Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mereka yang Kelak Menjadi Pilar Timnas Indonesia
26 November 2018 14:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Terselip notula positif di balik kegagalan Timnas Indonesia pada Piala AFF 2018. Catatan tersebut hadir dari performa menjanjikan skuat 'Garuda' (secara individu).
ADVERTISEMENT
Kegagalan Timnas Indonesia di turnamen terbesar se-Asia Tenggara ini mengulang rapor merah pada edisi 2007, 2012, dan 2014. Namun, kegagalan saat ini terasa begitu memilukan karena sepak terjang Timnas Indonesia berakhir manakala fase grup menyisakan satu partai.
Situasi tersebut baru kali pertama dialami Timnas Indonesia. Karena pada edisi 2007, 2012, dan 2014, langkah Timnas Indonesia baru dipastikan terhenti setelah partai pamungkas babak penyisihan grup berakhir. Oleh karena itu, harus diakui, Timnas Indonesia era Bima Sakti meninggalkan satu hikayat tak menyenangkan.
Di samping itu, Timnas Indonesia sebenarnya menyimpan potensi besar. Coba lihat pemain yang dibawa sang juru taktik. Ada sederet penggawa Timnas U-23 yang berlaga di Asian Games 2018. Artinya, Bima mengandalkan pemain muda untuk ajang Piala AFF 2018. Sebut saja Hansamu Yama Pranata, Evan Dimas, dan Zulfiandi.
ADVERTISEMENT
Kondisi seperti itu merupakan profit bagi Timnas Indonesia . Dengan atribut-atribut mengesankan plus usia yang tergolong muda, mereka bisa menjadi tumpuan Timnas Indonesia di pentas internasional mendatang.
Lalu, siapa saja yang kelak bakal jadi pilar Timnas Indonesia? Mengacu pada performa sepanjang Piala AFF 2018, kumparanBOLA mengajukan jawaban berikut ini.
Hansamu Yama Pranata
Hansamu berada di urutan paling atas dari calon bintang Timnas Indonesia. Pemain milik Barito Putera ini memiliki rekam jejak apik selama berkostum 'Merah Putih'. Baik di Timnas U-23 maupun senior, Hansamu selalu menjadi palang pintu pertahanan. Ada beberapa aspek yang melatarbelakanginya.
Pertama, menyoal atribut, Hansamu ahli memotong laju bola bawah lewat tekel-tekel mumpuni. Dengan pergerakan yang tergolong cepat untuk pemain bertahan, pemain berusia 23 tahun itu dapat mengover tepi lapangan manakala lawan melancarkan serangan balik yang cepat.
ADVERTISEMENT
Atribut yang disebut terakhir terlihat jelas saat melawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (25/11/2018). Ketika full-back naik membantu serangan, Hansamu mampu menutup ruang yang tercipta. Efeknya, tim besutan Sven-Goran Eriksson itu kesulitan menciptakan peluang.
Latar belakang lainnya adalah aura kepemimpinan. Oke, di luar lapangan, ada Alberto 'Beto' Goncalves yang bisa menjadi panutan. Akan tetapi, di dalam lapangan, Hansamu dapat menjadi sosok vokal yang bisa membakar spirit rekan-rekannya dengan kata-kata ampuh.
Zulfiandi
Zulifiandi memiliki ketenangan yang luar biasa. Ia tak pernah tergesa-gesa saat menguasai bola. Kemampuannya menekuk bola dan memutar badan untuk mengelabui lawan patut diacungi jempol. Tak cukup sampai situ, daya jelajah dan determinasinya pun tinggi.
ADVERTISEMENT
Atribut yang paling menonjol dari Zulfiandi adalah kualitas olah bola yang dilengkapi dengan umpan-umpan terukur. Dan, tentu saja akurasi tembakan jarak jauh pemain Sriwijaya FC ini pantas mendapatkan sorotan. Gol yang ia lesakkan ke gawang Thailand pada partai ketiga Grup B menjadi bukti nyata.
Segala macam atribut tersebut cukup menggambarkan bahwa pemain berusia 23 tahun itu layak mendapatkan predikat pilar Timnas Indonesia . Tak heran apabila Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF), melalui laman resminya, memilih Zulfiandi sebagai pemain yang berpotensi menunjukkan sinarnya sebelum Piala AFF 2018 dihelat.
Evan Dimas
'Otak' permainan Timnas Indonesia . Demikian predikat yang pantas disematkan kepada Evan Dimas.
Selain pandai merancang serangan dan menjadi mentronom, Evan pintar menghidupkan koneksi. Dengan daya jelajah tinggi, pemain Selangor FA ini kerap melakukan kombinasi dan membuka ruang dengan mendekati rekannya yang tengah menguasai bola.
ADVERTISEMENT
Modal lainnya adalah pengalaman. Evan menjadi langganan pemanggilan Timnas Indonesia. Di usianya yang baru menginjak 23, Evan tak minder saat berhadapan dengan pemain-pemain bintang. Ia pun tetap tenang manakala lawan menerapkan pressing agresif.
Tak heran apabila eks pemain Bhayangkara FC itu menjadi salah satu pemain yang tak tergantikan sepanjang ajang Piala AFF 2018. Karena tanpa pria kelahiran Surabaya ini, aliran bola Timnas Indonesia kerap tersumbat.
Alfath Fathier
Piala AFF 2018 adalah pentas internasional pertama bagi Alfath. Memang tak banyak banyak menit bermain yang ia dapatkan, tetapi pemain Madura United itu mampu menyarangkan bola ke dalam gawang lawan. Itu terjadi saat Timnas Indonesia menjamu Timor Leste.
ADVERTISEMENT
Menerima hasil umpan Andik Vermansah, Alfath masuk ke dalam kotak penalti. Sekali tekuk, Alfath membidik tiang jauh dan melepaskan tembakan keras. Bola gagal dibendung kiper sang seteru. Lewat aksi itulah eks pemain Persiba Balikpapan laik mendapatkan sorotan dan kepercayaan dari pelatih.
Menilik performa, Alfath lebih aktif dalam transisi dari menyerang ke bertahan sehingga tidak terlambat turun. Satu lagi, kehadiran Alfath tak akan mengubah pola serangan Timnas Indonesia yang bertumpu kepada pemain sayap karena ia piawai menusuk ke tengah alih-alih menyisir tepi lapangan.
Andik Vermansah
Semua sepakat bahwa Andik adalah pemain berkualitas. Atribut yang ia miliki tentu bakal menjadi tumpuan Timnas Indonesia berlaga di pentas internasional mendatang. Untuk menerawang kehebatannya, mari tengok performa Andik sepanjang Piala AFF 2018, terutama saat Timnas Indonesia menjamu Timor Leste.
ADVERTISEMENT
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno itu, pemain milik Kedah FA itu memang tak mencatatkan nama di papan skor, tetapi kontribusinya tak bisa dipandang sebelah mata. Gol Alfath Fathier lahir berkat assist-nya. Belum lagi penetrasi yang ia lakukan sehingga memicu pemain belakang Timor Leste melakukan pelanggaran di dalam kotak penalti.
Berangkat dari dua aksi itulah, Andik menjadi salah satu pemain yang paling bersinar. Predikat pemain terbaik dalam laga itu merupakan hal spesial bagi Andik.
Dengan pengalaman yang ia miliki, Andik tak cuma bintang di dalam lapangan, tetapi juga di luar arena pertandingan. Di usaia 27, Andik tentu masih bisa menjadi tumpuan Timnas Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
ADVERTISEMENT