Meski Tak Kasatmata, Keluarga Punya Pengaruh Nyata

7 Februari 2018 18:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Thibaut Courtois jelang sebuah laga. (Foto: Pierre-Philippe Marcou / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Thibaut Courtois jelang sebuah laga. (Foto: Pierre-Philippe Marcou / AFP)
ADVERTISEMENT
Di tengah tren penampilan buruk yang dialami oleh Chelsea, Thibaut Courtois muncul dengan komentar mengejutkan.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah wawancara, kiper berusia 25 tahun tersebut mengaku bahwa ia merindukan keluarganya yang tinggal di Madrid, Spanyol.
“Aku memiliki keterkaitan dengan Madrid,” kata Courtois kepada Sport/Foot Magazine. “Dua anakku tinggal di sana bersama ibunya. Anak perempuanku sering berkata bahwa ia selalu merindukanku.
“Setiap ada kesempatan, aku selalu mencoba untuk kembali ke Spanyol. Bagiku, masalah itu (keluarga) adalah hal yang tidak mudah untuk dihadapi. Jika ada yang mengalami hal yang sama, itu logis dan bisa dipahami.”
Di atas lapangan, masalah Courtois memang tak terlihat. Namun, jika ditilik secara ilmiah, apa yang dirasakan oleh Courtois bisa jadi lebih besar dari apa yang dipikirkan banyak orang. Kerinduan terhadap keluarga memang layak jika dikategorikan sebagai masalah minor dalam olahraga.
ADVERTISEMENT
Apa yang dialami oleh Courtois juga pernah terjadi pada pemain asal Prancis, Florian Thauvin. Suatu hari, Thauvin pernah menceritakan kondisi yang sebenarnya ia alami di balik penampilan buruknya bersama Newcastle.
“Ada momen ketika seorang pemain langsung berhasil di suatu kompetisi yang benar-benar baru. Bagiku, karier di Inggris berjalan sulit tanpa kehadiran keluarga,” ucap Thauvin menjelaskan situasinya di Newcastle.
Melihat bagaimana ia harus berpisah dengan keluarga di usia 22 tahun, Thauvin sama sekali tidak salah. Melihat studi yang dilakukan oleh dua mahasiswa University of Debrecen, Robert Orosz dan Ferenc Mezo, keluarga menjadi salah satu faktor yang menentukan penampilan seorang olahragawan di atas lapangan.
Menurut studi Orosz dan Mezo, ada beberapa faktor yang kerap digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan seorang olahragawan ketika berlaga. Menurut mereka, tolok ukur seorang olahragawan tidak hanya teknik, tapi juga psikologis.
ADVERTISEMENT
Faktor psikologis tersebut terbagi lagi ke dalam beberapa karakteristik, seperti motivasi, kepercayaan diri, dan bagaimana mereka menghadapi sebuah ketakutan. Salah satu sumber dari motivasi dan kepercayaan diri adalah keluarga itu tadi.
Adanya keluarga, baik di rumah maupun stadion, bisa membuat motivasi seorang olahragawan berlipat ganda. Hasil yang berbeda tentu bakal dirasakan jika tak ada dukungan orang-orang terkasih.
Menurut studi Christoffer M.J. Swarts dari University of Jyväskylä, keluarga memberikan pengaruh besar atas keberhasilan seorang pesepak bola. Jika perbedaan bahasa bisa diperbaiki dengan pengadaan kelas bahasa, lantas hanya keberadaan yang bisa mengatasi kerinduan akan keluarga.
Menurut studi itu pula, keberadaan keluarga membantu seorang pemain untuk bangkit dari sebuah keterpurukan. Di sisi lain, ketiadaan keluarga, yang setidaknya berpengaruh secara psikologis, bisa membuat mental pemain terpuruk.
ADVERTISEMENT
Studi Swarts kemudian menerangkan bahwa di Finlandia pernah ada kasus parah yang bermula dari kerinduan terhadap keluarga. Seorang pemain yang disebut dengan nama 'Alaba' pernah meminta pulang karena ia merindukan keluarganya.
Alasan 'Alaba' ditolak oleh kesebelasannya karena dianggap tak masuk akal. Swarts kemudian menyebutkan bahwa Alaba tidak hanya mengalami depresi, tapi juga mengalami masalah psikologis.
Kerinduan mereka terhadap keluarga juga terjadi pada mantan bek Tim Nasional (Timnas) Rumania, Christian Chivu. Dalam bukunya yang berjudul ‘Cristi', Chivu bercerita bahwa kerinduan terhadap keluarga berpengaruh besar atas penurunan penampilan kala memperkuat Ajax.
Apa yang dialami oleh Courtois, Thauvin, 'Alaba', dan Chivu tak terjadi pada megabintang Barcelona, Lionel Messi. Di balik karier Messi yang begitu cemerlang, ada faktor keluarga yang memberi dampak begitu besar.
ADVERTISEMENT
Ketika ditawari untuk berlatih di La Masia, keluarga menjadi salah satu hal yang ada dipikirkan oleh Barcelona. Lantaran tak ingin fokus Messi pada sepak bola teralihkan, Barcelona memberikan kemudahan baginya untuk memboyong keluarganya.
Pilihan Barcelona tepat. Messi dikenal jarang bermasalah dengan urusan-urusan psikogis, seperti kerinduan akan keluarga. Pada akhirnya, Messi dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya hingga kini.
Dalam dua laga terakhir, penampilan Courtois jauh dari apa yang ia biasa tunjukkan. Melihat komentarnya soal kerinduan dengan keluarga, faktor keluarga bisa jadi adalah alasan di balik menurunnya penampilan kiper asal Belgia ini.
Jika persoalan ini tak segera diselesaikan Courtois—dan Chelsea, bisa jadi hal ini akan semakin berdampak besar. Ia bisa jadi tak hanya akan menurun di dalam, tetapi juga di luar lapangan.
ADVERTISEMENT