Mural Gabriel Jesus dan Masa Lalunya di Favela

23 Mei 2018 8:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Butuh gol? Telepon Gabriel Jesus. (Foto: Reuters/Fabrizio Bensch)
zoom-in-whitePerbesar
Butuh gol? Telepon Gabriel Jesus. (Foto: Reuters/Fabrizio Bensch)
ADVERTISEMENT
Gabriel Jesus tersenyum lebar. Sambil menunjukkan bentuk tangan bak orang menelepon, ia berfoto di depan mural yang bergambar dirinya di sebuah daerah bernama Jardim Peri di Sao Paulo, Brasil.
ADVERTISEMENT
Foto tersebut diunggah oleh Jesus di akun Instagram pribadinya. Unggahan ini sendiri bermakna ganda: bisa saja ia kaget melihat ada yang mau menggambar siluet tentang dirinya atau ia mau memamerkan nasib baik yang mendatanginya.
Entah mana yang ada di pikiran Jesus, tapi ada baiknya berbaik sangka. Mural bergambar pemain Manchester City tersebut seakan menyiratkan bahwa nasib akan berubah apabila kita mau berusaha. Jesus adalah bukti bahwa falsafah tersebut ada dan nyata.
Seperti pesepak bola Brasil lain, perjalanan karier Jesus memang cukup berliku. Ia lahir dan dibesarkan di salah satu kawasan favela --sebutan daerah kumuh-- di Sao Paulo. Di sekelilingnya, tak sedikit anak yang memakai narkoba dan menenggak minuman keras
ADVERTISEMENT
Beruntung, Jesus tahu jalan mana yang harus diambil. Di usia yang belum beranjak 10 tahun, ia memutuskan untuk menjadikan sepak bola sebagai jalan hidup. Pilihan tersebut tak salah. Sepak bola menyelamatkan dirinya dari favela kehidupan yang amat menyiksa.
Maria Rosimar da Silva, salah satu tetangga Jesus, kepada The Guardian berkata bahwa satu alasan Jesus menjauhi kehidupan jalanan adalah ibunya, Vera Lucia.
“Jika miskin dan hitam, Anda harus sekolah dan belajar. Jika tak bisa menggapai itu, Anda harus memastikan bahwa Anda tak boleh sedikit pun dekat dengan kehidupan di jalanan.”
“Beruntung, Jesus menemukan sepak bola. Saking cintanya, ia selalu menghabiskan hari-harinya dengan bola. Hampir setiap hari ia keluar rumah dengan membawa bola. Saya bahkan sempat berpikir bahwa ia tak akan membiarkan bolanya jauh dari dia.”
ADVERTISEMENT
Setiap harinya, Jesus berlatih di sebuah lapangan yang dekat dengan penjara bernama Pequeninos do Meio Ambiente. Menurut orang-orang terdekatnya dulu, ia berlatih di sana karena tak ingin sama sekali terlibat dengan kehidupan di jalanan.
“Gabriel tidak pernah absen mengikuti latihan. Ia selalu menghadiri setiap pertandingan. Ia juga tercatat sebagai pemain yang selalu berada di barisan pertama untuk berlatih,” kata Mamede, yang menjabat sebagai direktur olahraga Pequeninos do Meio Ambiente.
“Gabriel juga dikenal sebagai anak yang membenci kekalahan. Tak peduli pertandingan yang ia jalani hanya persahabatan. Kekalahan akan membuatnya menangis sekencang-kencangnya,” imbuh pria yang dianggap Jesus sebagai ayah ini.
Sepak bola pada akhirnya tidak hanya menyelamatkan Jesus dari kekejaman favela, tapi juga membuat kehidupannya jauh lebih baik dan bahagia. Ia tentu tak pernah menyangka bakal mendapatkan gaji hingga 90 ribu poundsterling per pekan.
ADVERTISEMENT
Namun, melihat unggahan Jesus di akun Instagram pribadinya, sepertinya uang bukan satu-satunya hal yang membuat ia bahagia. Mural tersebut tak hanya menegaskan hegemoninya di tanah kelahiran, tapi juga membuktikan bahwa ia dianggap sebagai pahlawan.