Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Karier Rudolof Yanto Basna tergolong masih panjang. Saat ini usianya baru menginjak 24 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, Yanto sanggup mencuri perhatian. Kemunculannya pertama kali yang menuai pujian terjadi 2014 silam.
Bek tengah asal Papua itu mentereng bersama Timnas U-21 . Di level klub, penampilannya begitu memukau bersama Mitra Kukar.
Tak heran, pada 2016 Persib Bandung kepincut meminangnya. Nama Yanto kian santer terdengar. Ia bahkan sudah menghuni Timnas level senior sejak 2016.
Perjalanan kariernya di kompetisi Indonesia cuma sampai 2017. Sriwijaya FC menjadi klub terakhir yang dibelanya sebelum hijrah ke Thailand.
Ya, Yanto sedang sedang gencar-gencarnya mencari ilmu. Khon Kaen FC menjadi klub pertama yang dibelanya di Thailand pada 2018.
Setelah tuntas menjalani kontrak semusim, tawaran pun datang dari Tanah Air. Akan tetapi, Yanto enggan pulang lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Ia memperpanjang perantauannya dengan membela Sukhothai FC pada 2019. Terbaru, pada 2020 Yanto hengkang ke klub Liga 1 Thailand lainnya, PT Prachuap FC.
Jalan Yanto masih panjang. Dia mengaku akan menikmati setiap langkahnya di sepak bola. Jatuh, bangun, dan berjaya.
Kelak, ketika tiba masanya Yanto gantung sepatu, ia sudah tahu apa yang akan dilakukan untuk mengabadikan perjalanan sepak bolanya.
“Saya sudah punya mimpi lain jika sudah pensiun dari Timnas atau dari dunia sepak bola. Rencananya mau bikin buku tentang perjalanan sepak bola saya,” ujar Yanto pada Rabu (29/4/2020).
Mimpi itu tak datang begitu saja. Bek 24 tahun itu termotivasi Vladimir Vujovic yang sudah menelurkan satu buku berjudul Hati Biru.
“Ide ini muncul waktu membela Persib. Saya terdorong karena Vlado (sapaan akrab Vujovic) bikin buku Hati Biru. Nah, saya mau buat buku juga tentang perjalanan saya di sepak bola. Untuk sekarang, bisa saja saya buat, tetapi kisahnya ‘kan masih sedikit. Perjalanan saya masih panjang ke depan,” kata Yanto.
ADVERTISEMENT
Salah satu momen yang ingin ditaruh Yanto dalam bukunya ialah ketika dirinya ditunjuk menjadi kapten Timnas Indonesia di Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Di dua pertandingan terakhir melawan Vietnam dan Malaysia (leg kedua), Yanto dipilih menjadi kapten. Sayangnya, performa Tim Garuda saat itu buruk.
Anak asuh Simon McMenemy kala itu takluk 1-3 dari Vietnam. Yanto semakin menjadi sorotan setelah Timnas kembali kalah, kali ini dari musuh bebuyutan Malaysia (0-2).
Terlebih, di laga melawan Malaysia itu, Yanto mendapat malang. Gol-gol lawan didapat akibat dirinya salah dalam mengantisipasi.
Meski demikian, Yanto mengaku tak kapok mengemban tugas kapten. Ia malah termotivasi untuk memperbaiki diri supaya ketika ditunjuk lagi menjadi kapten, ia bisa membawa kemenangan buat Timnas.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak bakal kapok jika ditunjuk lagi menjadi kapten Timnas. Justru saya mendapat pelajaran berharga sekali, memimpin tim di pertandingan melawan Vietnam dan Malaysia. Itu pertandingan besar. Hasilnya memang tidak bagus, sial sekali buat saya.”
“Namun, yang harus orang tahu, sampai sekarang saya menyimpan dua ban kapten di pertandingan itu. Itu adalah kenangan bersejarah," jelas Yanto.
"Saya selalu siap jika dipercaya masuk tim dan ditunjuk menjadi kapten lagi. Mental saya kuat. Banyak orang tidak tahu kenapa saya mau menerima beban menjadi kapten saat itu,” kata Yanto.
Ada hal menarik lain dari mimpi Yanto membuat buku. Ternyata, ia sudah merencanakan tak akan mengambil keuntungan dari penjualan buku. Yanto punya mimpi lebih besar yang ingin diwujudkan.
ADVERTISEMENT
“Keuntungan penjualan buku itu nantinya bukan buat saya. Saya mau coba untuk membangun sepak bola di Papua. Misalnya saja, saya membuat sejuta bola untuk Papua,” tutur Yanto.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!