Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengenang Liga Primer Indonesia, Kompetisi Gagasan Arifin Panigoro
28 Februari 2022 12:30 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Semasa hidup, pria yang mengembuskan napas terakhir pada usia 76 tahun ini dikenal sebagai pendiri dan pemilik MedcoEnergi yaitu perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi swasta terbesar di Indonesia. Maka dari itu, Arifin dijuluki "Raja Minyak Indonesia".
Arifin juga memiliki karier politik sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Joko Widodo. Pria berdarah Gorontalo ini juga pernah menjadi anggota DPR RI pada 2004. Pada 13 Agustus 2019 lalu, ia menerima Bintang Mahaputera Nararya dari Jokowi.
Namun, jangan lupa, Arifin juga adalah sosok di balik hadirnya sebuah kompetisi bernama Liga Primer Indonesia (LPI). Ia bergerak di tengah kisruh yang terjadi tubuh PSSI pada masa itu.
Jadi, Liga Primer Indonesia berlangsung singkat selama Januari-Mei 2011. LPI diselenggarakan oleh badan bernama Konsorsium PT Liga Primer Indonesia Sportindo yang dimotori oleh Arifin Panigoro. Mereka tidak berafiliasi dengan PSSI.
ADVERTISEMENT
Ya, karena saat itu, situasinya sedang terjadi kisruh di tubuh PSSI dengan terbentuknya Komite Normalisasi (KN) PSSI oleh FIFA. KN secara resmi tidak mengakui LPI sebagai liga yang berjalan di bawah pengawasan PSSI.
Namun, sejarah berbicara bahwa kompetisi ini tetap berjalan. Kala itu, LPI memiliki tim peserta dengan nama-nama unik seperti Jakarta FC, Medan Chiefs, Batavia Union, Bali De Vata, Semarang United, Minangkabau FC, Aceh United, Bintang Medan, Bogor Raya, Solo FC, Bandung FC, Real Mataram, Manado United, Tangerang Wolves, dan Cendrawasih Papua.
Lalu, ada juga sejumlah klub tradisional yang berpartisipasi. Mereka adalah Persebaya 1927, Persema Malang, PSM Makassar, dan Persibo Bojonegoro. Jadi, total ada 19 tim.
Salah satu ciri lain yang dikenang dari LPI ini adalah kehadiran sejumlah pemain asing top dunia. Misal, ada eks kiper Timnas Latvia, Deniss Romanovs, di skuad Cendrawasih Papua.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ada eks pemain Kamerun di Piala Dunia, Pierre Njanka, yang bergabung dengan Aceh United. Lee Hendrie yang malang melintang di Liga Inggris berada di kubu Bandung FC.
Ada juga duo Timnas Singapura, Shahril Ishak dan Baihakki Khaizan, yang membela Medan Chiefs. Jakarta FC juga kala itu diperkuat dua bintang Liga Indonesia asal Argentina, Gustavo Ortiz dan Emmanuel De Porras.
Bahkan, ada sejumlah pemain eks LPI yang hingga kini masih eksis di Liga 1. Mereka misalnya adalah Otavio Dutra dan Ilija Spasojevic, yang pertama kali main di Indonesia bersama klub LPI, masing-masing adalah Persebaya 1927 dan Bali De Vata.
Liga Primer Indonesia menghadapi banyak rintangan dalam penyelenggaraannya. PSSI mencap LPI ilegal. Di sisi lain, pihak LPI menyatakan bahwa penyelenggaraan mereka tidak melanggar hukum karena sesuai dengan rekomendasi Kongres Sepak Bola Nasional di Malang pada Maret 2010.
ADVERTISEMENT
PSSI juga mengancam akan menghukum berat semua klub, pemain, dan perangkat pertandingan yang terlibat di LPI. Salah satunya, klub Liga Super Indonesia yang terlibat di LPI akan didegradasikan dan diminta mengembalikan aset-aset PSSI.
Pemain yang terlibat di LPI juga diancam tidak dapat memperkuat Timnas Indonesia. Namun, keputusan tersebut ditentang oleh beberapa pihak, termasuk Menpora dan beberapa anggota DPR RI.
Akhirnya, Badan Tim Nasional tetap memanggil beberapa pemain dari klub-klub anggota LPI untuk seleksi Timnas U-23 yang disiapkan untuk SEA Games 2011 dan kualifikasi Olimpiade 2012. Meski begitu, Alfred Riedl selaku Pelatih Timnas Indonesia kala itu juga menyatakan tidak akan memanggil pemain dari LPI.
LPI berakhir setelah menyelesaikan putaran pertama kompetisi, dengan total setiap tim melakoni 18 laga dan Persebaya 1927 menjadi pemuncak. Peserta LPI kemudian bergabung dan melebur dengan klub-klub PSSI untuk bermain di Liga Prima Indonesia.
ADVERTISEMENT
Musim pertama Liga Prima Indonesia, yakni musim 2011/12 diikuti oleh 12 tim: Semen Padang, Persebaya 1927, Arema, Persibo, Persiba Bantul, PSM, Persiraja, Persema, Persija (Jakarta FC), Persijap, Bontang FC, PSMS. Klub yang disebut pertama menjadi juara.
Sebenarnya, PSSI awalnya menetapkan ada 24 tim peserta Liga Prima Indonesia, yang terdiri dari 14 klub peserta Liga Super Indonesia 2010/11 yang memiliki posisi tertinggi, 4 klub promosi dari Divisi Utama 2010/11, dan 6 klub yang ditunjuk oleh PSSI dengan berbagai pertimbangan. Namun, karena ragam konflik dan pertentangan, akhirnya hanya ada 12 tim di Liga Prima, sementara Liga Super tetap berlangsung dengan pesertanya masing-masing.
Musim berikutnya, 2013, ada 16 tim peserta: Semen Padang, Perseman, Pro Duta, Persiba Bantul, Persebaya 1927, PSM, PSIR, Persijap, Persepar, Persiraja, PSLS, Arema, Bontang FC, Persema, Persibo, Persija (Jakarta FC).
ADVERTISEMENT
Namun, kompetisi hanya berlangsung prematur dan berakhir dengan Semen Padang berada di peringkat teratas usai bermain 16 kali. Di sisi lain, ada tim lain yang bisa bermain sampai 21 kali, perjalanan kompetisi memang agak berantakan.
Pada 2014, liga kembali menjadi satu di bawah nama Liga Super Indonesia. Musim ini merupakan penggabungan dua Liga Prima Indonesia dengan Liga Super Indonesia. Semen Padang, PSM, Persijap, dan Persiba Bantul adalah tim Liga Prima yang bergabung.
Jadi, begitulah lika-liku kompetisi sepak bola yang pernah dicetuskan Arifin Panigoro. Singkat, tetapi tercatat dalam sejarah.