Mengenang Liga Indonesia 1997: Saat Gas Air Mata Bikin Pemain Terkapar

5 Oktober 2022 18:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Tragedi di Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 bukanlah kali pertama aparat keamanan menggunakan gas air mata dalam sebuah pertandingan Liga Indonesia. Jauh sebelum terjadi di era Liga 1, insiden serupa pernah terjadi di kompetisi sepak bola Indonesia pada 1997.
ADVERTISEMENT
Dalam liga yang bertajuk Liga Kansas itu, ada momen aparat keamanan menembakkan gas air mata saat pertandingan. Ini terjadi saat babak semifinal antara Bandung Raya dan Mitra Surabaya di Stadion Gelora Bung Karno pada Juli 1997.
Ya, pada masa itu, divisi teratas Liga Indonesia masih memakai format 2 wilayah dan juara ditentukan via babak gugur. Insiden penenbakan gas air mata ini terjadi di tengah pertandingan saat Bandung Raya tengah unggul 1-0. Satu gol Bandung Raya dibukukan oleh Dahiru Ibrahim.
Saat itu, gas air mata yang ditembakkan oleh aparat keamanan juga mengenai para pemain. Pemain-pemain Bandung Raya maupun Mitra Surabaya terlihat memegang mata karena kesakitan.
Sejumlah suporter klub sepak bola berkumpul saat doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruha di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
Beberapa dari pemain tersebut juga sampai terkapar di atas lapangan. Ofisial tim dan petugas keamanan juga berusaha untuk membuat situasi kembali kondusif.
ADVERTISEMENT
Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 1-0 untuk Bandung Raya. Di partai final, Bandung Raya kalah 1-3 dari Persebaya Surabaya.
FIFA sebenarnya sudah melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion. Hal ini yang menjadi pertanyaan mengapa aparat keamanan menggunakan gas air mata dalam tragedi di Kanjuruhan yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya dalam lanjutan Liga 1 pada 1 Oktober lalu.
Adapun hingga saat ini korban tragedi Kanjuruhan dikonfirmasi sudah mencapai ratusan jiwa. Data terakhir yang dirilis Posko Postmortem Crisis Center, Selasa (4/10) pagi WIB, total ada 131 korban jiwa dan lebih dari 300 orang luka-luka dalam tragedi tersebut.