Nur’alim Blak-blakkan soal Skandal Sepak Bola Gajah di Piala AFF

9 September 2021 12:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nur'alim (kiri belakang) saat bergabung di tim sepak bola Indonesia yang akan mengikuti Asian Cup Championship di Lebanon, pada 3 Agustus 2000. Foto: Amin/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Nur'alim (kiri belakang) saat bergabung di tim sepak bola Indonesia yang akan mengikuti Asian Cup Championship di Lebanon, pada 3 Agustus 2000. Foto: Amin/AFP
ADVERTISEMENT
Skandal sepak bola gajah pernah begitu mencoreng nama Timnas Indonesia di mata dunia. Kejadian yang amat memilukan ini terjadi saat skuad 'Garuda' berlaga di Piala Tiger (kini bernama Piala AFF) pada 1998.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, 31 Agustus 1998, Timnas Indonesia asuhan Rusdy Bahalwan menghadapi Thailand di partai pemungkas Grup A. Laga itu sudah tak menentukan, karena kedua tim sudah memastikan tiket semifinal, hanya tinggal menentukan juara dan runner up grup.
Karena situasi itu, baik Timnas Indonesia maupun Thailand ingin menghindari tuan rumah, Vietnam, yang terlebih dahulu dipastikan lolos ke semifinal sebagai runner up. Jika pun seri, Indonesia akan menjadi juara grup dan bertemu Vietnam.
Alhasil, permainan sepak bola negatif pun dipertontonkan oleh kedua tim. Laga yang berlangsung di Stadion Thong Nat, Ho Chi Minh, Vietnam, ini berjalan dengan tempo yang pelan, seakan tak ada semangat untuk meraih kemenangan.
Namun, jelang peluit akhir pertandingan babak kedua ditiup, saat kedudukan sama kuat 2-2, hal tak terduga dilakukan oleh penggawa Timnas Indonesia, Mursyid Effendi. Ia mencetak gol bunuh diri dengan sengaja, yang mengakibatkan Indonesia takluk 2-3.
ADVERTISEMENT
Aksi tersebut membuat Timnas Indonesia terhindar dari Vietnam. Akan tetapi, aksi dalam laga melawan Thailand tersebut membuat malu nama Timnas Indonesia di mata dunia.
Nur’alim yang turut tergabung ke dalam skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 1998 pun mengenang tragedi itu sebagai kenangan yang tidak menyenangkan.
Pria yang karib disapa ‘Jabrik’ ini membeberkan bahwa aksi tersebut dilakukan semata agar Indonesia dapat berlaga di Ho Chi Minh saat tampil di semifinal Piala AFF 1998.
“Jadi situasinya pada saat itu, kalau kami menang melawan Thailand, kami main laga semifinalnya itu di Hanoi, sedangkan kami waktu itu babak grup di Ho Chi Minh,” ungkap pria yang semasa kariernya menjadi bek ini.
“Jarak dari Hanoi ke Ho Chi Minh itu dua jam. Jadi, malam main lawan Thailand, kalau menang kami subuh-subuh sudah harus berangkat karena penerbangan pesawat cuma sekali ke Hanoi. Sorenya, harus main.”
Chaichan Khewsen (kanan) dari Thailand dan Nur'alim dari Indonesia berebut bola pada paruh pertama final sepak bola di Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-19. Foto: Romeo Gacad/AFP
“Indonesia dan Thailand itu pemikirannya sama, pengin kalah supaya tetap mainnya di Ho Chi Minh. Jadi setiap pemain Indonesia bawa bola ke pertahanan Thailand, Thailand ngelepas biar gol, begitu juga sebaliknya,” imbuh pria yang kini berusia 47 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Nur’alim yang saat itu diturunkan bukan di posisi terbaiknya, yakni menjadi striker, mengungkapkan bahwa gol bunuh diri yang dilakukan oleh Mursyid Efendi semata karena keadaan dan murni inisiatif pribadi.
“Nah, pas detik-detik pertandingan mau selesai, Mursyid Effendi inisiatif cetak gol bunuh diri. Jadi, kami begitu bukannya kena suap atau 'Sepak Bola Gajah', tetapi karena situasinya,” tutur kampiun Liga Indonesia 2001 bersama Persija ini.
“Enggak ada, enggak ada sama sekali,” tegas Nur’alim saat ditanya perihal apakah ada penyuapan uang.
Kini, meski telah 20 tahun lebih berlalu, peristiwa tersebut akan selalu terkenang di benak pencinta sepak bola Tanah Air sebagai sejarah kelam perjalanan Timnas Indonesia.
Penulis: Alif Zaky