengutak-atik taktik. Pada dasarnya, ia sering bermain di pos gelandang kanan. Namun, ia oke-oke saja saat ditunjuk menjadi gelandang tengah dan penyerang.
Kualitas Garcia sebagai pemain dibangun di atas pemahamannya akan ritme pertandingan. Pemahaman itu pula yang memampukannya mengacaukan permainan lawan.
Raul Garcia saat membela Atletico Madrid. Foto: JAVIER SORIANO / AFP
Ada kalanya Garcia bermain sebagai pemain yang begitu mengesalkan lawan. Dia akan mengendalikan ritme pertandingan dengan memimpin penguasaan bola lewat operan-operan trickynya. Apa lagi tujuannya kalau bukan mengulur waktu?
Ada waktunya pula Garcia menjadi ancaman agresif bagi para pemain yang sedang menguasai bola. Diganjar kartu kuning? Itu bukan masalah baginya.
Suatu waktu, Garcia juga bisa terlibat dalam serangan Atletico. Entah melepas serangan lewat sundulan, mengancam di kotak penalti lawan, atau menusuk dari sayap, ia memanfaatkan momentum untuk mengeksekusi peluang.
ADVERTISEMENT
Garcia versi kedua inilah yang berusaha ditemukan Simeone dalam diri Llorente.
Para pemain Atletico Madrid merayakan gol Marcos Llorente di laga melawan Liverpool. Foto: Paul ELLIS / AFP
Uji coba Simeone tentu bukan tanpa dasar. Llorente adalah pemain yang berjasa besar dalam kemenangan Atletico atas Liverpool di Anfield.
Pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2019/20 itu, Llorente membukukan dua gol dan satu assist yang menyingkirikan sang juara bertahan.
Llorente bukan pemain yang masuk dalam skema penyerangan Simeone. Ia merupakan gelandang bertahan yang jeli mengolah bola, mirip dengan Saul Niguez.
Apes, karena kemiripannya itu, Simeone cenderung memilih Niguez. Selain itu, lini tengah Atletico diperkuat oleh Thomas Partey dan Hector Herrera.
Tidak heran jika Llorente bukan jadi pilihan pertama Simeone. Llorente turun 24 kali dalam seluruh pertandingan Atletico musim 2019/20.
ADVERTISEMENT
Marcos Llorente saat mencetak gol ke gawang Liverpool. Foto: Paul ELLIS / AFP
Akan tetapi, pada pertandingan melawan Liverpool tersebut Llorente berhasil menjadi gamechanger. Masuk sebagai pemain pengganti, Llorente membuat publik Anfield terdiam.
Kedua golnya adalah buah dari kejelian dalam melepas sepakan saat para pemain Liverpool melonggarkan penjagaan mereka. Yang muncul dalam diri Llorente saat itu adalah pemain yang tahu memanfaatkan momentum untuk mengeksekusi tembakan.
Kualitas inilah yang dipindai Simeone sehingga ia mau mencoba membentuk Llorente sebagai penyerang. Lagi pula, persaingan di lini tengah sudah sengit. Membiarkan Llorente terus-menerus di bangku cadangan sama dengan menyia-nyiakan uang 30 juta euro, dari rival sekota pula, Real Madrid.
Satu hal yang tidak akan mungkin dilupakan oleh Simeone tentang Garcia adalah: Tidak peduli tampil 90, 45, 20, atau bahkan 10 menit, ia [hampir] selalu menjadi pemain yang berguna bagi tim. Bukan tak mungkin ciri ini pula yang dilihat oleh Simeone dalam diri Llorente.
ADVERTISEMENT
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!