MU Habiskan Rp 12,2 Triliun di era Erik Ten Hag

29 Oktober 2024 11:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Manajer Manchester United Erik ten Hag terlihat sedih setelah pertandingan antara Manchester United vs Manchester City di Stadion Wembley, London, Inggris, Sabtu (10/8/2024). Foto: Toby Melville/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Manajer Manchester United Erik ten Hag terlihat sedih setelah pertandingan antara Manchester United vs Manchester City di Stadion Wembley, London, Inggris, Sabtu (10/8/2024). Foto: Toby Melville/REUTERS
ADVERTISEMENT
Manchester United (MU) terbilang cukup boros selama masa kepelatihan Erik ten Hag. Klub berjuluk 'Setan Merah' itu dilaporkan harus merogoh kocek sampai 600 juta poundsterling (sekitar Rp 12,2 triliun) untuk transfer pemain.
ADVERTISEMENT
Hal ini dipaparkan oleh media Inggris, BBC. MU telah menghabiskan sekitar Rp 12,2 triliun untuk pemain baru selama masa Ten Hag. Jumlah uang tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan uang yang harus dikeluarkan manajemen MU selama kepemimpinan pelatih lain usai mundurnya Sir Alex Ferguson.
Namun, kehadiran para pemain itu tidak bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap konsistensi performa MU. Salah satu transfer pemain yang disorot adalah Antony Santos dari Ajax.
Jadi, Ole Gunnar Solskjaer dulu sempat berdebat dengan manajemen tentang perekrutan Antony seharga 30 juta pounds (sekitar Rp 612 miliar) selama masa jabatannya sebagai pelatih. Dan akhirnya, Antony tidak jadi direkrut selama masa jabatan Solskjaer.
Pemain Manchester United, Antony mencetak gol dari titik penalti pada pertadingan Piala Carabao antara Manchester United vs Barnsley di Old Trafford, Manchester, Inggris, Rabu (18/9/2024). Foto: Molly Darlington/REUTERS
Winger Brasil itu baru direalisasikan transfer di era Erik ten Hag. MU menjadikannya sebagai pemain termahal kedua dalam sejarah klub saat ia direkrut seharga 82 juta pounds (sekitar Rp 1,6 triliun).
ADVERTISEMENT
Namun, permasalahan MU di era Erik ten Hag bukan hanya menyoal pembelian pemain atau kualitas individu pemain saja. Pendekatan taktiknya juga disorot.
"MU adalah tim yang mengandalkan pressing? Mereka tidak benar-benar memiliki pemain untuk pressing," kata mantan staf pelatih MU yang tak disebutkan namanya.
"Mereka bermain dengan dua gelandang bertahan, tetapi kemudian membawa bek sayap ke dalam, yang menyumbat lini tengah. Dan ketika lawan menyerang, tidak satu pun dari enam pemain itu efektif menghentikan lawan. Masalahnya cukup mendasar, tetapi tidak diperbaiki," lanjutnya.