Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hertha Berlin, Totenham Hotspur, Portsmouth, AC Milan, Schalke 04, Las Palmas, Eintracht Frankfurt, dan Sassuolo, demikian klub-klub yang dipernah dibela Kevin-Prince Boateng sebelum resmi berseragam Barcelona. Ya, Anda tak salah dengar. Pemain berdarah Ghana-Jerman itu resmi didatangkan dengan status pinjaman hingga akhir musim nanti plus opsi sebagai permanen asal Barcelona membayar 8 juta euro kepada Sassuolo.
ADVERTISEMENT
Mendaratkan Boateng bak puncak sebuah kengawuran dalam kebijakan transfer Barcelona. Musim lalu Paulinho didatangkan. Kendati Paulinho tampil lumayan, ini merupakan langkah yang aneh mengingat pemain berusia 30 tahun itu telah menghabiskan masa pensiun di Guangzhou Evergrande.
Lalu, musim ini Barcelona mendatangkan Malcom yang repot-repot didapatkan usai membajak dari AS Roma. Padahal, kebutuhan Barcelona akan sosok winger tidak begitu tinggi. Sementara Jeison Murillo jadi rekrutan pada akhir 2018 usai resmi dipinjam dari Valencia.
Paulinho pada akhirnya memang berhasil menjawab kritikan yang disematkan kepadanya saat mendarat ke Camp Nou musim lalu. Toh, 40 juta euro yang digelontorkan oleh Barcelona terbayar lewat 9 gol dia torehkan dalam 49 penampilannya. Lebih dari itu, kontribusi Paulinho juga terpapar lewat bagaimana kepiawaiannya dalam menjaga keseimbangan area sentral El Barca--aktif membantu penyerangan dan pertahanan.
ADVERTISEMENT
Namun, tanpa mengerdilkan kebesaran Boateng, langkah Barcelona ini terkesan janggal. Yang benar saja, seorang pemain yang minim pegalaman mentas--apalagi titel di kompetisi Liga elite macam Liga Champions-- bisa berada dalam satu departemen dengan Lionel Messi, Luis Suarez, Philippe Coutinho, serta salah satu pemuda terbaik saat ini, Ousmane Dembele.
Bila dirunut, edisi 2014/15 bersama Schalke adalah penampilan terakhir Boteng mentas di gelaran Liga Champions. Jadi bisa dibayangkan, bagaimana cupunya Boateng nanti saat mentas di fase besar Liga Champions mendatang.
Tak ada asap bila tak ada api. Tak mungkin juga klub juara La Liga 25 kali itu belanja pemain dengan sporadis. Bisa-bisa bakal merusak chemistry Gerard Pique dan kawan-kawan. Meski, ya, Barcelona pernah punya Dmytro Chygrynskiy, Alexander Hleb, dan Alex Song sebagai nama-nama yang akhirnya cuma menjadi 'abu' di Camp Nou.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan kedatangan Boateng, perlu diketahui bahwa Barcelona tak memiliki penyerang murni lagi selain Suarez. Munir El Haddadi sebagai alternatif sudah dilego ke Sevilla.
Padahal, pasukan Ernesto Valverde itu masih berkecimpung dalam tiga kompetisi hingga saat ini, La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions. Kondisi demikian yang memaksa Barcelona untuk segera mendatangkan penyerang (atau pemain depan) baru, demi melancarkan rotasi pemain.
Jalan tengahnya adalah dengan memboyong pemain berpengalaman yang siap untuk tampil sebagai pemain pengganti. Sukur-sukur bisa dibeli dengan harga yang murah.
Antoine Griezmann tentu bukan pilihan realistis, pun demikian dengan Alvaro Morata. Alih-alih keduanya, Cristhian Stuani yang moncer bersama Girona pun dibidik. Namun, Stuani urung didatangkan karena memiliki buy-out clause sebesar 15 juta euro.
ADVERTISEMENT
Menurut media Spanyol, Diario Sport, Barcelona sebenarnya menjatuhkan pilihannya kepada Carlos Vela. Akan tetapi, mantan pemain Arsenal yang kini mentas untuk Los Angeles FC dianggap terlalu mewah untuk solusi jangka pendek.
See? Itulah mengapa Barcelona akhirnya memboyong Boateng. Kendati pertama kali dikenal sebagai gelandang serang, Boateng pernah bermain sebagai penyerang dan bahkan memegang peran sebagai false nine di Sassuolo.
Menurut Diario Sport, Valverde telah berkonsultasi dengan Quique Setien sebelum mendatangkan Boateng. Pelatih berusia 60 tahun itu dianggap berhasil memaksimalkan peran Boateng saat masih membesut Las Palmas dua musim lalu.
Boateng kala itu intens diturunkan sebagai penyerang utama dalam format 4-1-4-1. Hasilnya tokcer. Saudara tiri Jerome Boateng itu berhasil mengemas 10 gol dan 4 assist dari 28 pertandingan di La Liga. Kredibilitasnya yang sudah teruji di La Liga itu kian memantapkkan Barcelona untuk memboyong Boateng.
ADVERTISEMENT
"Selama masih bermain dengan Las Palmas di bawah didikan pelatih Quique Setien, dia bermain sebagai pemain nomor 9. Namun, dia juga dapat bermain lebih dalam seperti yang dilakukannya di AC Milan," sebagaimana ditulis dalam situs resmi Barcelona.
Sudah 4 gol yang dibuatnya bersama Sassuolo di Serie A musim ini. Bukan jumlah yang buruk karena hanya sebiji gol lebih sedikit dari Khouma Babacar sebagai topskorer I Neroverdi.
Kemampuan dalam memenangi duel udara jadi nilai jual Boateng dibanding Babacar. Menurut Whoscored, paling tidak dia memenangi 1,6 adu udara di tiap pertandingan--nyaris tiga kali lipat lebih banyak dari torehan penyerang asal Senegal itu.
Kelebihannya yang juga mampu bermain sebagai gelandang serang cukup mendongkrak variasi serangan Sassuolo. Artinya, Boateng bisa bermain lebih dalam untuk membuka ruang bagi Domenico Berardi dari sisi sayap kanan.
ADVERTISEMENT
Spesialisasi semacam ini yang diincar Barcelona. Batapa pentingnya kemampuan pemain untuk menciptakan ruang bagi rekan-rekan setimnya, sebagaimana yang kerap ditunjukkan Messi dan Suarez di garda terdepan.
Boateng punya atribut demikian. Bahkan, lebih baik dari Stuani yang notabene sempat menjadi incaran Barcelona. Oh, iya, satu hal lagi. Postur Boateng yang menjulang bisa mengaktifkan opsi anyar bagi Blaugrana untuk mengaplikasikan bola lambung. Pasalnya, mereka tak punya pemain yang mampu memaksimalkan umpan lambung--selain dari skema bola mati.
Nah, kabar baiknya Valverde akan langsung memfungsikan Boteng pada duel perempat final Copa del Rey menghadapi Sevilla, Kamis (24/1/2019) dini hari WIB. Mantan pelatih Athletic Bilbao itu memilih untuk mengistirahatkan Messi dan memasukkan Boateng dalam skuatnya. Jadi, sudah siap untuk menunggu kejutan dari Boateng?
ADVERTISEMENT